Baru Kerja Sebulan di Perkebunan, Pekerja Indonesia di Inggris Dipecat karena Kurang Cepat Memetik Buah
Baru Kerja 5 Pekan di Perkebunan, Pekerja Indonesia di Inggris Dipecat karena Kurang Cepat Memetik Buah
Mereka datang ke Inggris Mei lalu dan dipecat pada Juni.
-
Siapa yang menjadi buruh di perkebunan? Adapun beberapa wilayah di Jawa yang menjadi pemasok utama para pekerja buruh perkebunan, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
-
Bagaimana buruh Jawa bekerja di perkebunan? Hampir seluruh kuli yang didatangkan ini rata-rata masih di usia yang cukup muda. Mereka yang berangkat ke Pulau Sumatera adalah orang-orang yang siap bekerja di perkebunan dengan sistem kontrak atau biasa disebut dengan istilah Koeli Kontrak.
-
Kenapa Bulog pecat oknum buruh? 'Mengenai oknum buruh dalam video yang sedang banyak beredar tersebut merupakan tenaga harian lepas di gudang bukan karyawan BULOG, dan per hari ini buruh tersebut sudah tidak dipekerjakan lagi di Gudang.''Kemudian Kepala Gudang Banjar Kemantren 2 sebagai penanggungjawab kegiatan di Gudang kejadian sudah diberikan SP dan dimutasi', jelas Tomi.
-
Apa pekerjaan utama buruh Jawa di perkebunan? Mereka ini sangatlah penting untuk pengembangan perkebunan karet dan tentunya bisa menghasilkan komoditi yang berkualitas.
-
Siapa yang dipecat dari pekerjaannya? Pada 19 September, bank tersebut mengumumkan pemutusan hubungan kerja Shi dan pengeluaran dirinya dari Partai Komunis China setelah dilakukan penyelidikan terkait masalah tersebut, menurut laporan dari media China, Securities Times.
Baru Kerja Sebulan di Perkebunan, Pekerja Indonesia di Inggris Dipecat karena Kurang Cepat Memetik Buah
Sejumlah pekerja Indonesia yang bekerja di sebuah perkebunan di Inggris dipecat hanya lima pekan setelah mereka mulai bekerja.
Pihak perkebunan yang mempekerjakan mereka mengatakan mereka dipecat karena kurang cepat memetik buah-buah yang akan dipasok ke supermarket besar.
Dilansir the Guardian, Ahad (21/7), salah satu pekerja mengaku dia sudah menjual tanah keluarganya di rumah dan juga sepeda motor orangtuanya untuk membayar ongkos pergi ke Inggris sebesar Rp 41 juta pada Mei lalu.
Dia kini merasa tertekan karena kehabisan uang.
Organisasi pemantau eksploitasi tenaga kerja kini tengah menyelidiki tuduhan pekerja Indonesia itu adalah salah satu dari beberapa pekerja yang dikenakan
biaya ilegal hingga Rp 23 juta oleh organisasi di Indonesia yang mengklaim dapat mempercepat kedatangan mereka ke Inggris.
Di Indonesia, pekerja tersebut bisa mendapatkan sekitar Rp 2 juta per bulan dengan menjual makanan dan mengatakan orang tuanya "sangat kecewa" karena ia telah menjual segalanya untuk mencoba membantu keluarganya.
"Saya merasa bingung dan marah tentang situasi ini. Saya tidak punya pekerjaan di Indonesia [dan] saya telah menghabiskan semua uang saya untuk datang ke Inggris," kata dia.
The Guardian telah mewawancarai empat pekerja yang dipecat dan dalam tiga kasus melihat bukti pembayaran biaya kepada pihak ketiga selain dari Rp 20 juta yang ditransfer untuk penerbangan dan visa ke perekrut berlisensi.
Tuduhan pembayaran biaya ilegal di Indonesia menimbulkan pertanyaan tentang risiko eksploitasi dalam skema pekerja musiman, yang memungkinkan pekerja dari negara asing mendapatkan visa enam bulan untuk bekerja di perkebunan tetapi membuat mereka menanggung semua risiko keuangan.
Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
Mereka dipulangkan oleh perekrut pada hari berikutnya.
Para pekerja mengatakan target di pertanian di Ledbury termasuk memetik 20kg ceri per jam.
Seorang pemetik lainnya yang dipecat mengatakan, "Sangat sulit untuk mencapai target karena dari hari ke hari buahnya semakin sedikit."
Dia mengatakan meminjam uang dari "bank, teman, dan keluarga" dan dia masih berutang lebih dari Rp 23 juta.
"Mengapa saya berakhir seperti ini? Sekarang saya di Indonesia tanpa pekerjaan. Ini tidak adil bagi saya karena saya telah berkorban begitu banyak."
Beverly Dixon, direktur pelaksana perkebunan di Haygrove, mengatakan perkebunan mereka secara konsisten harus menambah upah para pekerja tersebut karena kinerja yang buruk dan telah mendukung mereka untuk mencoba meningkatkan kinerja.
Dia mengatakan target "ditetapkan berdasarkan standar yang dapat dicapai dengan sebagian besar pemetik kadang-kadang mencapai lebih dari dua kali kecepatan mereka".
Kelima pekerja itu tiba di Inggris pada pertengahan Mei dan semuanya dipecat dari Haygrove pada 24 Juni, setelah mendapatkan upah antara Rp 52 juta dan Rp 79 juta.
Setelah upah mereka dipotong untuk biaya ongkos ke Inggris - serta biaya hidup, beberapa mengatakan mereka masih memiliki utang yang besar.