Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Indonesia negara 'supermarket' bencana

Indonesia negara 'supermarket' bencana Kepala BMKG Andi Eka Sakya. ©2015 merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Indonesia adalah negara yang rentan dengan berbagai bencana alam. Mulai tsunami, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, hingga badai pernah melanda Indonesia. Bahkan, saking banyaknya memiliki gunung aktif, hampir setiap tahun selalu ada saja gunung meletus.

Menurut Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya, karena saking banyaknya potensi bencana, Indonesia disebutnya sebagai supermarket bencana, karena hampir semua bencana ada di negeri ini.

"Kita adalah salah satu negara yang saya sebut supermarket, supermarket bencana," kata Andi Eka Satya dalam wawancara khusus dengan merdeka.com, minggu lalu. Berikut wawancara selengkapnya:

Apa sebenarnya fungsi keseharian dan tugas BMKG?

Jadi BMKG adalah salah satu LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian) di bawah presiden ada menteri koordinator, mentri dan ada LPNK yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pelayanan informasi metereologi, klimatologi dan geofisika. Metereologi itu adalah cuaca seperti sekarang hujan, hari ini panas, tinggi gelombangnya kira-kira 5 meter, lalu ada puting beliung. Klimatologi adalah iklim, iklim itu seperti kapan musim panas, kapan musim kemarau, apakah kita akan terjadi kekeringan panjang, ada Elnino, Lanina dalam jangka panjang.

Sedangkan geofisika sering berkonotasi dengan gempa bumi dan gempa bumi terkait dengan tsunami. Ini perlu kita bedakan, kalau kemudian kita berbicara mengenai gunung meletus dalam konteks gempa bumi, itu kita tidak melakukan. Jadi gempa bumi ada dua, disebabkan oleh vulkanologi dan tektonis, dan kita di tektonis. Karena di lapisan-lapisan Indonesia sehingga Indonesia ini menjadi rawan dan rentan terhadap tsunami, jadi kita berbicara mengenai itu. Sehingga lebih banyak informasi kita mengenai dengan cuaca, iklim dan kemudian gempa bumi dan tsunami dan tentu dengan dampak-dampaknya.

Apakah ada dasar undang-undangnya?

Ada undang-undang 31 tahun 2009 mengenai meteorologi, klimatologi dan geofisika. Karena kita membicarakan tentang iklim, cuaca dan gempa bumi, maka kita berbicara juga berkaitan dengan Indonesia. Indonesia itu luas sekali, sehingga tugas kita ini memang cukup berat. Sering orang mengungkapkan Singapura saja sudah bisa begitu, Singapura itu tidak lebih dari Jakarta jadi satu radar saja cukup. Radar cuaca itu bisa menjangkau 200 kilometer, tinggal mengkalikan saja luasnya berapa. Sedangkan Indonesia dari Marauke sampai Sabang, dari Pulau Rote sampai Karangetan itu kalau kita ambil kemudian kita plotkan ke Eropa itu seperti hanya 22 negara. Radar kita baru punya 36 hari ini, jadi kita mulai bangun 2006. Padahal untuk menyatukan Indonesia secara keseluruhan kita butuh 60 radar dan itupun juga kompleksitas permasalahan kita beda dengan kompleksitas permasalahan negara-negara lain. Amerika bisa seperti itu? Amerika itu adalah daratan sedangkan kita 2/3 laut, 17.500 pulau yang terpisah-pisah, nah ini yang menjadi kesulitan. Lebih lagi kita itu ada di Khatulistiwa, jadi kompleksitas kita betul-betul disadari oleh negara-negara lain di berbagai tempat.

Di badan meteorologi dunia, persoalan-persoalan kita adalah persoalan yang menarik, karena kita di Khatulistiwa. Itu artinya kalau dalam konteks permasalahan ilmu fisika. Mohon maaf ini secara teknis maka kalau di negara-negara jepang itu adalah negara-negara lintang tinggi. Kalau kita sebut atau Australia juga lintang tinggi 23 derajat ke bawah atau ke atas, gaya garolisnya atau letak ini posisi dan gerakan itu sangat berpengaruh. Mereka punya, sedangkan kita gargeriusnya 0 sehingga saat angin belok di tempat kita dan itu pas di garis Khatulistiwa pas di Indonesia.

Dampak angin itu bagi Indonesia?

Jelas dampaknya besar sekali karena di situ kemudian terjadi. Kalau di tempat lain kan lurus-lurus saja. jadi istilahnya homogenitas arah anginya itu bisa diprediksi secepat mungkin. Sedangkan di Indonesia maka karena belokan itu menjadi satu hal yang sangat komplikatif dan sangat sulit sekali sehingga kita itu harus kemudian melakukan istilahnya pengamatan. Memang di berbagai tempat dilakukan 24 jam tapi perkiraan cuacanya menjadi lebih rumit dibandingkan dengan negara-negara lain tadi. Sehingga kalau sekarang informasi cuaca kita ketepatanya 70% ya sudah bagus itu 70%, sebab tidak ada di negara-negara lain. Bahkan kemarin kita mendapatkan tamu dari Dubes Amerika, dia juga mengakui kalau ada hal yang lepas dari perkiraan mereka juga, walaupun mereka bisa memperkirakan dengan teknologi-teknologi misalnya sekarang sudah dipakai numerical weather prediktion (NWP).

Jadi dengan menggunakan komputer kita bisa melakukan perkiraan cuaca untuk 7 hari ke depan. Jadi kalau hari ini kita lakukan nanti kita coba tunjukkan kemudian 7 hari ke depan sudah ada. Nah, jadi dari segi tugas pokok dan fungsi itulah yang kita lakukan, itu kemudian kita terapkan ke seluruh Indonesia, artinya kita harus memproduksi informasi secepat mungkin karena supaya apa cara mengenai tsunami itu kan sumber sumbernya dari 200 atau 400 km dari panjang sekeliling pantai kita. Terutama sekitar 46% panjang pantai sekeliling kita 105.000 km, itu rentang tsunami. Kalau panjangnya 200 atau 400 km terjadi di tempat sumber-sumber tsunami kita prediksi, sekitar panjang itu. Sementara gelombang tsunami itu kecepatanya 800km/jam, maka kita punya golden time. Itu hanya 20 menit, sehingga informasi itu harus kemudian kita percepat. Kalau tidak cepat kasihan masyarakat, seperti halnya waktu itu di Aceh cepat sekali.

Nah, 2008 ketika Pak SBY ada di sini tanggal 11 November itu kita meresmikan apa yang kita sebut Indonesian Tsunami Alarm System. Jadi sistem peringatan dini tsunami yang mengapa itu kemudian betul-betul dihadiri lebih dari 400 orang, di antaranya itu 30% adalah orang-orang asing karena kita itu bisa mempercepat proses dari 2004-2005 yang lebih dari satu jam kita untuk mendeteksi gempa bumi dan kemudian memberi informasinya. Jadi ada proses percepatan yang menurut saya dasyat.

Saya menulis di Kompas atau Media Indonesia waktu itu adalah tentang 'Inovasi Internal'. Jadi inovasi domestik saya tulis disana karena kecepatanya memang 10 kali lipat, kemudian di dalam proses pembangunanya itu melibatkan 16 lembaga pemerintah yang jarang sekali kita koordinasi. Koordinasi itu kadang-kadang susah, kadang-kadang sulit dengan cara begitu 16 lembaga pada waktu itu 2008 ternyata bisa. Jadi ini sesuatu terobosan tersendiri, selain itu juga tentu saja berbagai bentuk tata cara pemakaianya mengubah secara keseluruhan. Nah itu dari segi teknologi saja dan tentu saja nanti di hilirnya jauh lebih menantang persoalanya.

Di cuaca juga begitu, karena cuaca kita di Indonesia tepat di Khatulistiwa, ada yang di utara ada yang di selatan. Sehingga mereka berbeda, jadi kalau kita berbicara mengenai musim pada waktu kita itu berada di masa lalu, kita hanya mengenal 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Tapi persoalanya bukan di situ. Persoalanya itu adalah saya bisa tunjukkan bahwa pada sekarang ini ada wilayah Indonesia yang hujanya sebulan, sudah masuk musim hujan. Nah artinya bahkan juga nanti bisa saya tunjukkan di situ di Aceh, Sumatera Utara, di sebagian dari wilayah Sumatera Utara itu sudah masuk musim kemarau, sementara di sini masuk musim hujan. Sementara di kupang dan sebagainya awan dan hujan besar sekali.

Jadi kita itu komplikasinya, kita mempunyai 342 lebih zona musim yang perbedaanya dari satu tempat ke tempat yang lain itu bisa mecapai kira-kira 1 bulan sampai 3 bulan perbedaan. jadi kalau di Aceh musim hujan belum tentu di Sumatera musim hujan. Itu yang menjadi persoalan kita dan itu harus kemudian kita sampaikan kepada masyarakat. Termasuk juga cuaca, jadi kalau cuaca, cuaca itu seperti sama kurang lebih Banyuwangi, puncak. Cuaca itu waktunya hanya perbedaan udara pada waktu 1 sampai 7 hari , kalau lebih dari itu kita berbicara mengenai musim. Nah jadi kalau kita berbicara makanan begitu, yang namanya nangka itu adalah cuaca, gudek itu adalah iklim, jadi kalau semakin lama itu semakin enak. Tapi kalau nangka itukan waktunya pendek tapi kalau kemudian yang lama itu adalah iklim tadi.

Jadi oleh karenanya ketika kita ini berbicara mengenai perubahan iklim dan variabilitasnya, kita berbicara mengenai satu periode waktu yang waktunya itu adalah 30 tahun. Artinya apa? Kita baru bisa bicara itu kalau kita mempunyai data-data lengkap, kalau lengkapnya data-data kita itu mesti harus dikumpulkan selama 100 tahun. Nah 100 tahun ini kita kompilasi dari 1857 sampai sekarang. Jadi dari situ kemudian ke masyarakat.

Sekarang kan di Aceh misalnya sudah musim hujan, di Jawa belum. Kalau dulu yang kita tau kan sesuai gitu pak, tapi kalau sekarang kok mulai beda-beda?

Bukan berbeda, dari dulu itu sebetulnya juga berbeda hanya kita menganggap seolah-olah Indonesia itu kalau satu musim kemarau semuanya musim kemarau, enggak begitu. Kita memang berbeda sekarang ini kan.

Bagaimana penyampaian informasi kepada masyarakat agar mudah mendapat info cuaca?

Iya berita-berita juga dan khusus kita, logo kita adalah cepat, tepat, akurat , kemudian menjangkau seluruh wilayah dan juga yang kelima adalah dipahami. Jadi mengapa kemudian kita agak berbeda sekarang saat ini karna satu hal yang kelima itu. Masyarakat itu tidak bisa kemudian tiba-tiba suruh baca seperti ini kan sulit sekali, terus baca mengenai peringatan dini dan segala macem mereka tidak akan.

Oleh karenanya saya dari sejak awal sudah mengatakan bahwa kita ini punya 5 pilar di dalam itu, dan 5 pilar itu apa? Satu untuk berkaitan dengan disaster tadi. Kan Indonesia dengan keadaan cuaca seperti itu, iklim seperti itu, kemudian juga keadaan lapisan buminya seperti itu secara geologis ya dan kita ada di sebelah pasifik, yang di sebelah barat ada di polmut dan segala macem dan ada gerakan yang sangat dinamis sekali di lautan Indonesia maka dengan demikian maka kita adalah salah satu negara yang saya sebut supermarket, apa saja bencananya,'supermarket bencana'. Jadi mau bilang apa? Longsor ada, puting beliung ada, badai ada walaupun kita tidak dilalaui badai tropis, sehingga kita perlu peralatan.

Tapi di dalam proses disiminasi kesadaran bencana itu kan kita menjangkau bencana hidrologis. Kalau kata-kata lebih ilmiahnya hidrologis itu berkaitan dengan cuaca dan iklim longsor banjir terus kemudian puting beliung. Kebakaran hutan itu adalah hidrobiologis. Yang kedua adalah biologis, yaitu mengenai tsunami, terus kemudian gempa bumi itu di Indonesia banyak sekali. Nah untuk mendismenasikan itu kemudian memberikan istilahnya awareness, jadi saya menyebutnya supaya masyarakat itu mulai menyadari pentingnya cuaca dan iklim. Meningkatkan claimed destirasi.

Berkaitan dengan diskriminasi itu dengan awareness, saya punya lima. Satu pilarnya adalah pemerintah, yang kedua adalah swasta, swasta itu kemudian karena Indonesia adalah sangat-sangat strategis sekali, sangat-sangat juga rentan terhadap berbagai perubahan, termasuk perubahan iklim. Yang ketiga universitas, mempunyai tools melalui maupun penelitianya dan tulisan-tulisanya, lalu lembaga riset, karena lembaga riset khusus sekali beda dengan universitas. Mereka secara khusus seperti LIPI, meneliti mengenai air terus kemudian bencana alam dan sebagainya. Yang kelima adalah media, tanpa media kita tidak bisa menjangkau masyarakat. Dengan media kita dibantu untuk memehami bahasa mereka. Karena media membahasakan dengan bahasa masyarakat.

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Macam-Macam Bencana Alam dan Penyebabnya, Penting Dipelajari
Macam-Macam Bencana Alam dan Penyebabnya, Penting Dipelajari

Dari gempa bumi hingga banjir, bencana alam telah menjadi ancaman konstan bagi manusia sepanjang peradaban.

Baca Selengkapnya
Waspada! Sumbar jadi Provinsi Kedua Terbanyak Bencana Nasional Setelah Jabar
Waspada! Sumbar jadi Provinsi Kedua Terbanyak Bencana Nasional Setelah Jabar

Muhadjir meminta Pemko, Pemkab, Pemrov, TNI, Polri serta masyarakat jangan asal mengartikan bencana tersebut sembarangan

Baca Selengkapnya
6 Fakta tentang Sampah, Limbah Manusia yang Berdampak Buruk bagi Lingkungan
6 Fakta tentang Sampah, Limbah Manusia yang Berdampak Buruk bagi Lingkungan

Merdeka.com merangkum informasi tentang enam fakta penting tentang sampah plastik yang harus dipahami.

Baca Selengkapnya
Menkominfo Kaji Perlindungan UMKM Dampak Fenomena Transaksi Cross Border TikTok Shop
Menkominfo Kaji Perlindungan UMKM Dampak Fenomena Transaksi Cross Border TikTok Shop

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menkominfo Budi Arie Setiadi untuk membenahi masalah perdagangan digital atau e-commerce di media sosial.

Baca Selengkapnya
Megawati Minta Pemerintah Waspada Krisis Pangan: Negara yang Impor Beras Ketar-Ketir
Megawati Minta Pemerintah Waspada Krisis Pangan: Negara yang Impor Beras Ketar-Ketir

Megawati mengingatkan pemerintah mengenai ancaman krisis pangan ke depan.

Baca Selengkapnya
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina
Bisnis Waralaba di Indonesia Masih Kalah Saing dengan Malaysia dan Filipina

Dukungan yang diberikan pemerintah kepada franchise lokal hanya pada tahap akhir, seperti pameran.

Baca Selengkapnya
Erick Thohir Ungkap Alasan Harga Beras Mahal dan Langka
Erick Thohir Ungkap Alasan Harga Beras Mahal dan Langka

Tak hanya di Indonesia, Erick klaim kenaikan harga beras juga terjadi di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya