Strict Parents adalah Sebutan untuk Pola Asuh yang Kaku, Ini Penjelasannya
Pahami keuntungan dan kerugian menjadi strict parents agar tak terjebak di dalamnya.
Pahami keuntungan dan kerugian menjadi strict parents agar tak terjebak di dalamnya.
Strict Parents adalah Sebutan untuk Pola Asuh yang Kaku, Ini Penjelasannya
Strict parents adalah istilah yang kerap digunakan oleh anak, terutama remaja, yang sulit mendapatkan izin untuk berkegiatan di luar rumah dari orang tuanya. Anak-anak yang memiliki strict parents hidup dalam suatu kungkungan peraturan yang dibuat oleh orangtuanya. Mereka dilarang melakukan ini itu, dilarang bergaul dengan sembarang orang, dilarang mengunjungi tempat-tempat tertentu, dan masih banyak lagi rangkaian larangan yang diberlakukan.
Dalam masyarakat, strict parents memiliki konotasi yang cukup negatif sebab kaitannya dengan pembatasan dan larangan-larangan.
Menurut psikologi, secara umum strict parents digunakan sebagai istilah untuk menggambarkan orang tua yang memberikan pola asuh ketat, menempatkan standar, dan memberikan tuntunan yang tinggi bagi anak-anaknya.
Dengan strandar dan tuntunan yang tinggi pada anak, pola asuh yang diberlakukan pun akan berbeda. Apabila orangtua memberikan standar tinggi dengan dukungan yang hangat serta responsif kepada anak-anak, maka ini menjadi pola asuh yang berwibawa. Tetapi ada pula pola asuh yang ketat dengan orangtua bersikap dingin, tidak responsif, dan tidak mendukung anak-anaknya yang akan memberikan dampak negatif bagi anak.
-
Bagaimana cara orang tua otoriter mendisiplinkan anak? Mereka hidup dalam ancaman hukuman dan rasa sakit, yang dapat menyebabkan stres dan masalah psikologis di kemudian hari.
-
Apa tanda orangtua terlalu mengekang anak? Terkadang, mudah untuk berasumsi bahwa ada 'cara terbaik' atau 'cara yang benar' untuk melakukan segalanya, tetapi asumsi ini dapat mengarah pada pengawasan detail setiap langkah anak Anda.
-
Bagaimana orang tua permisif mendisiplinkan anaknya? Ketika konsekuensi diterapkan, sering kali hal itu dilakukan secara tidak konsisten.
-
Bagaimana orangtua otoritatif mendisiplinkan anak? Orangtua otoritatif juga responsif secara emosional dan hangat serta menjadikan mendengarkan dan berkomunikasi dengan anak-anak sebagai kebiasaan. Mereka memvalidasi perasaan anak-anak mereka, sambil juga menunjukkan bahwa orang dewasa pada akhirnya yang bertanggung jawab.
-
Apa saja ciri gaya parenting otoriter? Gaya parenting otoriter menekankan pada penerapan aturan yang ketat, kepatuhan, dan disiplin yang tinggi. Orangtua dengan gaya ini memiliki harapan yang sangat tinggi dan tidak ragu untuk memberikan hukuman jika anak-anak mereka melanggar aturan yang telah ditetapkan.
-
Kenapa orang tua harus konsisten dalam menerapkan aturan? Disiplin yang konsisten menjadi kunci membuat anak mengubah perilakunya dan menjadi patuh.
Mengenal Apa Itu Strict Parents
Berikut adalah pembahasan mengenai pengertian strict parents yang penting diketahui.
Cambridge Dictionary mendefinisikan kata strict menjadi beberapa pengertian. Pertama, strict artinya secara keras membatasi kebebasan seseorang untuk bersikap atau cenderung menghukum dengan keras apabila seseorang tidak patuh. Kata tersebut juga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang mengikuti peraturan atau suatu paham/prinsip dengan sangat ketat/taat.
Sementara, dalam kamus Merriam Webster, strict juga bermakna sangat ketat atau kaku. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa strict parents adalah orang tua yang ketat, kaku, atau secara keras membatasi anak dalam bersikap atau juga menghukum dengan keras apabila tidak menurut.
Strict parents mempunyai reputasi yang buruk di masyarakat. Namun peraturan yang kaku dan ekspektasi yang tinggi dari mereka sering kali datang dari awal dan niat yang baik.
Strict parents biasanya menerapkan aturan dan pedoman yang tegas karena mereka menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Namun hal ini tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan. Apabila gaya pengasuhan yang ketat dan responsif atau otoritatif akan menghasilkan kualitas anak yang baik, strict parents dengan gaya penuh tekanan dan tidak responsif atau otoriter justru akan membentuk karakter anak yang rendah diri dan mengalami berbagai masalah dalam mental dan perilakunya.
Budaya juga menentukan pola asuh yang ketat. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dari budaya kolektivis, seperti Asia, cenderung menganut gaya pengasuhan otoriter.
Tanda-Tanda Strict Parents
Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda strict parents dan dampaknya pada anak.
1. Menerapkan aturan dan batasan yang ketat
Tanda strict parents yang pertama adalah orang tua menerapkan aturan dan batasan yang ketat. Orang tua dengan pola asuh ketat sering kali memiliki aturan dan batasan jelas yang harus diikuti oleh anak-anak mereka dan menerapkannya secara ketat. Mereka mungkin tidak memberikan banyak ruang bagi anak-anak mereka untuk mengekspresikan diri atau menentukan pilihan mereka sendiri.
2. Kontrol yang tinggi terhadap kegiatan anak
Tanda strict parents yang kedua yaitu adanya kontrol yang tinggi terhadap kegiatan anak. Orang tua yang mendidik anak dengan ketat cenderung mengawasi aktivitas anak-anak mereka dan terus menerus mengontrol kegiatan mereka.
3. Kritik terhadap perilaku dan prestasi anak
Tanda strict parents yang ketiga yakni sering melempar kritik pada perilaku dan prestasi anak. Orang tua yang ketat cenderung memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap prestasi dan perilaku anak-anak mereka. Mereka mungkin sering mengecam atau mengkritik anak-anak mereka jika tidak mencapai standar yang telah ditetapkan.
4. Menerapkan hukuman yang keras
Tanda strict parents yang keempat adalah memberikan hukuman yang keras. Orang tua yang ketat cenderung menerapkan hukuman yang keras atau mengancam dengan hukuman jika anak-anak mereka tidak mengikuti aturan atau tidak mencapai harapan mereka.
5. Kurang memberikan ruang bagi anak untuk berkembang
Tanda strict parents yang kelima yaitu orang tua tidak banyak memberi ruang pada anak untuk berkembang. Orang tua yang sangat ketat cenderung tidak memberikan banyak kesempatan bagi anak mereka untuk belajar dan berkembang secara mandiri. Mereka mungkin membatasi kebebasan anak-anak dalam melakukan kegiatan yang mungkin dianggap sebagai kebebasan biasa oleh anak-anak lain.
6. Kurangnya kesempatan untuk berinteraksi sosial
Orang tua yang sangat ketat cenderung membatasi interaksi sosial anak mereka dengan teman sebaya. Mereka akan membatasi waktu anak-anak mereka untuk berkumpul dan bergaul dengan teman-teman atau bahkan memilihkan teman-teman yang mereka anggap sesuai.
7. Membatasi akses anak pada teknologi
Pola asuh ini juga cenderung membatasi akses anak-anak pada teknologi seperti ponsel, tablet, atau komputer. Orang tua mungkin akan mengawasi penggunaan teknologi oleh anak-anak mereka dan membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak mereka di depan layar.
8. Mengutamakan prestasi akademik
Strict parents cenderung memprioritaskan prestasi akademik anak-anaknya. Mereka akan memperhatikan nilai dan pencapaian akademik lebih dari kegiatan lain, seperti kegiatan sosial atau hobi.
9. Mengatur jadwal yang ketat
Strict parents biasanya mengatur jadwal yang ketat untuk anak-anak mereka, mengisi waktu anak dengan kegiatan ekstrakurikuler atau bimbingan tambahan untuk meningkatkan prestasi akademik.
10. Kurangnya komunikasi terbuka
Strict parents juga cenderung kurang terbuka dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya. Mereka mungkin tidak memberikan ruang bagi anak-anak untuk berbicara atau mengekspresikan diri, atau tidak menyediakan kesempatan untuk berdiskusi dan memperjelas aturan dan batasan yang telah ditetapkan.
Dampak Positif Pola Asuh Ketat
Mengutip psychcentral.com, terdapat beberapa keuntungan positif dari memiliki strict parents yaitu:
1. Anak-anak yang berperilaku baik
Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang otoriter seringkali berperilaku baik. Hal ini karena orang tua yang tegas menetapkan ekspektasi yang jelas terhadap perilaku anak, dan anak mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
Berperilaku baik didorong oleh rasa takut. Anak-anak memahami jika mereka tidak memenuhi harapan, akan ada konsekuensinya.
Manfaat ini mungkin sangat berguna selama masa remaja anak, karena mengikuti peraturan yang ketat dapat membantu mereka lebih aman dalam melakukan berbagai aktivitas.
2. Anak-anak yang didorong oleh tujuan
Anak-anak yang dibesarkan oleh strict parents seringkali memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap dirinya sendiri. Harapan yang tinggi ini dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka.
Misalnya, penelitian terhadap mahasiswa di Tiongkok yang dipulikasikan dalam Educational Psychology Journal menemukan bahwa gaya pengasuhan otoriter dan ekspektasi pribadi yang tinggi memiliki hubungan yang positif.
Dampak Negatif Pola Asuh Ketat
Sementara itu penelitian juga telah menemukan beberapa dampak negatif dari pola asuh yang ketat;
1. Prestasi akademik yang rendah
Dalam budaya Barat, gaya pengasuhan yang otoriter, permisif, dan tidak terlibat telah dikaitkan secara negatif dengan kinerja di sekolah. Hal ini berbeda dengan pola asuh otoritatif, yang dikaitkan dengan tingkat prestasi akademik yang lebih tinggi.
2. Kepuasan hidup lebih rendah
Pola asuh ketat murni dapat memengaruhi tingkat kepuasan hidup seseorang. Penelitian yang mengeksplorasi hubungan antara kepuasan hidup dan gaya pengasuhan menemukan bahwa strict parents membawa dampak negatif yang besar terhadap kepuasan hidup anak-anak di 10 negara.
3. Meningkatnya kecemasan dan depresi
Para peneliti telah menemukan hubungan antara pola asuh ketat dan dampak negatifnya bagi kesehatan mental di berbagai negara, termasuk kecemasan dan depresi pada masa kanak-kanak.
4. Kesulitan dalam mengambil keputusan
Menurut sebuah penelitian terhadap orang tua di budaya Asia yang dilakukan oleh Nanyang Technological University, didapati bahwa anak-anak dengan orang tua yang tegas juga memiliki harga diri yang lebih rendah.
Mereka bergantung pada orang lain untuk membangun kepercayaan diri, yang merupakan hal yang kurang alami karena mereka terus-menerus meminta persetujuan orang tua. Harga diri yang rendah juga menyebabkan kesulitan dalam mengambil keputusan.
5. Tingkat intensitas konflik yang lebih tinggi
Anak-anak yang dibesarkan dengan beberapa aturan keras cenderung suka memberontak. Misalnya, dalam penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology Journal meneliti konflik antara remaja dan orang tua di Tiongkok. Ditemukan bahwa remaja melaporkan tingkat intensitas konflik yang lebih tinggi ketika orang tua mereka menggunakan gaya pengasuhan yang otoriter atau tidak terlibat.