Mencicipi Lezatnya Dawet hingga Roti Kukus Daun Kelor, Inovasi Warga Banyuwangi Atasi Stunting
Pengolahan tanaman kaya gizi menjadi makanan nikmat ini tentu menggugah selera makan anak-anak hingga orang dewasa
Pengolahan tanaman kaya gizi menjadi makanan nikmat ini tentu menggugah selera makan anak-anak hingga orang dewasa
Mencicipi Lezatnya Dawet hingga Roti Kukus Daun Kelor, Inovasi Warga Banyuwangi Atasi Stunting
Stunting masih menjadi salah satu pekerjaan besar bagi Indonesia. Berbagai upaya dilakukan pemerintah pusat hingga tingkat desa untuk memberantas stunting.
(Foto: Freepik master1305)
Peran Masyarakat
Selain pemerintah, peran memberantas stunting juga dilakukan oleh masyarakat. Sebagaimana yang dilakukan sejumlah warga Banyuwangi, Jawa Timur. Warga yang tergabung dalam Taman Kehati Raung ini membuat inovasi makanan berbahan dasar daun kelor yang dikenal kaya nutrisi.
Inovasi yang mereka lakukan adalah membuat dawet daun kelor. Minuman ini bisa jadi alternatif untuk diberikan kepada ibu hamil dan anak-anak yang tidak suka sayur.
(Foto: Hermawan Arifianto)
Dawet berbahan daun kelor yang kaya protein, vitamin A, dan zat besi diharapkan bisa berkontribusi positif untuk pertumbuhan ibu hamil dan bayi umur dua tahun (Baduta).
Project Manager dari Paradigma sekaligus pendamping kelompok Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Raung, Imam Tarmudi menjelaskan, dawet kelor jadi opsi makanan lokal yang sehat dan lezat. Dawet ini juga menjadi langkah preventif mengurangi stunting.
“Dawet kelor ini sudah diuji dan diteliti oleh ahli gizi dan dinilai baik," terang Imam, Selasa (12/12/2023).
"Rasa dawet tidak hilang dengan menambahkan unsur daun kelor. Selain itu juga dihitung kalori untuk menyesuaikan kebutuhan gizi setiap ibu hamil dan baduta,” imbuh Imam, dikutip dari Liputan6.com
Selain membuat dawet daun kelor, sejumlah warga Banyuwangi juga berinovasi membuat roti kukus dan kue mawaran berbahan daun kelor.
(Foto: Hermawan Arifianto)
Sumber Gizi
Daun Kelor dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi. Mengutip WHO, kelor adalah salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi. Sementara itu, di Indonesia tanaman ini baru dikenal sebatas sebagai sayuran.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Perkotaan Universitas Mohammad Husni Thamrin (2023), negara lain seperti Senegal dan
Haiti memanfaatkan daun kelor untuk mengatasi masalah gizi buruk pada anak-anak dan ibu
hamil serta menyusui.
Daun kelor sebagai sumber vitamin dan mineral dapat dikonsumsi
dengan cara dimasak, dimakan mentah, atau dikeringkan menjadi serbuk daun kelor. Daun kelor mengandung vitamin A 6.8 mg, 4 kali lebih banyak dibandingkan dengan
vitamin A yang terkandung dalam wortel.
Vitamin C yang terkandung dalam daun kelor
yaitu 220 miligram atau tujuh kali lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin C pada buah jeruk. Kalsiumnya empat kali lebih banyak dibandingkan susu tinggi kalsium. Kalium pada daun kelor 259 miligram atau tiga kali lebih banyak dibandingkan buah pisang.
Protein dalam daun kelor 6.7 gram atau dua kali lebih banyak dari protein pada sebutir telur
atau yoghurt. Zat besi pada daun kelor 25 kali jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bayam. Selain itu, daun kelor juga mengandung fosfor sebanyak 70 miligram per 100 gram.