Sosok Inspiratif Muh Rasyid, Petani Lereng Gunung di Probolinggo yang Terangi Kampung Lewat Aliran Sungai
Rasyid pernah ditertawakan oleh warga lain yang tak percaya air bisa diubah menjadi tenaga listrik. Namun akhirnya mimpi kampung yang terang bisa terwujud.
Sebelum tahun 1993, Dusun Sumber Kapong, Lereng Gunung Argopuro, Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, masih gelap gulita. Warga belum mendapatkan aliran listrik sehingga memakai penerangan ala kadarnya saat malam hari.
Kondisi ini bukan tidak berdampak. Justru, sangat berpengaruh terhadap akses pendidikan anak-anak di sana. Mereka tidak bisa belajar di malam hari, termasuk menyiapkan tugas-tugas sekolah secara maksimal untuk keesokan harinya.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas program Listrik Desa? Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN (Persero) menjadi pengawal utama dari target menerangi Indonesia ini.
-
Siapa yang memanfaatkan energi listrik? Listrik telah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
-
Mengapa program Listrik Desa diluncurkan? Keinginan itu dimulai dari Bantul pada Mei 2015, Pemerintah mencanangkan program pembangkit listrik 35.000 MW melengkapi 7.000 MW yang sudah dibuat pemerintah sebelumnya.
-
Apa saja manfaat program Listrik Desa? 'Masak masakan tidak pakai kayu lagi, tinggal colok saja,' ujar Mama Lodia. 'Anak-anak juga gampang belajar karena tidak tidur lagi jadi belajarnya bagus.'
-
Apa itu energi listrik? Energi listrik adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh pergerakan partikel bermuatan, khususnya elektron, melalui suatu penghantar atau rangkaian tertutup.
-
Siapa yang meresmikan Desa Energi Berdikari Kalijaran? Program Desa Energi Berdikari Kalijaran yang berbasis pada pengelolaan integrated farming berbasis Energi Baru dan Terbarukan di area persawahan Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Cilacap diresmikan langsung oleh Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, didampingi VP CSR & SMEPP Management Pertamina, Fajriyah Usman, bersama Kepala Dinas Pertanian Cilacap, Susilan didampingi subholding Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) pada Kamis (2/11/2023).
Bermula dari kondisi ini, seorang petani bernama Muhammad Rasyid langsung tergerak untuk menciptakan energi alternatif demi penerangan kampung. Berbekal pengetahuannya tentang manfaat air sebagai penghantar energi, ia kemudian membuat kincir air di sungai kecil dekat permukiman.
Mimpinya tidak langsung terwujud. Berbagai hambatan ia temui, termasuk dari para tetangga. Tak jarang cemoohan ia dapatkan, sampai dicap gila karena tak percaya. Berjalannya waktu, Rasyid bersama warga yang peduli lantas bergerak dan berhasil mewujudkan mimpi Sumber Kapong untuk mendapatkan fasilitas listrik.
Tak Ingin Kampungnya Gelap
Ketiadaan fasilitas listrik di Sumber Kapong sebenarnya bukan keresahannya seorang diri semata. Banyak warga yang memiliki harapan sama, agar rumah-rumah mereka setidaknya bisa terang saat malam datang.
Keadaan ini salah satunya berdampak ke anak-anak di sana yang mengalami kesulitan belajar. Rasyid kemudian melihat potensi sungai yang memiliki aliran air deras dari puncak Argopuro dan merancang Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sederhana.
Ia kemudian menyodet aliran Sungai Pekalen agar bisa dialirkan ke turbin berbahan kayu yang ia rancang bersama tetangga lain di sekitarnya.
“Kondisi kampung saat itu gelap gulita, pendidikan anak juga jarang maju karena gelap. Tapi di sini alamnya sangat potensi dan air melimpah,” kata Rasyid, mengutip Youtube Liputan6.
Sempat Dianggap Gila dan Ditertawakan Warga
Upayanya dalam memajukan kampung sempat dianggap sia-sia oleh warga. Bahkan, ia juga ditertawakan karena banyak yang tidak percaya bahwa aliran sungai bisa menghasilkan energi listrik dan menjadi sumber penerangan rumah.
Rasyid juga mengaku ia pernah dicap gila karena upayanya ini. Namun, lambat laun warga mulai paham dan akhirnya turut serta membantu pengelolaannya.
“Tenaga air saja bisa untuk listrik, dulu ditertawakan juga soal ini, pak Rasid membuat baling-baling air, terus jadi listrik. Gila ya pak Rasyid ini. Tapi terus saya tetap fokus dan bisa jadi sampai sekarang,” katanya.
Didorong Keinginan Menonton TV di Rumah
Selain soal pendidikan, sebenarnya upaya ini didorong oleh mimpi pribadinya yang ingin menonton televisi. Ia kemudian mencari cara agar listrik yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan di tiap rumah, termasuk untuk perangkat elektronik.
Setelah dilakukan percobaan beberapa kali, kekuatan voltase pun memadai untuk penerangan beberapa rumah di sana. Total dari kincir air yang dibuat, sebanyak 400 kilovolt bisa dihasilkan.
“Jadi setelahnya listrik bisa nyambung, lalu saya beli tv 12 inch yang masih hitam putih,” katanya.
Warga Bisa Bayar Listrik Pakai Hasil Bumi
Setelah warga merasakan manfaat dari listrik, mereka kemudian sepakat mendukung cara gila Rasyid.
Satu per satu tetangga mendirikan komunitas Tirta Pijar, sebagai kelompok yang bersedia melakukan pengelolaan dan perbaikan secara berkala.
Komunitas ini fokus merawat kincir air, merawat dan memperbaiki jaringan listrik ke rumah-rumah warga termasuk melakukan penarikan iuran.
Menariknya, pembayaran iuran sangat murah dan bisa diganti dengan hasil bumi maupun hewan ternak berupa ayam ataupun itik.
Semangat Merawat
Warga sekitar kemudian merasakan manfaatnya selama 30 tahun terakhir. Anak-anak juga bisa terfasilitasi untuk mengerjakan tugas sekolah saat malam hari, tanpa harus terganggu minimnya pencahayaan.
Semangat ini kemudian melahirkan giat gotong royong untuk perawatan dan pelestarian kincir air. Tanpa dikomando, warga langsung berbondong-bondong datang ke lokasi untuk memperbaiki kendala yang terjadi.
“Sekarang kalah hujan terus banjir atau longsor, warga langsung bawa pacul dan alat untuk memperbaiki,” kata seorang warga, Suto.
Listrik Menerangi Selama 24 Jam
Menukil Indonesia.go.id, sebelumnya warga hanya mengandalkan lampu minyak alias petromaks. Kondisi ini tentu memprihatinkan, karena di samping cahayanya minim juga rawan terjadi bencana kebakaran.
Namun saat ini listrik sudah dapat dinikmati secara penuh oleh penduduk Sumber Kapong, bahkan hingga 24 jam. Warga pun kini sudah meninggalkan lampu minyak, dengan aliran listrik yang cenderung stabil.
Soal pembayaran juga bisa dilakukan kapanpun, termasuk saat masa panen tiba agar tidak memberatkan warga.
Desa-desa Sekitar Terbantu
Dalam laman TVRI News Probolinggo, disebutkan bahwa aliran listrik ternyata tidak hanya menerangi Kampung Sumber Kapong, namun hingga desa-desa lain di sekitar Kecamatan Tiris.
Keadaan ini berkat adanya 2 generator PLTMH yang ditambahkan warga pada tahun 1999 silam dan menjadi sumber energi listrik tambahan. Sejak itu, warga di beberapa desa terselamatkan dan kini kampung mereka menjadi terang saat malam.
Adanya listrik energi baru terbarukan ini juga mampu menggerakan perekonomian warga dengan industri-industrinya, seperti penggilingan kopi, beras hingga jagung yang memakai mesin elektronik.
Kiranya Dusun Sumber Kapong, Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris bisa dicontoh oleh kampung maupun desa lain agar mandiri dan berdaya.
Saat ini, kemapuan produksi listrik semakin meningkat setelah masuknya bantuan PLN melalui bantuan mesin turbin modern.