Harmoni Budaya dan Agama di Banyuwangi Jadi Inspirasi Indonesia
Acara yang merupakan edisi khusus Ngariksa episode 100 itu, juga menggelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan.
Hubungan harmonis antara agama dan budaya di Kabupaten Banyuwangi mendapat apresiasi banyak kalangan.
Harmoni Budaya dan Agama di Banyuwangi Jadi Inspirasi Indonesia
Hubungan harmonis antara agama dan budaya di Kabupaten Banyuwangi mendapat apresiasi banyak kalangan. Di antaranya dari tokoh dan akademisi nasional dalam rangkaian kegiatan Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara (Ngariksa) di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Jumat (22/9).
“Nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang di banyak tempat kerap kali mengalami ketegangan yang berkepanjangan, justru di Banyuwangi mampu didialogkan dan diharmonikan dengan baik,” ungkap Penasehat Ngariksa Lukman Hakim Syaifuddin.
Dia mencontohkan pagelaran Gandrung Sewu yang setiap tahun dihelat di Banyuwangi. Sebagai praktik kebudayaan, seringkali diperhadapkan dengan agama. Namun, di Banyuwangi bisa berjalan harmonis. Riak-riak yang muncul didialogkan dengan baik.
-
Bagaimana Banyuwangi mendorong penguatan seni budaya lokal? “Bukan berarti tradisi dan budaya kita menjadi hilang kesakralannya karena kita festivalkan. Namun, kita kemas lebih menarik dan kreatif menjadi sebuah atraksi seni yang bisa ditonton wisatawan. Kita tata bagaimana letak panggungnya, kita ajarkan pre eventnya.
-
Bagaimana Banyuwangi jamin tradisi budaya? Untuk menjaga tradisi dan budaya leluhur, Pemkab Banyuwangi juga rutin menggelar sejumlah agenda. Salah satunya Festival Banyuwangi Kuliner yang konsisten mengangkat masakan khas daerah. Sebut saja pecel rawon, ayam pedas, pecel pitik, sego tempong, hingga ayam kesrut juga pernah ditampilkan dalam ajang tahunan tersebut.
-
Bagaimana cara Banyuwangi menjaga kelestarian budaya dan alamnya? 'Anugerah Tuhan yang dilimpahkan ke Banyuwangi dengan bentang alamnya yang indah dan unik serta keragaman budayanya ini, akan terus kami lestarikan. Sembari terus kami kelola dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat,' ungkap Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapat penghargaan? Penghargaan ini diberikan berdasarkan hasil Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EPPD) tahun 2023. Banyuwangi meraih nilai tertinggi dengan skor 3,8118 poin, mengalahkan 514 Pemkab se-Indonesia.
-
Apa kontribusi seniman dan budayawan bagi Banyuwangi? 'Kesenian dan budaya telah menjadi elan vital bagi Banyuwangi. Kehadiran para seniman dan budayawan memiliki kontribusi penting untuk membangun identitas kultural masyarakat Banyuwangi,' ungkap Ipuk di hadapan seratus orang seniman dan budayawan yang hadir.
-
Apa yang ditampilkan dalam Muhibah Budaya di Banyuwangi? Muhibah Budaya yang digelar Jumat malam (7/7/2023) tersebut menampilkan berbagai atraksi tari dari sejumlah daerah.
“Saya kira ini adalah bentuk moderasi beragama yang telah terejawantah dengan baik. Tentu saja, ini berkat kesadaran kolektif masyarakatnya sekaligus adanya orkestrasi yang baik dari pemerintah daerahnya,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Prof. Oman Fathurrahman. Sebagai pengampu Ngariksa, ia melihat harmoni keagamaan dan kebudayaan di Banyuwangi jauh lebih dalam di sejumlah manuskrip kuno di Banyuwangi. Seperti halnya di Lontar Yusup, Babad Tawangalun hingga teks-teks tasawuf yang ditemukan di ujung timur Jawa ini.
“Dari manuskrip-manuskrip ini kita bisa melihat bagaimana sebenarnya praktik moderasi beragama di Banyuwangi ini bisa terbentuk,” ungkap guru besar filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Salah satu naskah tersebut, lanjut Oman, adalah Bahrul Musyahadah. Naskah tasawuf beraliran Syatariyah tersebut memberikan legitimasi religius bagaimana memandang liyan. Apa yang ada di dunia ini sejatinya adalah reprentasi dari kehendak Tuhan.
“Dari sini, akhirnya muncul rasa saling menghargai. Tidak lantas saling menyalahkan dan menimbulkan permusuhan,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengungkapkan bahwa keagamaan dan kebudayaan merupakan modal besar bagi Banyuwangi. Dua hal tersebut tak bisa diabaikan dalam derap pembangunan.
“Saat ini kami berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayan. Kami mengadaptasi teknologi, menerapkan digitalisasi dan sebagainya. Namun, nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan menjadi nilai dasar dalam melandasi pembangunan tersebut,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Ipuk mengapresiasi upaya dialogis dalam memperkuat praktik keagamaan dan kebudayaan. Menurutnya dua entitas tersebut, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan.
“Dalam agama ada praktik budayanya, sedangkan dalam budaya juga ada nilai-nilai spiritualitasnya. Ini harus selaras. Tidak untuk dibentur-benturkan,” tegasnya.
Acara yang merupakan edisi khusus Ngariksa episode 100 itu, juga menggelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan. Hadir sejumlah pegiat budaya, tokoh agama hingga para akademisi. Selain Lukman Hakim Syaifuddin dan Oman Fathurrahman, juga hadir Rektor UIN KHAS Jember Prof. Babun Soeharto, Wakil Sekretaris PBNU Dr. Ginanjar Syaban, Direktur Center of Reform on Economic Dr. Hendri Saparini, serta sejumlah tokoh dan budayawan Banyuwangi.