Kritik Jokowi kritik media
Merdeka.com - Minggu (18/11) lalu, saat sebagian warga Jakarta sibuk menghadapi banjir yang menyerbu jalan dan rumah-rumah, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, justru pergi ke Bandung. Urusannya membantu pasangan Rieke-Teten untuk memenangi pilgub Jabar. Maka, kritik kepada Jokowi pun tepat dilontarkan.
Media online ini mengingatkan Jokowi akan janjinya mengatasi banjir. Tentu siapa pun tidak bisa mengatasi banjir Jakarta dalam waktu singkat, apalagi Jokowi-Ahok baru menjabat sebulan. Namun apa yang disampaikan merdeka.com sesungguhnya adalah langkah-langkah kecil dan konkret yang seharusnya sudah bisa dilakukan Jokowi.
Pertama, merintis pembangunan kolam penampung atau empang di setiap kecamatan atau bahkan kelurahan; kedua, menjajaki pembelian daerah tangkapan air di hulu; ketiga, mendiskusikan pembentukan otoritas pengendali banjir, dan; keempat, membahas integrasi drainase dengan kanal banjir.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Kenapa Jokowi gerah dengan jalan rusak di Lampung? Kerusakan Jalan di Lampung cukup parah hingga viral di media sosial.
-
Bagaimana Jokowi meminta awak media untuk informasi lebih lanjut? 'Tanyakan langsung ke Kapolri. Kapolri ada. Kapolri? Kapolri ada. Tanyakan ke kapolri langsung,' ujar dia.
-
Bagaimana Jokowi ekspresikan kemarahan saat parlemen? Di kesempatan sama, Jokowi juga mengekspresikan kemarahan sambil kepalkan tangan.
-
Bagaimana Jokowi bantu warga? 'Tadi sudah saya sampaikan yang meninggal segera akan diberikan santunan, kemudian yang rumahnya rusak untuk menenangkan beliau-beliau masyarakat akan segera bantuannya diberikan dan dimulai pembangunannya. Tetapi sekali lagi, dengan catatan lahan untuk relokasi sudah ditetapkan dari Pak Bupati,' jelas Jokowi usai meninjau lokasi banjir lahar dingin di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (21/5).
Keempat langkah itu langsung bisa dilakukan setelah janji dinyatakan. Lebih-lebih usai pelantikan Jokowi menyadari, sebentar lagi hujan datang. Di Jakarta puncak hujan adalah Februari. Jakarta punya siklus lima tahunan banjir besar, dan tahun ini jatuh siklus itu. Jadi, kenapa Jokowi tidak segera bertindak merealisasi janji-janji kecil itu?
Kemarin, Senin (19/11), sekitar dua jam setelah merdeka.com menaikkan berita "4 Janji Jokowi soal banjir yang belum dipenuhi" itu, saya mendapat pesan dari kawan melalui BBM. "Merdeka mantabs. Jempol dua. Kita harus tetap kritis pada Jokowi. Itu yang dia maui. Beliau takut terlena pemberitaan media."
Pengirim pesan cukup dekat dengan Jokowi. Di salah seorang yang sering jadi tempat keluh kesah sekaligus kawan diskusi saat memimpin Solo. Saya mempercayainya, karena beberapa informasi yang disampaikan menjelang dan selama kampanye gubernur, tidak ada yang meleset.
Dua pekan lalu, dalam pembicaraan melalui telepon, dia menuturkan kerisauan Jokowi atas liputan media terhadap seluruh aktivitasnya. Bukan privasi diri yang dirisaukan, tetapi salah tafsir atas pemberitaan. Spontanitas warga mungkin juga bisa berkurang. Dalam soal ini Jokowi sendiri berujar, “Sudahlah mbok saya jangan diikuti terus, nanti dikira pencitraan. Biarkan saya bebas menemui warga.”
Jokowi lebih senang melihat media melaporkan hal-hal yang jelek tentang Jakarta agar dia bisa bertindak cepat mengatasi masalah. Di sini Jokowi sama dengan pendahulunya, Ali Sadikin, yang menjadikan media sebagai panduan kerja. “Kalau media menunjukkan banyak keburukan Jakarta dan kritis terhadap kebijakan dan kritis terhadap Jokowi, itu justru yang diharapkannya,” kata kawan saya.
Masalahnya media kadang punya logika sendiri. Kesederhanaan, keterusterangan, kesungguhan atau apa pun yang kemudian disebut dengan gaya kepemimpinan Jokowi, selalu menarik perhatian publik, sehingga apa pun yang dilakukan Jokowi tak lepas dari liputan media.
Mungkin wartawan koran, radio dan televisi, hanya bisa menebak-nebak bahwa berita Jokowi banyak diminati. Tapi bagi wartawan media internet sudah pasti bisa mengetahui berita apa saja yang menarik pembaca, karena jumlah pembaca tercatat dengan jelas. Di situlah berita Jokowi selalu memiliki pageview atau klik tinggi.
Rupanya orientasi media Jakarta untuk memenuhi hasrat (warga Jakarta) akan berita Jokowi itu juga menimbulkan masalah. Saya perhatikan status BBM kawan saya yang tinggal di sebuah kota di Sulawesi sapanjang Minggu-Senin kemarin. “Senang rasanya melihat televisi tidak dipenuhi gambar Jokowi.”
Kenapa, saya tanya. “Saya tidak anti-Jokowi, mengaguminya secara diam-diam malahan. Tapi kalau setiap hari melihat berita Jokowi, kami semakin frustrasi. Kontras dengan di sini. Pemimpin kami tak punya hati. Padahal itu pilihan kami sendiri.” (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi tetap menganggap sebuah kritikan sebagai kebebasan berekspresi.
Baca SelengkapnyaJokowi menyampaikan terima kasih kepada insan Pers yang selama ini memberi masukan dan mengkritik pemerintah.
Baca SelengkapnyaJokowi menganggap itu sebuah kritikan yang harus didengar
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memberi kata sambutan pada pembukaan Kongres XXV Persatuan Wartawan Indonesia 2023.
Baca SelengkapnyaMahfud melihat hal itu terjadi karena sejumlah langkah Jokowi banyak dikritik oleh publik.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta kode etik jurnalistik terus dipegang teguh.
Baca SelengkapnyaSecara pribadi, Jokowi mengaku tak masalah dihina dan diejek.
Baca SelengkapnyaMahfud melihat hal itu terjadi karena sejumlah langkah Jokowi banyak dikritik oleh publik.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo atau Jokowi menyamaikan uneg-unegnya saat berpidato di sidang tahunan MPR/DPR/DPD.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyampaiakan ia sering mendapat umpatan kata-kata kasar di media sosial. Hal itu disampaikan Jokowi dalam sidang umum di DPR, Rabu (16/8).
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyebut masih banyak media online yang tidak memiliki dewan redaksi.
Baca SelengkapnyaSeharusnya, kata Jokowi, yang disajikan dalam tahun politik adalah pertarungan gagasan.
Baca Selengkapnya