Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dengan Grobogan tidak perlu impor

Dengan Grobogan tidak perlu impor Dahlan Iskan. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Kita belum tahu siapa yang akan jadi juara Wirausaha Muda Mandiri tahun ini. Minggu depan, dalam acara yang biasanya dihadiri 5.000 wirausaha muda, kita baru tahu siapa dia. Tiap tahun Bank Mandiri memang mengadakan lomba wirausaha untuk anak muda. Juaranya selalu hebat.

"Saya juara tahun lalu, Pak," ujar Adi Widjaja saat menyalami saya di sebuah desa di Purwodadi, Jateng. Saya memang ke desa Krangganrejo untuk bertemu warga di situ.

Desa ini dekat stasiun yang akan dirancang untukdisinggahi KA kelak. Saat ini stasiun yang dulunya tidak disinggahi KA itu sedang dibangun dan sudah kelihatan gagahnya.

Orang lain juga bertanya?

Adi Widjaja datang ke Krangganrejo dengan membawa dua bungkus plastik kedelai. Satu bungkus berisi kedelai impor dari Amerika Serikat. Satunya lagi berisi kedelai hasil tanamannya sendiri yang dibiayai dari hadiah Rp 1 miliar yang dia dapat dari Bank Mandiri .

Adi ingin agar saya melihat sendiri bahwa kedelai hasil tanamannya lebih bagus dari kedelai Amerika.

Waktu ikut lomba di Bank Mandiri dulu Adi memang mengajukan proposal bisnis kedelai yang menguntungkan. Proposal ini menarik perhatian, terutama di saat Indonesia kekurangan kedelai. Kita harus impor kedelai besar-besaran karena produksi kedelai kita sangat kecil.

Itu karena petani tidak mau tanam kedelai yang hasilnya kalah dari tanam padi atau palawija. Produktivitas tanaman kedelai kita hanya sekitar 1,5 ton/hektar. Kalau harga kedelai hanya Rp 7.000/kg, berarti satu hektar sawah hanya menghasilkan uang sekitar Rp 11 juta/hektar.

Adi Widjaja mengajukan proposal mengejutkan: bisa 3 ton/hektar. Bahkan bisa 3,4 ton/hektar. Kalau ini benar berarti satu hektar sawah bisa menghasilkan Rp 21 juta lebih.Cukup bersaing dengan tanaman padi. Apalagi kedelai Adi ini sudah bisa dipanen dalam 75 hari.

Adi yang lulusan S1 Biologi Universitas SatyaWacana Salatiga dan S2 di Victoria University Melbourne, Australia, itu mengaku bahwa dia hanya mengembangkan penemuan bapaknya. Sang ayah, drh Tjandramukti yang lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) meninggal dunia tiga tahun lalu dalam usia 75 tahun.

Kalau penemuan Adi ini dikembangkan, maka gugurlah tesis selama ini bahwa kedelai tidak cocok ditanam di negara tropis seperti Indonesia. Selama ini text book mengatakan bahwa kedelai hanya cocok ditanam di negara subtropik yang mataharinya bersinar lebih panjang.

Dari logika "sinar yang lebih panjang" itulah Tjandramukti berangkat melakukan penelitian. Sang ayah ingin membuktikan bagaimana sinar yang pendek bisa ditangkap maksimal sehingga hasilnya sama dengan sinar yang panjang.

Tjandramukti fokus membuat daun kedelai yang mampu menangkap sinar dalam waktu yang lebih pendek tapi daya serapnya lebih besar. Dalam kasus singkong, para penemu membuat daun singkongnya lebih banyak dan tidak cepat rontok.

Dalam hal kedelai ini, ayah Adi tidak ingin membuat daun kedelai yang lebar dan banyak. Ini karena daun yang lebar cenderung melengkung kalau terkena terik matahari yang sangat panas. Kalau daun itu melengkung daya serapnya terhadap sinar berkurang.

Tjandramukti justru ingin menciptakan daun kedelai yang tebal. Agar posisi daun tidak mudah melengkung saat ditimpa terik matahari. Lalu ruas-ruas batang kedelai dia buat pendek untuk efektivitas sistem transportasi. Untuk menciptakan dua hal itu (daun tebal dan ruas pendek) harus diciptakan pupuk khusus.

Walhasil pupuk khusus inilah yang ditemukan Tjandramukti. Jenis pupuk yang bisa mengubah tanah dan mengubah tanaman.

Adi yang meneruskan penelitian sepeninggal ayahanda merahasiakan formula pupuknya. Tapi dia mau menjelaskan bahwa semua itu berbasis kotoran sapi. "Hanya saja makanan sapinya kami atur secara khusus," kata Adi. "Tetap ada unsur serat, protein, dan karbohidrat, tapi kami campur dengan ramuankhusus," tambahnya.

Begitu mendapat hadiah Rp 1 miliar dari Bank Mandiri , Adi langsung bergerilya mencari petani yang mau sawahnya ditanami kedelai dengan benih dan pupuk khusus. Dia dapat sawah seluas 950 hektar. Minggu lalu kedelai hampir 1.000 hektar itu panen. Hasilnya 3,4 ton/hektar. Sama dengan produktifitas kedelai Amerika.

Hebatnya kedelai Adi ini bukan teknologi transgenik. Ini kedelai organik. Butirannya lebih seksi dan sedikit lebih besar dari kedelai Amerika.

Mengapa hanya tanam 950 hektar? "Itulah maksimum volume pupuk yang bisa kami buat. Kami hanya punya 50 ekor sapi," ujarAdi. "Kami perlu beli sapi tambahan untuk bisa bikin pupuk khusus yang lebih banyak."

Sambil meninggalkan Purwodadi kemarin, saya merasa bersyukur Bank Mandiri bisa“menemukan”Adi Widjaja.Tantangan berikutnya tinggal mengembangkannya. Kita sudah mendapat kendaraan untuk swasembada kedelai. Kita tinggal menyediakan jalannya. Kita bisa!

(mdk/yud)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Prabowo: Kalau Pangan dan Energi Aman, RI Tak Perlu Takut dengan Siapapun di Dunia Ini
Prabowo: Kalau Pangan dan Energi Aman, RI Tak Perlu Takut dengan Siapapun di Dunia Ini

Dalam kurun waktu lima tahun ke depan, Prabowo meyakini Indonesia akan bisa swasembada pangan dan kemudian menjadi eksportir ke dunia.

Baca Selengkapnya
Mahfud Tanya soal Janji Jokowi Tak Impor Pangan, Gibran: Sepertinya Prof Mahfud Agak Ngambek
Mahfud Tanya soal Janji Jokowi Tak Impor Pangan, Gibran: Sepertinya Prof Mahfud Agak Ngambek

Gibran menduga Mahfud agak ngambek atau kesal dengan pertanyaan Gibran sebelumnya yang Mahfud tidak bisa jawab.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Tidak Lama Lagi Kita Bisa Swasembada Energi
Prabowo: Tidak Lama Lagi Kita Bisa Swasembada Energi

Prabowo mengklaim rencana itu dapat terealisasi dengan memanfaatkan hasil produksi kelapa sawit yang jadi salah satu andalan Indonesia.

Baca Selengkapnya
Tekan Emisi Karbon, Gobel Grup Alihkan Transportasi Pengiriman Barang dari Truk ke Kereta Api
Tekan Emisi Karbon, Gobel Grup Alihkan Transportasi Pengiriman Barang dari Truk ke Kereta Api

Kemitraan multipihak ini turut berkontribusi dalam akselerasi implementasi ekonomi hijau guna dukung Visi Indonesia Emas 2045.

Baca Selengkapnya
Tahun Depan, Indonesia Tidak Lagi Impor Jagung, Beras, Garam, hingga Gula
Tahun Depan, Indonesia Tidak Lagi Impor Jagung, Beras, Garam, hingga Gula

Langkah ini setelah mempertimbangkan produksi dalam negeti masih mencukupi terhadap kebutuhan.

Baca Selengkapnya
Produk Impor Ini Kebal dari Tren Rupiah yang Anjlok
Produk Impor Ini Kebal dari Tren Rupiah yang Anjlok

Belum ada pelaku industri agro mengeluh terkait pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Semangat DPD Curhat Minta Menteri Ara Bikin T Janji Prabowo, Indonesia Bebas Impor Beras hingga Gula Tahun 2025!
VIDEO: Semangat DPD Curhat Minta Menteri Ara Bikin T Janji Prabowo, Indonesia Bebas Impor Beras hingga Gula Tahun 2025!

Zulhas yakin di tahun 2027, sesuai dengan perintah Presiden Prabowo Subianto swasembada pangan bisa terwujud.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Kita Tidak akan Impor BBM Lagi!
Prabowo: Kita Tidak akan Impor BBM Lagi!

Prabowo mengatakan Indonesia semakin dekat untuk menjadi bangsa berdikari

Baca Selengkapnya
Impor Susu, Daging Sapi Hingga Beras di Tengah Jargon Swasembada Pangan Indonesia
Impor Susu, Daging Sapi Hingga Beras di Tengah Jargon Swasembada Pangan Indonesia

Presiden Prabowo Subianto secara konsisten menyuarakan agar Indonesia bisa swasembada pangan, meski dalam realisasinya hal itu sulit.

Baca Selengkapnya
Prabowo Yakin Indonesia Tak Impor Beras Lagi Tahun 2025
Prabowo Yakin Indonesia Tak Impor Beras Lagi Tahun 2025

Menurut Prabowo, produksi pangan Indonesia mengalami kenaikan. Bahkan, cadangan pangan di Indonesia saat ini terbesar selama beberapa tahun terakhir.

Baca Selengkapnya
Bisa Kurangi Impor, Ganjar: Kita Punya Pabrik HP Swasta di Semarang
Bisa Kurangi Impor, Ganjar: Kita Punya Pabrik HP Swasta di Semarang

Menurut Ganjar, Indonesia sendiri dalam hal ini adalah swasta pada dasarnya telah memiliki industri ponsel sendiri.

Baca Selengkapnya
Mirip Jokowi, Prabowo Juga Kampanye Ingin Bangun Mobil Nasional
Mirip Jokowi, Prabowo Juga Kampanye Ingin Bangun Mobil Nasional

Mirip Jokowi, Prabowo Juga Kampanye Ingin Bangun Mobil Nasional

Baca Selengkapnya