Sisi Lain Mas Mansoer Sahabat Karib Soekarno dan Bung Hatta, Religius sejak Kecil Tak Pernah Mau Tampil Glamor
Jabatan tinggi dan berteman dengan orang-orang penting membuat ia tetap konsisten tampil sederhana
Jabatan tinggi dan berteman dengan orang-orang penting membuat ia tetap konsisten tampil sederhana
Sisi Lain Mas Mansoer Sahabat Karib Soekarno dan Bung Hatta, Religius sejak Kecil Tak Pernah Mau Tampil Glamor
Tokoh Islam dan nasionalisme terkemuka Indonesia ini sejak kecil akrab dengan dunia pesantren. Hingga wafat, ia hidup dalam lingkungan yang kental akan nilai-nilai agama dan budaya.
-
Siapa ayah KH Mas Mansur? Ayahnya, KH Mas Ahmad Marzuki, adalah seorang pionir Islam dan ahli agama yang terkenal di Jawa Timur, serta imam tetap dan khatib di Masjid Agung Ampel Surabaya.
-
Bagaimana Soeharto menunjukkan kesederhanaannya? Pak Harto santai saja makan mie instan. Seperti masyarakat kebanyakan. Mie instan ini sering diidentikan dengan makanan anak kos di tanggal tua.
-
Kapan KH Mas Mansur lahir? KH Mas Mansur adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir pada 25 Juni 1896 di Surabaya, Jawa Timur.
-
Kenapa Soeharto menentang perselisihan agama? “Saya menentang keras perselisihan agama. Pancasila telah menetapkan dalam sila pertamanya: Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu tidak khusus untuk satu kepercayaan agama.”
-
Di mana KH Mas Mansur lahir? KH Mas Mansur adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir pada 25 Juni 1896 di Surabaya, Jawa Timur.
-
Apa yang terkenal dari Mas Katon? Selama ini, Mas Katon kerap mencuri perhatian lewat body painting berbagai tokoh sepak bola serta gaya rambutnya yang dipotong dengan berbagai macam gaya.
Keluarga
Pria kelahiran Surabaya pada 25 Juni 1896 merupakan buah hati dari pernikahan Mas Ahmad Marzuqi dan Raudhah. Mengutip situs resmi Muhammadiyah, Mas Ahmad Marzuqi adalah keturunan keraton Sumenep dan seorang khatib tetap di masjid Sunan Ampel Surabaya. Sementara Raudhah adalah perempuan kaya yang berasal dari keluarga Pesantren Sidoresmo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya.
Pendidikan Agama
Semasa kecil, Mas Mansoer sering menyaksikan ceramah-ceramah Kiai Ahmad Dahlan di Surabaya. Mas Mansoer kecil juga sudah diperkenalkan dengan kitab kuning dan tradisi pesantren. Selanjutnya, ia menimba ilmu dari Muhammad Thaha Ndresmo, menjadi santri di pesantren Demangan Bangkalan, hingga belajar pada Kiai Khalil untuk mendalami Al-Qur'an dan Kitab Alfiyah Ibnu Malik. Pada tahun 1908, Mas Mansoer menunaikan ibadah haji sekaligus bermukim di Mekkah untuk menimba ilmu agama kepada Kyai Mahfudz dari Pesantren Termas, Pacitan.
Mas Mansoer belajar di Mekkah selama empat tahun. Ia kemudian pindah karena situasi politik di sana semakin tidak kondusif.
Pada tahun 1912, Mas Mansoer berangkat dari Mekkah ke Mesir dengan menumpang kapal laut. Ia diterima di Fakultas Agama Universitas Al-Azhar.
Kiprah di Tanah Air
Pada tahun 1915, Mas Mansoer pulang dari Mesir. Ia lalu mengasuh dan mengajar di Pesantren An-Najjiyah di Sidoresmo. Selain mengajar kitab kuning di pesantren, ia juga aktif dalam gerakan sosial, politik, keilmuan, maupun keagamaan.
Ia juga bergabung dengan Sarekat Islam pimpinan HOS Tjokroaminoto dan turut mendirikan pusat kajian Taswirul Afkar bersama Kiai Wahab Hasbullah. Kendati sibuk, Mas Mansoer masih sempat menulis di berbagai media massa.
Empat Serangkai
Jepang menyebut Mas Mansoer, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantoro sebagai empat serangkai. Mereka adalah kelompok yang paling berpengaruh di Indonesia saat itu. Hubungan keempat tokoh tersebut pun harmonis, mereka adalah sahabat karib bagi satu sama lain.
Tolak Tampil Glamor
Jabatan mentereng dan berkawan karib dengan para pendiri NKRI tak mengubah prinsip Mas Mansoer. Ia tetap tampil sederhana dan menolak tampil glamor.
Mengutip artikel Merdeka.com, Mas Mansoer lebih suka pakaian sederhana dan sarung, serta mengenakan sabuk berkantong. Wartawan Jepang Kanzo Tsutsumi bertanya kepada Mas Mansoer mengapa ia suka berpakaian sederhana.
"Pakaian saya selalu menjadi soal hingga kawan-kawan saya memberi uang 180 rupiah dan disuruhnya saya membuat jas dan celana bagus-bagus. Cuma saja saya yakin, kalau beli celana modern, niscaya saya tak sanggup menjelaskan hitungan 5 dan 5 karena tentu otak dan pikiran tidak tenang lagi. Biarpun saya disebut kepala batu atau berbau desa, sudahlah biarkan," ucapnya.