Mitos Bayi Melintang atau Sungsang, Simak Penjelasannya
Mitos ini sering kali menjadi beban psikologis bagi ibu hamil karena merasa bersalah atau khawatir ada kesalahan yang telah dilakukan.
Bayi melintang adalah posisi di mana bayi berada dalam posisi horizontal di dalam rahim, dengan kepala di satu sisi dan kaki di sisi lainnya, bukan posisi kepala di bawah seperti seharusnya menjelang persalinan. Fenomena ini sering kali menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat, terutama karena banyaknya mitos yang beredar seputar bayi melintang.
Mitos-mitos ini sering kali dikaitkan dengan hal-hal mistis atau dipercaya sebagai pertanda tertentu bagi sang ibu atau keluarga. Sayangnya, kepercayaan ini dapat menimbulkan kecemasan berlebihan bagi ibu hamil yang tengan mengalami kondisi ini. Mitos ini sering kali menjadi beban psikologis bagi ibu hamil karena merasa bersalah atau khawatir ada kesalahan yang telah dilakukan.
-
Apa aja mitos bayi tengkurap? Berikut beberapa mitos bayi tengkurap yang merdeka.com lansir dari berbagai sumber: 1. Mencegah Bayi Tersedak 2. Mencegah Kolik 3. Memperkuat Otot Leher Bayi 4. Bayi Tidur Lebih Nyenyak 5. Membuat Bayi Cepat Belajar Merangkak atau Berjalan 6. Membuat Bayi Lebih Nyaman
-
Kenapa mitos bayi tengkurap banyak dipercaya? Beberapa budaya percaya bahwa tidur tengkurap dapat meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan bayI. Mitos ini didasarkan pada pandangan bahwa posisi tidur tengkurap dapat memudahkan pernapasan dan meningkatkan aliran udara ke paru-paru bayi.
-
Mitos apa tentang pusar bayi? Menempelkan koin di pusar bayi untuk mencegah kebodongan adalah sebuah mitos yang tidak dapat dijelaskan secara logis.
-
Apa yang dilihat bayi menurut mitos? Menurut mitos ini, bayi yang sering menengadah dan melihat ke atas dikatakan sedang melihat makhluk halus atau hantu. Banyak orang percaya bahwa makhluk halus terlihat melayang di atas kepala, dan bayi dengan kemampuan penglihatannya yang belum sepenuhnya berkembang, dapat menatap makhluk halus tersebut.
-
Kenapa mitos bayi melihat ke atas bertahan? Secara umum, mitos bayi melihat ke atas adalah contoh dari bagaimana kepercayaan tradisional dapat bertahan dalam masyarakat, meskipun terkadang bertentangan dengan pengetahuan ilmiah modern.
-
Mengapa mitos bayi terlilit tali pusar dianggap membawa hoki? Banyak mitos bayi zaman dulu yang menyebutkan bahwa bayi yang lahir terlilit tali pusar saat dewasa nanti akan senantiasa terlihat cantik, tampan atau menawan dengan berbagai model pakaian dan warna pakaian yang ia kenakan. Bayi yang terlilit tali pusar juga dipercaya akan membawa hoki tersendiri.
Padahal, dari sudut pandang medis, posisi bayi melintang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ukuran rahim, jumlah air ketuban, atau bentuk panggul ibu, yang semuanya bersifat alami dan tidak dapat dikendalikan sepenuhnya. Untuk itu, pemahaman yang tepat mengenai posisi bayi melintang sangat penting agar ibu hamil tidak terbebani oleh mitos yang tidak berdasar.
Meski demikian, Anda pasti penasaran, apa sih mitos bayi melintang yang umum beredar di masyarakat? Dilansir dari berbagai sumber, ini dia beberapa mitos bayi melintang terpopuler yang masih banyak dipercaya. Simak selengkapnya.
Ragam Mitos Bayi Melintang atau Sungsang
1. Melanggar Pantangan Selama Kehamilan
Salah satu mitos yang cukup kuat adalah anggapan bahwa posisi bayi melintang atau sungsang disebabkan oleh ibu yang tidak mematuhi pantangan selama kehamilan. Pantangan ini bisa berupa larangan untuk memindahkan benda berat, duduk dengan kaki menyilang, atau tidur di siang hari.
Masyarakat percaya bahwa jika ibu hamil melanggar pantangan-pantangan ini, bayi akan menjadi sungsang atau melintang sebagai bentuk “hukuman”. Mitos ini sering membuat ibu hamil merasa bersalah atau takut untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Padahal, secara medis, posisi bayi yang melintang atau sungsang tidak ada hubungannya dengan pantangan tersebut, melainkan lebih terkait dengan faktor-faktor medis seperti bentuk rahim, posisi plasenta, atau jumlah air ketuban.
2. Makan Makanan Tertentu Membuat Bayi Sungsang
Mitos lainnya adalah keyakinan bahwa mengonsumsi makanan tertentu selama kehamilan, seperti buah nanas, durian, atau makanan pedas, dapat menyebabkan bayi menjadi sungsang atau melintang.
Beberapa masyarakat juga percaya bahwa makanan “dingin” seperti mentimun atau semangka dapat memengaruhi posisi bayi. Mitos ini sering kali membatasi asupan makanan ibu hamil, yang sebenarnya sangat membutuhkan nutrisi seimbang untuk kesehatan dirinya dan perkembangan bayi.
Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini, dan dokter biasanya akan lebih menekankan pentingnya pola makan sehat dibandingkan membatasi makanan berdasarkan mitos.
3. Dampak dari Perilaku Ibu Hamil yang Tidak Tenang
Ada juga mitos yang mengatakan bahwa bayi melintang atau sungsang disebabkan oleh ibu hamil yang tidak tenang atau sering cemas. Masyarakat percaya bahwa ketidaktenangan ibu dapat memengaruhi posisi bayi di dalam kandungan.
Mitos ini menambah beban psikologis ibu hamil, membuat mereka merasa harus selalu dalam keadaan tenang agar posisi bayi tetap normal. Namun, dari sudut pandang medis, kecemasan ibu hamil tidak ada hubungannya langsung dengan posisi bayi. Posisi bayi lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik seperti ruang gerak di dalam rahim dan kondisi plasenta.
4. Keturunan dan Pengaruh Leluhur
Sebagian masyarakat percaya bahwa posisi bayi melintang atau sungsang bisa jadi adalah pengaruh dari keturunan atau leluhur. Ada keyakinan bahwa jika nenek atau ibu mengalami kehamilan dengan bayi sungsang, maka kemungkinan besar akan turun ke generasi berikutnya.
Mitos ini sering kali diperkuat oleh cerita-cerita keluarga yang diteruskan dari generasi ke generasi. Meskipun faktor keturunan dapat memengaruhi beberapa kondisi kehamilan, posisi bayi yang melintang atau sungsang lebih disebabkan oleh faktor anatomi dan kondisi kehamilan saat itu, bukan karena warisan dari leluhur.
5. Duduk di Pintu Dapat Membuat Bayi Sungsang
Mitos lainnya adalah larangan bagi ibu hamil untuk duduk di ambang pintu karena diyakini dapat membuat bayi menjadi sungsang. Pintu dianggap sebagai perbatasan yang membawa pengaruh negatif, sehingga duduk di sana diyakini bisa mengacaukan posisi bayi di dalam kandungan.
Larangan ini sering disampaikan oleh orang tua kepada ibu hamil, sehingga membuat mereka merasa terbatas dalam beraktivitas. Padahal, posisi duduk ibu hamil tidak memiliki hubungan langsung dengan posisi bayi di dalam rahim, dan mitos ini lebih bersifat kepercayaan tradisional tanpa bukti ilmiah.
6. Menggunakan Pakaian yang Terlalu Ketat
Mitos yang satu ini beranggapan bahwa ibu hamil yang sering memakai pakaian ketat akan mengalami masalah posisi bayi melintang atau sungsang. Masyarakat percaya bahwa tekanan dari pakaian ketat akan memengaruhi ruang gerak bayi, sehingga membuat posisi bayi menjadi tidak normal.
Meskipun menggunakan pakaian ketat memang tidak disarankan karena bisa membuat ibu merasa tidak nyaman, hal ini tidak secara langsung memengaruhi posisi bayi. Posisi bayi dalam rahim lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor medis seperti ruang di dalam rahim dan posisi plasenta, bukan karena jenis pakaian yang digunakan ibu.
7. Pengaruh Gerhana Bulan atau Matahari
Beberapa masyarakat tradisional percaya bahwa posisi bayi melintang atau sungsang ada kaitannya dengan gerhana bulan atau matahari. Ada keyakinan bahwa jika ibu hamil keluar rumah saat terjadi gerhana, maka bayinya bisa terpengaruh oleh “energi” gerhana yang menyebabkan bayi berada dalam posisi yang salah.
Mitos ini membuat banyak ibu hamil merasa takut untuk keluar rumah saat terjadi gerhana. Padahal, fenomena alam seperti gerhana sama sekali tidak berhubungan dengan posisi bayi dalam kandungan dan hanyalah mitos belaka yang tidak memiliki dasar ilmiah.
Penyebab Bayi Sungsang dari Sisi Medis
Dari sisi medis, posisi bayi sungsang terjadi ketika bayi berada dalam posisi yang tidak biasa, dengan bokong atau kakinya menghadap ke bawah rahim, bukannya kepala. Beberapa faktor dapat menyebabkan posisi ini, salah satunya adalah bentuk dan ukuran rahim yang memengaruhi ruang gerak bayi.
Rahim yang berbentuk tidak normal, seperti rahim berbentuk hati atau memiliki sekat (septum), dapat menghalangi bayi untuk berputar ke posisi kepala di bawah. Selain itu, rahim yang terlalu longgar akibat kehamilan kembar atau kehamilan sebelumnya juga bisa menyebabkan bayi lebih mudah bergerak bebas dan sulit menetap di posisi ideal untuk persalinan.
Faktor lain yang memengaruhi posisi sungsang adalah jumlah air ketuban yang terlalu banyak (polihidramnion) atau terlalu sedikit (oligohidramnion). Jika jumlah air ketuban berlebihan, bayi akan memiliki terlalu banyak ruang untuk bergerak sehingga lebih rentan berada di posisi sungsang.
Sebaliknya, jika air ketuban terlalu sedikit, bayi akan kesulitan bergerak dan bisa saja terjebak dalam posisi yang tidak normal. Plasenta previa atau posisi plasenta yang rendah juga dapat memengaruhi posisi bayi karena bisa menghalangi bayi untuk turun ke posisi kepala di bawah.
Selain itu, faktor usia kehamilan juga berperan dalam menentukan posisi bayi. Bayi yang belum cukup bulan (kurang dari 37 minggu) cenderung lebih sering berada di posisi sungsang karena masih memiliki banyak ruang untuk bergerak. Namun, seiring mendekati waktu persalinan, biasanya bayi akan berputar dengan sendirinya ke posisi kepala di bawah.
Jika bayi tetap dalam posisi sungsang mendekati waktu persalinan, dokter mungkin akan menyarankan beberapa metode, seperti versi luar (external cephalic version) atau tindakan medis lainnya untuk membantu bayi berputar.