Harmoni Bulan Syawal, Warisan Walisongo untuk Sucikan Diri Lahir Batin
Merdeka.com - Secara umum, Idulfitri biasanya dirayakan selama dua hari yakni pada tanggal 1 dan 2 Syawal. Namun, di Pulau Jawa ada tradisi bernama kupatan atau lebaran ketupat. Tradisi ini digelar sepekan setelah hari raya Idulfitri sebagai wujud harmoni sosial.
Masyarakat biasanya berkumpul di suatu tempat, seperti musala atau rumah tokoh setempat untuk melakukan selamatan. Mereka membawa hidangan ketupat dan sayur. Di beberapa daerah, masyarakat juga melengkapi ketupat sayur dengan lontong dan lepet, kue berbahan utama ketan yang dibungkus janur.
Hidangan-hidangan tersebut merupakan bentuk syukur umat muslim setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh. Bahkan, sebagian kaum muslim menyempurnakannya dengan puasa sunah enam hari di bulan Syawal.
-
Bagaimana Walisongo menyebarkan Islam di Jawa? Walisongo menggunakan berbagai cara dakwah yang inovatif dan adaptif terhadap budaya lokal. Metode dakwah mereka yang bijaksana dan inklusif memungkinkan Islam diterima dengan baik oleh masyarakat yang sebelumnya menganut kepercayaan Hindu, Buddha, dan animisme.
-
Bagaimana Islam menyebar di Indonesia? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
-
Bagaimana Wali Songo menyebarkan Islam? Para Wali Songo menyebarkan agama Islam dengan pendekatan budaya, yaitu memadukan seni budaya lokal dengan ajaran Islam.
-
Apa yang dilakukan Walisongo selain menyebarkan Islam? Mereka tidak hanya memperkenalkan agama Islam, tetapi juga berkontribusi besar dalam membangun pondasi budaya dan sosial yang masih terasa hingga saat ini.
-
Mengapa Islam diterima masyarakat Indonesia? Berkat para pedagang muslim inilah kemudian Islam diperkenalkan dengan cara bertahap dan perlahan ajaran Islam bertoleran serta persamaan derajat antara sesama makhluk. Hal ini menarik bagi masyarakat Indonesia mengingat selama ini kebudayaan Hindu-Budha justru lebih menekankan pada perbedaan derajat atau kasta.
-
Bagaimana Banyuwangi harmoniskan budaya dan agama? 'Saya kira ini adalah bentuk moderasi beragama yang telah terejawantah dengan baik. Tentu saja, ini berkat kesadaran kolektif masyarakatnya sekaligus adanya orkestrasi yang baik dari pemerintah daerahnya,' imbuhnya.
Kupat dalam bahasa Jawa dikenal sebagai akronim dari kalimat “ngaku lepat” yang artinya “mengakui kesalahan”. Saling berbagi kupat atau ketupat di bulan Syawal menjadi simbol pengakuan kesalahan dan kekurangan diri masing-masing terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keluarga, dan sesamanya.
Proses Pembuatan Kupat
shutterstock
Kupat terbuat dari beras yang dibungkus dengan selongsong anyaman janur atau daun kelapa muda. Di perdesaan, masyarakat terampil membuat sendiri selongsong kupat. Bahkan, banyak warga desa yang mendadak jadi pengrajin selongsong kupat menjelang lebaran ketupat. Pasalnya, tidak semua orang dapat membuat selongsong kupat, diperlukan keterampilan khusus agar menghasilkan selongsong kupat yang bagus penampilannya.
Selanjutnya, selongsong kupat diisi dengan beras yang sebelumnya telah direndam air. Kupat yang telah terisi beras direbus selama beberapa jam hingga matang. Makanan ini biasanya disajikan bersama sayur pelengkap seperti opor ayam.
Adapun isi ketupat berwarna putih melambangkan kesucian hati manusia karena yang bersangkutan telah meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan kepada orang lain. Janur atau daun kelapa yang masih muda disebut merupakan akronim jatining nur atau hati nurani.
Di berbagai daerah, ketupat identik sebagai sajian khas Lebaran. Lebih dari pada sekadar kuliner, bagi masyarakat Jawa ketupat memiliki makna mendalam.
Makna Segi Empat Kupat
Kupat juga diartikan sebagai laku papat yang disimbolkan dengan bentuk persegi empat, seperti dikutip dari laman resmi Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember (INAIFAS). Laku papat atau empat tindakan yang dimaksud meliputi lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Lebaran bermakna diperbolehkannya menikmati makanan usai menjalani ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Luberan berarti meluber, yang menyimbolkan agar ikhlas melakukan sedekah bagaikan air yang meluber dari wadahnya.
Leburan berarti lebur atau habis. Manusia diharapkan saling memaafkan dosa-dosa yang telah dilakukan. Dengan demikian, diri kembali suci seperti bayi baru lahir. Laburan berasal dari kata labur atau kapur yang dimaknai putih bersih. Manusia diharapkan selalu menjaga kesucian hati dengan menjaga perilakunya agar senantiasa baik dan tidak merugikan orang lain.
Jika ditarik jauh ke belakang, tradisi Kupatan yang menjadi sarana dakwah Islam oleh Walisongo juga memiliki makna dalam bahasa Arab. Kupatan dalam bahasa Arab disebut kaffatan, artinya kesempurnaan.
Harmoni Sosial ala Sunan Gresik
©2022 Merdeka.com/liputan6.com
Secara garis besar, dakwah Walisongo di Nusantara adalah representasi Islam yang terbuka bersinggungan dengan budaya masyarakat lokal. Dakwah keagamaan mereka menekankan bahwa Islam sama artinya dengan harmoni sosial.
Di Jawa Timur, kita mengenal Maulanan Malik Ibrahim atau Sunan Gresik yang senantiasa mengedepankan harmoni sosial dalam syiar Islam, seperti dikutip dari artikel Rikza Chamami yang berjudul Merawat Warisan Harmoni Sosial Wali Songo. Saat itu, masyarakat berpegang teguh pada keyakinan terhadap Dewa. Sunan Gresik tidak menyampaikan dakwah Islam dengan cara mengusik keyakinan masyarakat lokal tersebut, melainkan membiarkan keyakinan itu tetap berjalan sebagaimana adanya.
Saat masyarakat yakin meminta sesuatu kepada Dewa harus dengan tumbal menyembelih perawan cantik, Sunan Gresik menggantinya dengan ayam. Rupanya permohonan yang dipanjatkan Sunan Gresik agar Yang Maha Kuasa menurunkan hujan terkabulkan. Peristiwa itu membuat masyarakat mulai mengikuti ajaran Islam yang dibawa oleh Maulana Malik Ibrahim dengan sukarela. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dakwah Walisongo memainkan peran penting dalam perkembangan agama Islam, khususnya di pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaPerayaan Idul Fitri di berbagai daerah biasanya dipadukan dengan kebiasaan masyarakat justru menguatkan semangat toleransi.
Baca SelengkapnyaPenting membedakan hal yang relevan dan tidak sehingga tidak terjebak dalam paham radikal
Baca SelengkapnyaSekaten adalah tradisi Jawa dalam menyambut Maulid Nabi. Yuk, kenali sejarah, makna, dan ritual unik di balik perayaan penuh spiritualitas ini!
Baca SelengkapnyaTerdapat beberapa ajaran Sunan Muria yang masih dilestarikan masyarakat.
Baca SelengkapnyaMetode Wali Songo dalam menyebarkan ajaran agama Islam.
Baca SelengkapnyaSunan Bonang adalah sosok pendakwah yang cerdik dan fleksibel dalam menyiarkan ajaran-ajaran Islam.
Baca SelengkapnyaBerbagai macam perayaan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad di tiap daerah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaLebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaAcara yang merupakan edisi khusus Ngariksa episode 100 itu, juga menggelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan.
Baca SelengkapnyaDengan beragam budaya yang ada di Indonesia, setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca SelengkapnyaPihak cenderung menolak praktik budaya dan kearifan lokal seringkali belum memahami agama dengan komprehensif.
Baca Selengkapnya