Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Insaf, Timong kini jadi calo penumpang

Insaf, Timong kini jadi calo penumpang Lapas Nusakambangan. ©2014 merdeka.com/chandra iswinarno

Merdeka.com - Rambutnya mulai memutih sejalan dengan usianya lewat setengah abad. Namun jalannya masih tegak dan ingatannya masih kuat. Nanggo Kromang alias Bernard Timong menyusuri jalan berlubang dengan menaiki angkutan perkotaan nomor 121 dari tempatnya tinggal di Nagrak, Kabupaten Bogor menuju Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Mungkin tak banyak orang tahu jika lelaki hitam berambut putih itu dulunya sempat bikin geger Pemerintah Indonesia lantaran melarikan diri dari Penjara Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Timong begitu dia dikenal ialah salah satu mantan narapidana yang berhasil lolos dari Nusakambangan dalam pelariannya bersama Jhoni Indo.

Ada 34 narapidana lari dari Lapas Permisan dalam pelarian itu. Namun hanya Timong dan dua orang kawannya, Budi dan Amri bisa sampai ke daratan dengan menggunakan pelepah pohon pisang. "Setiap hari saya pulang ke sini," kata Timong saat berbincang dengan merdeka.com, dua pekan lalu.

Namanya begitu akrab bagi para pencari nafkah di Terminal Kampung Rambutan. Timong begitu bersahaja dengan semua orang. Jalan panjang hidupnya mengantarkan lelaki kelahiran Waibalun, Flores ini dari seorang narapidana kasus pembunuhan hingga bertobat sebagai calo penumpang.

Saban hari Timong bekerja untuk menafkahi anaknya dari rejeki halal sebagai calo penumpang bus antar kota dan provinsi jurusan Kampung Rambutan-Cilacap. "Saya bekerja mencari penumpang dengan teman saya," ujarnya dengan suara parau.

Timong tak berhenti menyalakan rokok kretek kesukaannya. Dalam perbincangan selama dua jam itu Timong banyak cerita soal perjalanan hidupnya bisa lari dari Nusakambangan. Walau sebetulnya dia tak mau, namun akhirnya bapak lima anak ini mau bicara. "Ini sebetulnya jalan hidup saya, harusnya saya jadi orang," katanya lirih.

Namun dia percaya, ada jalan dari Tuhan untuknya hingga bisa bersyukur seperti sekarang. Timong tak pernah menyesali pekerjaan sebagai calo penumpang ia jalani hingga saat ini. Terpenting baginya adalah dia bisa menafkahi keluarganya dari duit halal. "Yang terpenting adalah saya bisa hidup tidak dari jalanan," katanya mengistilahkan dunia kelamnya dulu.

Perginya Timong menuju hotel prodeo, terjadi pada 1976. Kasus pembunuhan mengantarkannya menghuni Lembaga Permasyarakatan Cipinang dengan vonis 10 tahun penjara. Dua tahun di Cipinang, Timong mendapat raport merah. Raport itu mengantarkannya menuju penjara di sebut-sebut sebagai Al-Catraz-nya Indonesia. Maklum, dari dulu hingga sekarang penjara Nusakambangan memang dihuni para Bromocorah.

Tapi Timong tak bergeming, sejak menapakan kaki di penjara buatan Belanda itu niat buat kabur makin bulat. Apalagi ketika itu, makanan disana tak layak buat dimakan. Kuah sayur kangkung mirip seperti air comberan.

"Kuahnya sama seperti air kali di Jakarta," ujarnya sambil tertawa. Niat kabur itu pun dirancang. 34 orang narapidana berhasil kabur termasuk Jhoni Indo. Jhoni Indo dari kabar yang saya dapat menyerahkan diri. 13 orang lain ditembak saat penangkapan".

Hingga akhirnya dia bisa bebas 30 tahun lalu. Timong kembali menghirup udara bebas. Dari Cilacap, dia menuju Terminal Cililitan. Timong memang besar di Jakarta dari terminal. Ketika dulu dia datang, jalan raya condet merupakan saksi hidupnya.

"Dulu saya tinggal di cililitan," katanya. Sebelum terminal pindah ke kampung rambutan, dulunya tempat singgah bis antar kota dan provinsi itu berada di Cililitan.

Bebas dari Penjara Nusakambangan, umurnya tak lagi muda. Timong saat itu sudah berusia 30 tahun lebih. Perjalanan di penjara membuatnya berubah. Berkat bantuan temannya, Timong memilih jalur bekerja sebagai calo ketimbang menjadi jawara terminal. Pekerjaan itu pun dia jalani hingga saat ini.

(mdk/mtf)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Buat Eksperimen Sosial, Aksi Sopir Bus Bantu Orang yang Kesusahan Ini Tuai Pujian
Buat Eksperimen Sosial, Aksi Sopir Bus Bantu Orang yang Kesusahan Ini Tuai Pujian

Buat eksperimen sosial, aksi sopir bus bantu orang yang kesusahan ini tuai pujian.

Baca Selengkapnya