Alat deteksi malah bikin ragu
Merdeka.com - Longsor beberapa kali mengubur permukiman penduduk ketika musim hujan. Longsor teranyar terjadi awal bulan ini di Brebes, Jawa Tengah. Tebing setinggi 50 meter dengan lebar 10 meter di Jalan Raya Tonjong longsor setelah diguyur hujan terus menerus. Lalu bagaimana cara mendeteksi bencana ini?
Sutopo Purwo Nugroho, Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengatakan sebagai langkah antisipasi memasang alat pendeteksi memang penting, misalnya alat pengendus longsor buatan dua peneliti dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu. ”Tapi memasang alat bukan satu-satunya,” kata dia.
Terpenting adalah penyuluhan dan bantuan kongkret, misalnya dana untuk pembangunan tanggul, membangun pondasi penahan longsor, atau semacamnya. Bila hanya mengandalkan penyuluhan dan penanaman alat pendeteksi, warga sudah mulai kurang percaya.
-
Bagaimana cara kerja alat deteksi gempa dari Jogja? Dikutip dari Indonesia.go.id, alat deteksi gempa itu tersusun dari sejumlah komponen seperti dektektor perubahan level air tanah. Apabila akan terjadi gmepa, akan terjadi fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan.
-
Mengapa alat deteksi gempa dari Jogja masih dalam pengembangan? Meski demikian, Sunarno mengakui bahwa tim UGM tidak memiliki hak untuk mengumumkan hasil publikasi itu kepada public karena berdasarkan United State of Geological Survey (USGS), sistem peringatan gempa yang ideal terdiri dari tanggal dan waktu, magnitudo, dan lokasi. Pada saat itu, sistem peringatan dini gempa UGM masih dalam pengembangan untuk mencapai sistem peringatan gempa bumi yang ideal.
-
Apa yang dideteksi oleh alat dari Jogja? Dikutip dari berbagai sumber, saat gempa CIanjur pada 21 November 2022, tim dari UGM mengklaim sudah mendeteksi tanda-tanda gempa beberapa hari sebelumnya.
-
Mengapa alat itu hanya bisa mendeteksi air mengalir? 'Alat ini juga hanya bisa mendeteksi air yang mengalir. Untuk kolam, untuk air yang menggenang, tidak terdeteksi. Sehingga cara ini sangat akurat sekali,' kata Sukarman.
-
Kapan alat deteksi gempa dari Jogja mulai diuji coba? Sepanjang proses uji coba, alat tersebut mampu memprediksi gempa yang terjadi di barat Bengkulu dengan magnitude 5,2 pada 28 Agustus 2020, gempa barat daya Banten pada 26 Agustus 2020, barat daya Bengkulu dengan magnitude 5,1 pada 29 Agustus 2020, dan Barat Daya Sinabang Aceh dengan magnitude 5,0.
-
Kenapa Bantul kekurangan alat peringatan dini tsunami? 'Karena EWS itu diadakan sudah setahun lalu. Seiring perkembangan zaman ada pertumbuhan komunitas penduduk di pinggir pantai sehingga setelah kita analisis kebutuhan EWS masih kurang,' kata Agus dikutip dari ANTARA pada Kamis (2/11).
Misalnya teknologi deteksi dini longsor. Alat terlalu sensitif sehingga setiap hujan lebat dan sedikit retakan sirine tanda bahaya langsung berbunyi. Ketika sirine berbunyi, warga menjadi panik. Tapi longsor tidak terjadi. Contohnya pemasangan alat di Karanganyar.
Suatu saat di sana ada warga menggelar pesta pernikahan. Rumah mereka di bawah lereng perbukitan. Pada saat bersamaan hujan turun deras dan sirine pendeteksi longsor berbunyi. Mendengar sirine, otomatis orang-orang berlarian menyelamatkan diri. ”Tapi ternyata tidak ada longsor. Itu sering terjadi,” ujar Sutopo.
Sebab itu, di beberapa daerah kepercayaan masyarakat kepada alat mulai menurun. Sehingga masalahnya menjadi rumit. ”Saya pernah datang ke daerah-daerah itu, saya lihat tiang alat pendeteksi jadi patokan kambing, kabel-kabel alat dipotong, dan kawat sirine jadi tempat jemuran baju. Masyarakat belum siap.”
Pembuatan alat itu juga tidak mempertimbangkan faktor psikologi warga. Bunyi sirine keras, namun akurasi lemah tidak malah membantu, tetapi menjadi pengganggu. Mayarakat di Banjarnegara, Jawa Tengah, mengeluhkan masalah-masalah itu. Kemudian warga di Karanganyar, Jawa Tengah. Wilayah permukiman warga memiliki kondisi tanah berbeda. Longsoran tanah di sana berjalan lambat dan butuh berhari-hari hingga perlahan-lahan rumah rusak.
Beberapa kali sirine berbunyi tetapi longsor tidak terjadi. Akhirnya beberapa kampus datang melakukan penelitian di sana, sambil memasang alat pendeteksi berbeda-beda. ”Ada dari UGM, UNM, bahkan dari Jepang. Tetapi alat pendeteksi tidak ada yang tepat
Sejauh ini, BNPB baru memasang alat pencium longsor di sedikit daerah. “Dari total wilayah rawan, hanya satu persen dipasangi alat. Bagi pemerintah daerah pembelian alat tidak menjadi prioritas karena harganya mahal.” (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dinas Lingkungan mengungkapkan, data di situs informasi kualitas udara dunia IQAir tidak akurat.
Baca SelengkapnyaStandar konsentrasi baku mutu Indonesia memakai 55 mikrogram per meter kubik.
Baca SelengkapnyaKita bisa mengetahui apakah seseorang sedang membohongi diri Anda dengan berbagai cara ini.
Baca SelengkapnyaWaktu berganti, zaman semakin modern, alat pendeteksi kebohongan alias lie detector pun diciptakan.
Baca SelengkapnyaPerkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) membeberkan alasan memberikan sanksi kepada lembaga Poltracking.
Baca SelengkapnyaAlat tersebut bermasalah karena diletakkan dekat dengan pabrik tahu dan pabrik pembuatan arang di wilayah Bekasi.
Baca Selengkapnya