Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Harmoni Bulan Syawal, Warisan Walisongo untuk Sucikan Diri Lahir Batin

Harmoni Bulan Syawal, Warisan Walisongo untuk Sucikan Diri Lahir Batin ilustrasi lebaran. liputan6.com

Merdeka.com - Secara umum, Idulfitri biasanya dirayakan selama dua hari yakni pada tanggal 1 dan 2 Syawal. Namun, di Pulau Jawa ada tradisi bernama kupatan atau lebaran ketupat. Tradisi ini digelar sepekan setelah hari raya Idulfitri sebagai wujud harmoni sosial.

Masyarakat biasanya berkumpul di suatu tempat, seperti musala atau rumah tokoh setempat untuk melakukan selamatan. Mereka membawa hidangan ketupat dan sayur. Di beberapa daerah, masyarakat juga melengkapi ketupat sayur dengan lontong dan lepet, kue berbahan utama ketan yang dibungkus janur.

Hidangan-hidangan tersebut merupakan bentuk syukur umat muslim setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh. Bahkan, sebagian kaum muslim menyempurnakannya dengan puasa sunah enam hari di bulan Syawal.

Kupat dalam bahasa Jawa dikenal sebagai akronim dari kalimat “ngaku lepat” yang artinya “mengakui kesalahan”. Saling berbagi kupat atau ketupat di bulan Syawal menjadi simbol pengakuan kesalahan dan kekurangan diri masing-masing terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keluarga, dan sesamanya.

Proses Pembuatan Kupat

ketupat

shutterstock

Kupat terbuat dari beras yang dibungkus dengan selongsong anyaman janur atau daun kelapa muda. Di perdesaan, masyarakat terampil membuat sendiri selongsong kupat. Bahkan, banyak warga desa yang mendadak jadi pengrajin selongsong kupat menjelang lebaran ketupat. Pasalnya, tidak semua orang dapat membuat selongsong kupat, diperlukan keterampilan khusus agar menghasilkan selongsong kupat yang bagus penampilannya.

Selanjutnya, selongsong kupat diisi dengan beras yang sebelumnya telah direndam air. Kupat yang telah terisi beras direbus selama beberapa jam hingga matang. Makanan ini biasanya disajikan bersama sayur pelengkap seperti opor ayam. 

Adapun isi ketupat berwarna putih melambangkan kesucian hati manusia karena yang bersangkutan telah meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan kepada orang lain. Janur atau daun kelapa yang masih muda disebut merupakan akronim jatining nur atau hati nurani.

Di berbagai daerah, ketupat identik sebagai sajian khas Lebaran. Lebih dari pada sekadar kuliner, bagi masyarakat Jawa ketupat memiliki makna mendalam. 

Makna Segi Empat Kupat

Kupat juga diartikan sebagai laku papat yang disimbolkan dengan bentuk persegi empat, seperti dikutip dari laman resmi Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember (INAIFAS). Laku papat atau empat tindakan yang dimaksud meliputi lebaran, luberan, leburan, dan laburan. 

Lebaran bermakna diperbolehkannya menikmati makanan usai menjalani ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Luberan berarti meluber, yang menyimbolkan agar ikhlas melakukan sedekah bagaikan air yang meluber dari wadahnya. 

Leburan berarti lebur atau habis. Manusia diharapkan saling memaafkan dosa-dosa yang telah dilakukan. Dengan demikian, diri kembali suci seperti bayi baru lahir. Laburan berasal dari kata labur atau kapur yang dimaknai putih bersih. Manusia diharapkan selalu menjaga kesucian hati dengan menjaga perilakunya agar senantiasa baik dan tidak merugikan orang lain.

Jika ditarik jauh ke belakang, tradisi Kupatan yang menjadi sarana dakwah Islam oleh Walisongo juga memiliki makna dalam bahasa Arab. Kupatan dalam bahasa Arab disebut kaffatan, artinya kesempurnaan.

Harmoni Sosial ala Sunan Gresik

ilustrasi kerukunan umat beragama

©2022 Merdeka.com/liputan6.com

Secara garis besar, dakwah Walisongo di Nusantara adalah representasi Islam yang terbuka bersinggungan dengan budaya masyarakat lokal. Dakwah keagamaan mereka menekankan bahwa Islam sama artinya dengan harmoni sosial.

Di Jawa Timur, kita mengenal Maulanan Malik Ibrahim atau Sunan Gresik yang senantiasa mengedepankan harmoni sosial dalam syiar Islam, seperti dikutip dari artikel Rikza Chamami yang berjudul Merawat Warisan Harmoni Sosial Wali Songo. Saat itu, masyarakat berpegang teguh pada keyakinan terhadap Dewa. Sunan Gresik tidak menyampaikan dakwah Islam dengan cara mengusik keyakinan masyarakat lokal tersebut, melainkan membiarkan keyakinan itu tetap berjalan sebagaimana adanya. 

Saat masyarakat yakin meminta sesuatu kepada Dewa harus dengan tumbal menyembelih perawan cantik, Sunan Gresik menggantinya dengan ayam. Rupanya permohonan yang dipanjatkan Sunan Gresik agar Yang Maha Kuasa menurunkan hujan terkabulkan. Peristiwa itu membuat masyarakat mulai mengikuti ajaran Islam yang dibawa oleh Maulana Malik Ibrahim dengan sukarela.  (mdk/rka)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cara Berdakwah Walisongo di Nusantara, Ini Kisah Strateginya
Cara Berdakwah Walisongo di Nusantara, Ini Kisah Strateginya

Dakwah Walisongo memainkan peran penting dalam perkembangan agama Islam, khususnya di pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Tradisi Kearifan Lokal Merekatkan Kerukunan Antar-Umat di Tanah Air
Tradisi Kearifan Lokal Merekatkan Kerukunan Antar-Umat di Tanah Air

Perayaan Idul Fitri di berbagai daerah biasanya dipadukan dengan kebiasaan masyarakat justru menguatkan semangat toleransi.

Baca Selengkapnya
Sejarah Islam di Indonesia: Ini Tokoh-Tokoh Berperan Penting yang Wajib Diketahui
Sejarah Islam di Indonesia: Ini Tokoh-Tokoh Berperan Penting yang Wajib Diketahui

Bagaimana sebenarnya sejarah agama Islam masuk ke Indonesia?

Baca Selengkapnya
Sejarah Kata Sholat Diganti Sembahyang di Pulau Jawa, Ternyata Ada Tujuannya
Sejarah Kata Sholat Diganti Sembahyang di Pulau Jawa, Ternyata Ada Tujuannya

Sunan Ampel menerapkan pendekatan dengan mengganti istilah "sholat" menjadi "sembahyang".

Baca Selengkapnya
Budayawan Ngatawi: Pelajari Agama dan Pahami Tradisi Agar Tak Terjebak Radikal
Budayawan Ngatawi: Pelajari Agama dan Pahami Tradisi Agar Tak Terjebak Radikal

Penting membedakan hal yang relevan dan tidak sehingga tidak terjebak dalam paham radikal

Baca Selengkapnya
Mengenal Lebih Dekat Tradisi Sekaten, Warisan Budaya Penuh Makna dalam Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW
Mengenal Lebih Dekat Tradisi Sekaten, Warisan Budaya Penuh Makna dalam Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW

Sekaten adalah tradisi Jawa dalam menyambut Maulid Nabi. Yuk, kenali sejarah, makna, dan ritual unik di balik perayaan penuh spiritualitas ini!

Baca Selengkapnya
Cara Berdakwah Sunan Muria, Gunakan Kesenian hingga Tradisi Budaya
Cara Berdakwah Sunan Muria, Gunakan Kesenian hingga Tradisi Budaya

Terdapat beberapa ajaran Sunan Muria yang masih dilestarikan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Cara Wali Songo Menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa
Cara Wali Songo Menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa

Metode Wali Songo dalam menyebarkan ajaran agama Islam.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sunan Bonang, Pendakwah yang Sebarkan Islam dengan Kesenian
Mengenal Sunan Bonang, Pendakwah yang Sebarkan Islam dengan Kesenian

Sunan Bonang adalah sosok pendakwah yang cerdik dan fleksibel dalam menyiarkan ajaran-ajaran Islam.

Baca Selengkapnya
Ragam Tradisi Unik Menyambut Maulid Nabi di Indonesia, dari Sekaten hingga Walima yang Sarat Makna
Ragam Tradisi Unik Menyambut Maulid Nabi di Indonesia, dari Sekaten hingga Walima yang Sarat Makna

Berbagai macam perayaan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad di tiap daerah di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa

Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.

Baca Selengkapnya
Harmoni Budaya dan Agama di Banyuwangi Jadi Inspirasi Indonesia
Harmoni Budaya dan Agama di Banyuwangi Jadi Inspirasi Indonesia

Acara yang merupakan edisi khusus Ngariksa episode 100 itu, juga menggelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan.

Baca Selengkapnya