Kisah Kampung di Pelosok Gunung Tasikmalaya yang Belum Teraliri Listrik, Warga hanya Bisa Pakai Satu Lampu di Rumah
Selain rutenya sulit dilalui, warga di kampung ujung ini hanya bisa memakai satu lampu untuk satu rumah.
Selain rutenya sulit dilalui, warga di kampung ujung ini hanya bisa memakai satu lampu untuk satu rumah.
Kisah Kampung di Pelosok Gunung Tasikmalaya yang Belum Teraliri Listrik, Warga hanya Bisa Pakai Satu Lampu di Rumah
Masih terdapat kampung terpencil dan tertutup perbukitan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Bernama Legok Jeunjing, sejumlah permukiman di sini belum seluruhnya teraliri listrik.
Dalam kanal YouTube Petualangan Alam Desaku, sang kreator mengunjungi kampung tersebut dan mendapati aliran listrik hanya bisa dinikmati secara terbatas oleh beberapa warganya. Bahkan untuk sekarang, satu rumah hanya bisa memakai listrik untuk satu lampu.
-
Bagaimana kabut di kampung unik di Tasikmalaya? Kabut menjadi daya tarik menarik di Kampung Sukamekar karena saat muncul intensitasnya akan sangat tebal.
-
Apa saja kesulitan warga Cinungku tanpa listrik? Masyarakat Kampung Cinungku mengeluhkan akses listrik yang belum bisa maksimal masuk ke kampungnya. Sehingga mereka kesulitan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
-
Di mana kampung unik di Tasikmalaya berada? Di Tasikmalaya, terdapat deretan permukiman warga yang memiliki pesona serupa yakni di Sukamekar, Mandalasari, Kecamatan Puspahiang.
-
Kenapa listrik di Cinungku susah diakses? Kondisi ini tentu menyulitkan mereka, terutama bagi warga yang memiliki usaha rumahan karena listrik yang didapat dalam jumlah yang terbatas.'Kalau di sini mah keluhannya listrik, belum ada (maksimal) di sini. Jadi pusatnya jauh, belum ada tiang listrik di sini. Kalau dipakai buat usaha pakai mesin serut kayu, sanyo, suka nggak kuat,' kata warga bernama Abah Pendi, pembuat kusen pintu kayu.
-
Kenapa warga Kampung Cinungku butuh listrik? Warga Cinungku menginginkan listrik untuk menunjang pekerjaan mereka. 'Keluhannya listrik, pak, belum ada di sini mah. Jadi listrik maksudnya, itu kwh-nya pada jauh. Jadi saya kerja juga nggak kuat sama mesinnya. Apalagi sama sanyo, sama mesin saya,'
-
Kenapa Mbah Marsiah tidak pakai listrik? 'Dulunya di sini pernah disaluri listrik. Tapi terus kabelnya lecet, terus konslet. Saya takut kebakaran. Jadi saya minta copot saja listriknya,' ungkapnya.
Selain belum teraliri listrik dengan baik, permukiman Lebak Jeunjing di Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang ini juga memiliki rute jalan yang terjal dan sulit dilalui kendaraan roda dua maupun empat.
Bagaimana kondisi sebenarnya di sana? simak informasi selengkapnya.
Berada di Atas Bukit
Terlihat kondisi permukiman warga tidak seluruhnya berdekatan. Rumah-rumah warga memiliki jarak cukup jauh dan dibatasi oleh hutan serta perkebunan warga.
Di sana mayoritas warganya bekerja sebagai petani dan penyadap air nira untuk pembuatan gula merah. Sehari-hari warga harus menaiki jalanan yang terjal berbatu untuk menyadap nira, sembari membawa lodong atau bambu besar.
“Itu di depan (ada warga) bawa banyak lodong (bambu untuk tempat nira), kalau saya taksir beratnya sampai 30 liter ini,” kata kreator YouTube tersebut.
Rutenya Terjal dan Sulit Dilalui Kendaraan
Untuk jalan di Lebak Jeunjing sebenarnya di beberapa titik sudah mulus dengan konstruksi cor beton dan susunan batu. Namun konturnya menanjak curam dengan belokan tajam di samping jurang.
Kondisi jalan juga belum memiliki pembatas sehingga bagi yang belum menguasai wilayah dikhawatirkan akan terjun ke jurang.
“Saya salut sama yang bawa kendaraan ke sini, ini curam banget. Kalau tidak hati-hati bisa jumping ke jurang ini,” lanjut pembuat video.
Rumah Terbatas Mendapat Listrik
Sang kreator bersama rekannya, Marco, terus berjalan menuju puncak dan menemukan 8 rumah lainnya yang berjarak cukup jauh.
Rata-rata, rumah di sana masih terbuat dari kayu dan bambu dengan konstruksi ala panggung. Bagian bawah biasa dimanfaatkan warga untuk beternak unggas dan menanam tanaman kecil.
Menurut keterangan warga, beberapa rumah di ujung Kampung Lebak Jeunjing ini belum mendapat aliran listrik yang layak. Kondisi jalannya juga berbeda dari yang di bawah, karena masih bebatuan dan tanah.
“Ini termasuk kampung terpencil, lihat jalannya, lihat kwh-nya, kan belum ada kwh listrik di rumah,” kata salah satu warga saat ditanya kreator.
Satu Rumah hanya Bisa Pakai Satu Lampu
Untuk listriknya sendiri kwhnya sangat kecil, sehingga sekitar 8 rumah harus dibagi alirannya. Ini yang membuat masing-masing rumah hanya bisa memakai satu lampu.
Menurut penuturan salah seorang warga, maksimal warga hanya bisa untuk mengisi daya telepon genggam. Sisanya untuk lampu. Warga di sana juga tidak bisa menggunakan alat elektronik lainnya seperti kulkas, TV, setrika sampai rice cooker.
“Karena belum masuk semua listriknya, di sini ngga ada rice cooker listrik, nggak ada TV, yang pake-pake listrik nggak bisa di sini. Jadi cuma bisa satu lampu saja,” terang warga itu.
Berencana Masuk di 2024
Walau begitu, warga tersebut mengatakan jika listrik direncanakan akan masuk ke kampung pada 2024.
“Kata Pak Kuwu, kalau tidak ada halangan lagi, lirtik akan masuk 2024,” terang warga itu
Dia juga berharap agar jalan di ujung kampung puncak bukit itu bisa tersentuh pembangunan sehingga mempermudah mobilitas warga.
“Makanya nih ya, pemerintah, mudah-mudahan rakyatnya didengarkan, kwh-nya belum benar-benar sampai ke sini,” terang kreator video.