Terjadi Ratusan Kali Gempa, Ini 5 Fakta Meningkatnya Aktivitas Vulkanik Gunung Ijen
Merdeka.com - Gunung Ijen di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, terpantau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak, Sabtu (7/1) lalu. Saat ini statusnya telah dinaikkan dari level normal ke waspada.
Dikonfirmasi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, terdapat sejumlah pertanda dari naiknya aktivitas vulkanologi di gunung berketinggian 2.769 mdpl itu, termasuk terjadinya ratusan kali gempa.
Pernyataan ini berdasarkan pengamatan selama kurang lebih satu bulan, yang dilakukan sejak tanggal 1 Desember 2022 sampai 7 Januari 2023. Berikut 5 fakta meningkatnya aktivitas vulkanologi di Gunung Ijen, Jawa Timur.
-
Bagaimana memprediksi erupsi gunung berapi? Cara lain untuk melihat kapan gunung berapi akan erupsi adalah dengan mengukur gas yang keluar. Ketika magma bergerak ke permukaan, gas keluar dengan cepat dan mendahului magma. Gas ini bisa diukur dari angkasa atau dari daratan.
-
Apa nama gunung tertinggi di Indonesia? Carstenzs Pyramid atau yang lebih dikenal sebagai Puncak Jaya memiliki ketinggian 4.884 mdpl. Gunung satu ini berlokasi di Papua. Bisa dibilang, gunung ini merupakan gunung tertinggi di Indonesia.
-
Mengapa Semeru erupsi lagi? Gunung Semeru masih berstatus Siaga atau Level III, sehingga pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Dimana erupsi Gunung Semeru terjadi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
Dinaikkan Sejak 7 Januari 2023 Pukul 14.00 WIB
Kawah Ijen © flickr.com/Stéphane DAMOUR
Hendra menjelaskan bahwa pengamatan itu berdasarkan evaluasi menyeluruh, mulai secara visual kegempaan hingga potensi bahaya. Pihaknya langsung menaikkan status gunung tersebut menjadi level II (waspada).
Menurutnya, perubahan status itu sudah diterapkan oleh PVMBG sejak Sabtu siang, pukul 14.00 WIB.
“Tingkat aktivitas dari Gunung Ijen ini dinaikkan dari level I (normal), menjadi level II (waspada), terhitung sejak tanggal 7 Januari 2023 pukul 14.00 WIB, dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini,” katanya, dalam keterangannya, Sabtu (7/1) mengutip ANTARA
Terjadi Perubahan Suhu dan Warna Air Kawah
Meningkatnya aktivitas di Gunung Ijen ditandai dengan sejumlah perubahan, seperti peningkatan suhu air kawah hingga 45.6 derajat Celsius, sampai perubahan warna di kawah dari hijau menuju putih.
Kemudian, asap solfatara yang berhembus dan berbau belerang semakin menebal dengan tekanan lemah sampai sedang. Namun, untuk bau yang ditimbulkan intensitasnya semakin kuat.
Suhu air kawah akan perlahan meningkat, seiring dengan kuatnya tekanan atau konsentrasi gas di dasar kawah. Di beberapa kasus, ini akan turut memicu munculnya gelembung-gelembung di kawah.
“Peningkatan aktivitas di kawah Gunung Ijen seringkali ditandai oleh perubahan warna air kawah danau dari hijau menjadi keputih-putihan, ini terjadi akibat naiknya endapan dari dasar dana uke permukaan oleh adanya tekanan gas kuat,” imbuhnya.
Terjadi Ratusan Kali Gempa
Sementara dari amatan kegempaan, tercatat sebanyak ratusan kali getaran di kawasan Gunung Ijen. Kondisinya fluktuatif, dan berjenis gempa hembusan serta gempa vulkanik dangkal.
Berdasarkan pengamatan visual dan instrumental, gempa dangkal ini terjadi akibat dari aktivitas hidrotermal sejak bulan Juli 2022.
Dari data yang diperoleh Hendra, di periode 1 Desember 2022 sampai 7 Januari 2023 PVMBG merekam sebanyak 246 kali gempa hembusan, satu kali gempa tremor non harmonik, tiga kali gempa tornillo, 890 kali gempa vulkanik dangkal, 20 gempa vulkanik dalam, dan sembilan kali gempa tektonik dan tremor, dengan amplitude 0,5 sampai 2 milimeter.
Untuk pengamatan cuaca juga terpantau bervariasi, mulai dari cerah hingga hujan. Kondisi angin juga terukur dalam kondisi santai, dari timur, selatan dan barat dengan rata-rata 18-33 derajat. Ini juga membawa asap solfatara dengan ketinggian 50 sampai 400 meter.
Memunculkan Potensi Bahaya
Tingginya aktivitas vulkanologi juga memicu timbulnya potensi bahaya seperti gas vulkanik yang menyembur dan bertekanan tinggi dari dinding-dinding kawah. Selain itu, semburan gas karbon dioksida dari permukaan danau sampai potensi erupsi freaktik yang terjadi secara mendadak tanpa ada tanda aktivitas visual hingga kegempaan.
Menurut dia, gas-gas tersebut memiliki volume yang lebih berat dari udara, sehingga karbon yang dihasilkan akan mengalir menyusuri lembah, seperti pada kejadian di tahun 2018.
Beberapa kejadian gas yang muncul akan terjadi semburan dari dasar danau ke permukaan, dengan perubahan yang signifikan.
“Tingkat aktivitas Gunung Ijen ini dapat dievaluasi kembali, jika terjadi perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan” kata Hendra.
Jalur Pendakian Wisata Belum Ditutup
Sementara itu, meningkatnya aktivitas vulkanologi di Gunung Ijen tidak membuat jalur pendakian di sana ditutup. Meski masih dibuka, Kepala Seksi Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah V Banyuwangi, Purwanto tetap meminta wisatawan agar tidak mendekat ke kawasan kawah untuk meminimalisir potensi bahaya.
Selain itu, terdapat aturan perubahan waktu pendakian, sesuai Surat Edaran Nomor SE.54/K.2/BIDTEK.1/KSA/1/2023 tentang pembatasan waktu kunjungan selama peningkatan aktivitas vulkanik berlangsung.
Pengunjung juga dilarang mendekati area kawah, dan tetap mengenakan masker, dengan batas aman melihat kawah dari jarak 1,5 Kilometer sesuai rekomendasi Badan Geologi.
"Pengunjung tidak diizinkan turun ke danau kawah. Jadi, wisatawan melihat kawah dari kejauhan atau dari bibir kawah. Hari ini memang ada sejumlah wisatawan melakukan pendakian pada pukul 04.00 WIB tadi," imbuh Hendra. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rentetan gempa dangkal juga terekam di Gunung Ibu.
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Ruang Menguat, PVMBG Keluarkan Peringatan Tsunami untuk Warga Pulau Tagulandang Sulut
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai negara kepulauan yang berada di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki lebih dari 130 gunung berapi aktif.
Baca SelengkapnyaGunung Ile Lewotolok menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu sepekan mulai dari 16 hingga 22 April.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta tidak mendekati pusat erupsi di kawah puncak dengan radius 3 kilometer.
Baca SelengkapnyaGunung Slamet punya karakteristik yang "tenang namun menghanyutkan"
Baca SelengkapnyaData PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi.
Baca SelengkapnyaGunung Ibu diamati secara visual dan instrumental dari pos pengamatan gunung api yang berlokasi di Desa Gam Ici, Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru meletus dan melontarkan abu vulkanik setinggi lebih kurang 1.000 meter atau 1 Km di atas puncak.
Baca SelengkapnyaPada hari ini, Gunung Semeru erupsi sebanyak 4 kali. Namun tidak terpantau visual letusan karena tertutup kabut.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
Baca SelengkapnyaGunung Slamet yang saat ini masih berstatus waspada atau level II dipantau secara visual dan instrumental.
Baca Selengkapnya