Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Melacur direstui orangtua

Melacur direstui orangtua Ilustrasi Prostitusi. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Pengakuan mengejutkan ini terlontar dari bibir Y, pelacur berusia 16 tahun asal Desa Saradan, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Saat ditanya apakah orangtuanya tahu dia melacur, Y menjawab, "(orangtua) Tahu saya di cafe sini."

Beberapa menit kemudian, telepon selulernya berdering. Y buru-buru mengangkat handphone merek Nokia dari genggamannya. Dia mengaku ditelepon oleh ayahnya menanyakan keberadaannya. "Di sini," katanya singkat sambil menyebut nama cafe di mana dia berada.

Malam itu, Y diberi kabar adiknya yang berusia 10 bulan sedang sakit. Dia lantas menyuruh ayahnya membeli obat di apotek. Lantaran ayahnya tak ada uang, Y menjamin jika nanti bakal diganti setelah pulang dari cafe itu. "Beli dulu salepnya, nanti diganti," kata Y menjawab dengan logat sunda.

Ironis memang mendengar pengakuan Y, jika profesinya menjadi pelacur diketahui sang ayah. Apalagi, Y juga mengaku jika mendengar dirinya mabuk, sang ibu hanya merespon datar. "Paling ditanya kamu mabuk ya," ujarnya ketika dia meminta permen untuk menghilangkan bau bir.

Sekilas, Y memang tak seperti gadis yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Wajahnya manis dengan tinggi sekitar 150 sentimeter. Perawakannya kecil. Ketika datang di cafe itu, Y menggunakan sandal berhak tinggi. Awalnya dia malu-malu. Namun, setelah setengah jam berkenalan, dia baru mulai banyak berbicara.

Sambil menyalahkan rokok, Y mencoba mencairkan suasana. Dia memang risih, mengingat cuma dia wanita sendirian di cafe itu. Dia pun menawarkan temannya agar ikut disewa dan hadir menemani Y.

"Biar tambah ramai, satu lagi ya. Ini kasihan musiknya enggak ada yang dijogetin," katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala mengikuti irama house musik dangdut penyanyi Citacitata 'Sakitnya tuh di sini'.

Memang mendengar pengakuan Y lumayan mengagetkan, tapi begitulah faktanya, prostitusi rumahan di sudut Kota Subang, Jawa Barat, terjadi. U, seorang mucikari merangkap Jawara kampung sudah mafhum benar jika banyak orang dari Jakarta datang untuk mencicipi pelacur asal Desa Saradan.

Bahkan, kata dia, orang-orang di desanya juga tak pernah mengusik keberadaan pelacuran di kampungnya. "Di sini biasa saja apalagi kalau jalannya sama saya, enggak ada yang berani rese," kata U. Paling mencengangkan, kata U pemuka agama di kampungnya juga sejauh ini tak pernah menegur.

Fakta itu memang benar adanya, jangankan ada orang mengusik untuk datang ke cafe itu, orang lewat di depan rumah prostitusi itu pun juga tak terlihat. Maklum tempat itu berada di pojok kampung. Hanya ada satu rumah dekat cafe itu. Jalan menuju rumah prostitusi itu pun belum diaspal. Warga yang melihat mobil maupun motor lalu lalang menuju rumah itu pun tak direspon.

Entah alasan apa, prostitusi rumahan di dalam Kampung Saradan itu tak pernah ditutup oleh warga sekitar. Padahal secara nyata, aktivitas berbau lendir itu justru mengotori nama kampungnya. "Sejauh ini belum pernah ada, malah warga menahan aparat ketika hendak melakukan razia di kampung saradan," terang U.

(mdk/mtf)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bantahan Keluarga Kades di Sumsel Usai Viral Video Digerebek Diduga Selingkuh: Mereka Pasutri, Sudah Nikah Siri
Bantahan Keluarga Kades di Sumsel Usai Viral Video Digerebek Diduga Selingkuh: Mereka Pasutri, Sudah Nikah Siri

Kapolsek Pemulutan AKP Marinus Ginting menyebut sejauh ini belum ada laporan dari pihak yang dirugikan.

Baca Selengkapnya
Kementerian PPPA soal Pengasuh Ponpes Nikahi Santri: Miris, Saat Anak Mau Tuntut Ilmu Malah Alami Kekerasan Seksual
Kementerian PPPA soal Pengasuh Ponpes Nikahi Santri: Miris, Saat Anak Mau Tuntut Ilmu Malah Alami Kekerasan Seksual

Kasus itu bermula ketika anak perempuan MR, warga Kecamatan Candipuro dikabarkan hamil oleh warga setempat.

Baca Selengkapnya