Menilik Pesona Gunung Kawi, Eksotis Juga Mengandung Mistis
Merdeka.com - Di Malang bagian selatan, ada sebuah kawasan yang dikenal memberi tuah dan bisa mengentaskan pengunjungnya dari jerat kemiskinan. Kawasan itu merupakan petilasan sekaligus makam Eyang Djogo yang terletak di lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Setiap hari, para peziarah dari berbagai daerah datang untuk berdoa di sana.
Petilasan Eyang Djogo di lereng Gunung Kawi itu kemudian dikenal publik sebagai tempat pesugihan. Dikutip dari berbagai sumber, mitos pesugihan di Gunung Kawi ini terjadi belum terlalu lama. Mitos pesugihan yang melingkupi Gunung Kawi diperkirakan terjadi selama satu abad belakangan.
Mitos itu berkembang lantaran banyaknya calo di sekitar petilasan Gunung Kawi. Kepada para peziarah mereka menawarkan berbagai keperluan untuk ziarah dengan harga beragam, bahkan tidak jarang terlalu fantastis. Meskipun demikian, setiap hari selalu ada peziarah yang datang ke Gunung Kawi dengan tujuan mendapat berkah dari kunjungannya itu.
-
Dimana letak Kampung Batu Malang? Kampung ini berada di ketinggian dan dikelilingi sawah, sungai, serta bukit. Keindahan alam tatar Parahiyangan selalu berhasil mencuri perhatian. Bentangan sawah, gunung, dan sungai yang memesona selalu menjadi daya tarik utama.
-
Apa yang terkenal dari wisata di Malang? Malang tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga dengan beragam tempat wisata menarik yang memikat para pengunjung.
-
Apa yang menarik dari wisata di Malang? Dikelilingi pegunungan hijau dan udara sejuk, Malang menyuguhkan pengalaman wisata yang khas.
-
Dimana letak makam kuno di Sukoharjo? Di Desa Triyagan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, terdapat sebuah makam kuno.
-
Apa daya tarik utama wisata Malang? Malang adalah kota di Jawa Timur yang menawarkan keindahan wisata yang memukau. Wisatawan dapat menikmati pesona Gunung Bromo, salah satu gunung berapi paling ikonik di Indonesia, yang menawarkan pemandangan matahari terbit yang memukau dari puncaknya. Selain pesona alamnya, Malang juga dikenal dengan keberagaman budayanya.
-
Dimana makam berada di Salatiga? Letaknya tak jauh dari Alun-Alun Tengaran.
Sejarah Petilasan Gunung Kawi
2020 Merdeka.com/malangstrudel.com
Eyang Djogo dulunya ialah seorang veteran atau pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Pada masa Agresi Militer Belanda I, ia melarikan diri ke Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Konon, sebelum masa kedatangan Eyang Djogo, masyarakat Kesamben banyak yang menderita kolera. Hewan ternak mereka juga tak luput dari serangan penyakit itu.
Uniknya, semenjak Eyang Djogo singgah di Kesamben, warga yang menderita kolera tiba-tiba sembuh. Ternak mereka kembali sehat. Sejak itulah, sosok Eyang Djogo dianggap bisa mendatangkan tuah atau keberuntungan bagi orang lain. Ia sangat dihormati masyarakat setempat.
Kabar mengenai Eyang Djogo lekas menyebar ke daerah-daerah lain. Padepokan yang didirikan Eyang Djogo di Kesamben sampai tidak memungkinkan lagi menampung murid yang ingin belajar padanya. Akhirnya, ia memerintahkan seorang muridnya yang bernama R.M Imam Soedjono untuk membuka lahan baru di lereng Gunung Kawi.
Sejak pembukaan lahan baru yang difungsikan sebagai padepokan itu, kawasan Gunung Kawi tidak pernah sepi. Setiap hari, selalu ada orang yang hilir-mudik di sana. Mitos pesugihan Gunung Kawi bermula dari situ.
Harapan Menjadi Kaya
shutterstock
Ketenaran Gunung Kawi sebagai tempat pesugihan sudah tersebar ke seantero negeri. Terlepas dari benar tidaknya praktik tersebut. Sejumlah orang yang datang ke petilasan Eyang Djogo menyampaikan perbedaan yang dialaminya sebelum dan sesudah mereka datang ke Gunung Kawi.
Dikutip dari berbagai sumber, pendirian perusahaan rokok Bentoel bermula dari kunjungan pemiliknya ke Gunung Kawi. Ide untuk memulai bisnis salah satu rokok terbesar di Indonesia itu diklaim didapatkan setelah konglomerat Ong Hok Liong datang ke petilasan Eyang Djogo. Pendiri Salim Group, Liem Soe Liong juga diceritakan pernah datang ke Gunung Kawi.
Sampai sekarang, ada beberapa macam peziarah yang datang ke kawasan makam di lereng Gunung Kawi itu. Ada yang datang seorang diri, bersama keluarga, atau malah datang secara rombongan dengan jumlah besar. Tujuan mereka juga berbeda-beda, ada yang khusus berdoa mengharap keberkahan, ada juga yang sekadar wisata.
Mereka yang datang khusus untuk berdoa biasanya sudah menjadi langganan atau tidak hanay berkunjung sekali saja ke Gunung Kawi. Masing-masing orang memiliki jadwal rutin ziarah ke petilasan Eyang Djogo itu. Golongan ini biasanya terdiri dari orang-orang yang merasa mendapatkan berkah dari ziarah yang dilakukannya. Entah berhasil bangkit dari kebangkrutan atau usahanya semakin berkembang.
Beragam Paket untuk Sembahyang
2020 Merdeka.com/liputan6.com
Untuk masuk ke petilasan Eyang Djogo di lereng Gunung Kawi, pengunjung dikenai biaya masuk. Ada beberapa macam tarif yang bisa dipilih para peziarah. Pihak pengelola juga menyediakan paket-paket khusus untuk syukuran yang akan diadakan oleh peziarah.
Dikutip dari berbagai sumber, sebenarnya tidak ada peraturan tertulis atau peraturan yang bersifat khusus mengenai hal-hal yang harus dipersembahkan peziarah ketika berkunjung ke Kawi. Tetapi dalam kenyataan, banyak peziarah yang meyakini persembahan-persembahan itu penting bagi ritual sembahyang mereka.
Peziarah yang doanya terkabul setelah melakukan sembahyang di Kawi biasanya menggelar syukuran di sana. Mereka bisa memilih jenis makanan apa yang akan mereka pesan kepada pihak pengelola. Mulai dari ayam besek, tumpeng kambing, bahkan sapi. Satu besek ayam dibanderol harga Rp85 ribu. Sementara untuk satu ekor kambing bisa mencapai harga Rp15 juta.
Gelaran Wayang Kulit Tanpa Penonton
2020 Merdeka.com/liputan6.com
Selain paket makanan, pihak pengelola yang tidak lain ialah keturunan Eyang Djogo juga menyediakan fasilitas gelaran wayang kulit. Sudah terkenal di kalangan peziarah, apabila hajat atau keinginan mereka terkabul salah satunya ialah melakukan nazar atau pelunasan janji dengan menggelar pertunjukan wayang kulit.
Biaya untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit di Gunung Kawi dibanderol harga sekitar Rp3,5 juta setiap satu kali pentas. Dalam sehari, kadangkala ada beberapa kali pementasan wayang kulit. Pementasan itu akan tetap digelar bahkan ketika tidak ada penonton sekalipun.
Sumber Penghidupan Warga Setempat
2020 Merdeka.com/liputan6.com
Di luar perdebatan benar tidaknya praktik pesugihan yang ada di Gunung Kawi, yang jelas kawasan itu menjadi sumber penghidupan bagi warga setempat. Banyak pemuda kampung yang berprofesi sebagai calo ziarah. Mereka menawarkan jasa sebagai pemandu, termasuk menawarkan keperluan ritual seperti mandi bunga, penginapan, dan lain sebagainya.
Sepanjang jalan menuju kawasan petilasan, para perempuan menjajakan bunga dan keperluan ritual lainnya. Toko-toko souvenir juga berjajar di kawasan ini. Sedangkan, plang-plang bertuliskan penginapan yang dipasang di hampir tiap bangunan di kawasan petilasan Eyang Djogo berebut perhatian para peziarah. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Desa ini disebut-sebut bak AC alami yang cocok untuk kabur dari hiruk-pikuk perkotaan.
Baca SelengkapnyaLokasi ini cocok untuk menyendiri dan menikmati Kota Serang dari ketinggian.
Baca SelengkapnyaBelasan pendaki tersebut merupakan jemaah Majelis Buni Kasih.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gunung Gede Pangrango, destinasi unggulan para pendaki di Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat. Keindahan alamnya dipadukan dengan mitos mistis.
Baca SelengkapnyaMalang adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Timur dengan pesona keindahan wisata yang beragam.
Baca SelengkapnyaJembatan ini menyita perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara
Baca SelengkapnyaKonon telaga ini juga jadi tempat mandi para bidadari
Baca SelengkapnyaBuah yang tumbuh subur di daratan Pulau Kalimantan ini bukan hanya unik, melainkan juga memiliki khasiat bagi siapapun yang menyantapnya.
Baca SelengkapnyaPolres Cimahi tengah mencocokkan tulisan yang ada di dinding tembok rumah dengan tulisan yang dibuat sehari-hari
Baca Selengkapnya