Potret Ponpes Darul Huda Blitar, Mandiri Ekonomi Berkat Toko Ritel hingga Produksi Oleh-Oleh Legendaris Daerah
Pondok pesantren berusia 98 tahun ini jadi contoh baik bagi lembaga pendidikan keagamaan lain.
Pondok pesantren berusia 98 tahun ini jadi contoh baik bagi lembaga pendidikan keagamaan lain.
Potret Ponpes Darul Huda Blitar, Mandiri Ekonomi Berkat Toko Ritel hingga Produksi Oleh-Oleh Legendaris Daerah
Pondok Pesantren Darul Huda Wonodadi yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta Kabupaten Blitar Jawa Timur ini sudah berusia nyaris satu abad. Sejak awal berdiri, lembaga pendidikan berbasis Islam ini bertekad mandiri secara ekonomi.
-
Apa yang membuat Blitar makmur? Daerah tersebut merupakan wilayah perkebunan yang membuat masyarakat makmur.
-
Apa kontribusi Bawadiman Djojodigdo untuk Blitar? Peran Sang Patih Selama menjadi Patih Blitar pada tahun 1877-1895, Djojodigdo berkontribusi besar mendampingi Bupati Warso Koesoemo mengelola puncak pemerintahan dan pembangunan Regentschap Blitar hingga membentuk kawasan Gemeente/Kota Blitar.
-
Dimana pusat perdagangan di Banten? Pelabuhan Karangantu jadi pusat perdagangan di Banten sejak abad ke-15 .
-
Kenapa BSI fokus pada kewirausahaan di pesantren? Santri memiliki hubungan erat dalam Islamic Ecosystem yang berkontribusi dalam menumbuh kembangkan pemberdayaan ekonomi di pesantren. BSI berkomitmen penuh untuk mengimplementasikan ekonomi syariah sebagai instrumen ekonomi yang berperan besar mendorong ekonomi keumatan, salah satunya sektor UMKM yang berada di lingkungan pesantren.
-
Siapa yang mendirikan pondok pesantren di Kediri? Kiai nyentrik ini mendirikan pesantren tak jauh dari bekas lokalisasi.
-
Apa usaha Budi dan istrinya di Blitar? Uangnya digunakan untuk modal usaha slondok atau keripik khas Jawa Timur, serta memberangkatkan umrah kedua orang tuanya.
Sejarah
Pondok pesantren ini didirikan oleh Kiai Said Hamzah pada tahun 1926. Setelah Kiai Said wafat, Ponpes Darul Huda diasuh oleh dua putranya yakni Kiai Hasan Badri dan Kiai Bustomi Said.
Pada masa kepimpinan beliau berdua inilah mulai ada perubahan-perubahan. Keduanya mendirikan MI dan MTs. Pada tahun 1966, madrasah yang dahulu bernama Hidayatut Tholibin berganti nama dengan Darul Huda seperti yang dikenal sekarang.
Penyempurnaan-penyempurnaan terus dilakukan tanpa meninggalkan ciri khas Darul Huda.
Mandiri Ekonomi
Pada tahun 1996, pesantren ini melebarkan sayap di bidang perekonomian dengan membentuk Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Barkah.
Mengutip situs laduni.id, sejak awal berdiri pesantren ini sudah mandiri secara ekonomi. Hal ini merupakan implementasi dari Ilmu Fikih.
Selain itu, pengembanfan ekonomi juga bertujuan juga menguatkan kemandirian pesantren dan membangun jiwa kewirausahaan santri agar bisa mandiri di masyarakat.
Kegiatan ini terus dipertahankan pesantren untuk membuktikan kontribusinya kepada masyarakat.
Pesantren ini memiliki toko ritel dan grosir alat tulis kantor, produksi meja dan kursi berbahan besi, serta konveksi kaus dan seragam.
Tak hanya itu, ponpes ini juga terkenal dengan produk opak gambir. Bahkan, jajanan khas Blitar ini jadi produk unggulan Ponpes Darul Huda Wonodadi.
Awalnya, pihak ponpes memproduksi opak gambir untuk kebutuhan santri dan alumni. Seiring waktu, penjualannya diperluas kepada masyarakat di sekitar ponpes.
Dulu, penjualan dilakukan secara langsung. Kini, ponpes memanfaatkan media sosial untuk promosi.
Mengutip situs opp.jatimprov.go.id, produksi opak gambir meningkat jelang Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Produksinya bisa mencapai 2 ton per bulan. Adapun omzet yang didapatkan sekitar Rp17,5 juta.
Pengasuh berharap pemasaran produk opak gambir bisa merambah pasar internasional melalui bantuan One Pesantren One Product (OPOP) yang merupakan program Pemprov Jatim.