Kenali Lebaran Ketupat, Makna dan Filosofi di Baliknya
Mengenal lebih dalam tradisi Lebaran Ketupat di Jawa, filosofi ngaku lepat, laku papat, dan simbolisme ketupat yang kaya makna.

Lebaran Ketupat, tradisi unik masyarakat Jawa khususnya umat Muslim, dirayakan tujuh hari setelah Idul Fitri, tepatnya 8 Syawal. Tradisi ini, juga dikenal sebagai Riyoyo Kupat atau Kupatan, dirayakan di berbagai daerah di Indonesia bahkan luar Jawa. Meskipun namanya mirip, Lebaran Ketupat berbeda dengan Idul Fitri yang merupakan ibadah di tanggal 1 Syawal. Sementara Lebaran Ketupat merupakan syiar Islam berakulturasi dengan budaya lokal, menekankan kebersamaan dan rasa syukur.
Perayaan ini melibatkan berbagai ritual dan kegiatan yang sarat makna, berkembang dari tradisi sederhana menjadi momentum penting yang dinantikan setiap tahunnya. Lebaran Ketupat bukan sekadar tentang menyajikan hidangan ketupat, tetapi juga memiliki makna spiritual dan sosial yang dalam. Masyarakat merayakannya sebagai bentuk penyempurnaan ibadah Ramadan, mempererat silaturahmi, dan menanamkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah Lebaran Ketupat? Apa makna dan filosofinya bagi masyarakat Muslim? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Asal Usul Filosofis Lebaran Ketupat
Dikutip dari dero.desa.id, tradisi Lebaran Ketupat dipercaya diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai cara menyebarkan Islam di Jawa dengan menggabungkan unsur budaya lokal. Sunan Kalijaga memperkenalkan dua perayaan Lebaran yakni Idul Fitri dan Lebaran Ketupat. Lebaran Ketupat menekankan kebersamaan, silaturahmi, dan refleksi diri, berbeda dengan Idul Fitri yang fokus pada ibadah dan syukur.
Perayaan Lebaran Ketupat melibatkan berbagai kegiatan, seperti menganyam ketupat bersama keluarga dan tetangga. Ini menjadi momen mempererat tali silaturahmi dan berbagi. Setelah itu, ketupat disajikan dengan berbagai hidangan khas seperti opor ayam, sambal goreng, dan sayur lodeh, dibagikan kepada kerabat dan tetangga sebagai simbol sedekah dan rasa syukur.
Alasan Sunan Kalijaga memakai ketupat karena makanan ini telah dikenal luas oleh masyarakat dan agar lebih mudah dipahami. Di era modern, Lebaran Ketupat tetap relevan. Perayaan ini tidak hanya menjadi momen spiritual dan kultural, tetapi juga daya tarik wisata budaya. Nilai-nilai kebersamaan, pengakuan kesalahan, dan saling memaafkan menjadi semakin penting di tengah tantangan modernisasi. Tradisi ini mengingatkan pentingnya menjaga hubungan sosial dan nilai kemanusiaan.
Seiring waktu, tradisi ini berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di berbagai daerah, tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi.
Makna dan Filosofi Lebaran Ketupat
Lebaran Ketupat bukan hanya tentang hidangan khas yang disajikan, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Muslim Jawa.
1. "Ngaku Lepat" (Mengakui Kesalahan)
Kata ketupat dalam bahasa Jawa sering dikaitkan dengan istilah "ngaku lepat", yang berarti mengakui kesalahan. Ini mencerminkan ajaran Islam tentang pentingnya meminta maaf dan saling memaafkan setelah Ramadan.
2. "Laku Papat" (Empat Perbuatan Mulia)
Dalam budaya Jawa, ketupat juga melambangkan empat tindakan utama atau "laku papat", yaitu:
Lebaran Menandakan berakhirnya puasa Ramadan dan dimulainya hari kemenangan. Leburan Melambangkan melebur dosa dan kesalahan setelah berpuasa.
Laburan Kata "labur" berasal dari kapur yang digunakan untuk memutihkan rumah, melambangkan kesucian hati setelah Ramadan.
Luberan Berarti melimpah atau berbagi, mencerminkan ajaran Islam untuk selalu berbagi rezeki kepada sesama.
Makna-makna ini menjadikan Lebaran Ketupat lebih dari sekadar perayaan kuliner, tetapi juga refleksi spiritual dan sosial bagi umat Islam.
Tradisi Lebaran Ketupat di Berbagai Daerah
Lebaran Ketupat dirayakan dengan berbagai tradisi unik di berbagai daerah di Indonesia seperti:
Jawa Tengah dan Jawa Timur
Masyarakat memasak ketupat secara besar-besaran dan membagikannya kepada keluarga dan tetangga. Acara selamatan dan doa bersama sering dilakukan di rumah-rumah atau masjid.
Lombok (Lebaran Topat)
Masyarakat Sasak merayakan Lebaran Topat dengan tradisi ziarah kubur dan festival ketupat. Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai permainan tradisional dan pertunjukan seni.
Betawi (Kupatan)
Di Jakarta dan sekitarnya, Lebaran Ketupat atau kupatan biasanya dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga besar sambil menikmati hidangan ketupat sayur khas Betawi. Tradisi ini menunjukkan betapa Lebaran Ketupat telah menjadi bagian dari budaya Islam Nusantara yang beragam dan kaya akan nilai-nilai kebersamaan.
Kapan Lebaran Ketupat Dilaksanakan?
Lebaran Ketupat dirayakan seminggu setelah Idul Fitri, yaitu pada tanggal 7 atau 8 Syawal. Waktu ini dipilih karena mengikuti sunnah Rasulullah SAW yang menganjurkan puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadan.
Setelah umat Islam menyelesaikan puasa Syawal, mereka mengadakan syukuran dengan menyajikan ketupat sebagai simbol kemenangan dan kesucian. Pada hari tersebut, masyarakat akan saling mengunjungi, berbagi makanan, dan mempererat tali silaturahmi dengan keluarga, tetangga, serta kerabat.
Meskipun awalnya hanya dirayakan oleh masyarakat Muslim Jawa, kini Lebaran Ketupat juga diperingati di berbagai wilayah di Indonesia dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah.
Bagaimana Cara Merayakan Lebaran Ketupat?
Bagi yang ingin ikut merayakan Lebaran Ketupat, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Membuat dan Menyajikan Ketupat
Ketupat dibuat dengan anyaman daun kelapa muda (janur) dan diisi beras yang kemudian dikukus hingga matang.Ketupat biasanya disajikan dengan berbagai lauk khas seperti opor ayam, rendang, atau kupat tahu.
2. Mengunjungi Keluarga dan Tetangga
Tradisi ini menjadi kesempatan untuk kembali bersilaturahmi dengan sanak saudara dan tetangga setelah sibuk dengan aktivitas sehari-hari.Mengunjungi orang tua atau sesepuh desa untuk meminta doa restu juga menjadi bagian penting dalam perayaan ini.
3. Berbagi dengan Sesama
Makna "luberan" dalam Lebaran Ketupat mengajarkan untuk berbagi rezeki dengan orang lain, baik melalui makanan maupun sedekah.Banyak komunitas yang mengadakan acara berbagi makanan kepada masyarakat kurang mampu. Dengan cara ini, Lebaran Ketupat tidak hanya menjadi ajang makan bersama, tetapi juga mempererat hubungan sosial dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan dalam Islam.