Memaklumi Fahri dengan melihat Ahok
Merdeka.com - Mungkin Anda termasuk yang sebel dengan pernyataan-pernyataan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Lebih-lebih ketika dia membela habis-habisan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan mantan Ketua DPR Setya Novanto. Juga ketika dia mengkritik bahkan menyalahkan apapun yang dilakukan oleh KPK dan Presiden Jokowi.
Namun Anda mungkin juga tak rela Fahri dipecat begitu saja, hanya karena membela kolega atau mengkritisi lawan politik. Tentu ada nilai positif dari pernyataan lugas dan keras seorang politisi setelah sekian lama jagad politik dipenuhi basa-basi.
Apalagi sebagai wakil ketua DPR memang menjadi tugasnya untuk mengawasi pemerintah. Sebagai pimpinan partai oposisi, menjadi kewajibannya pula untuk terus mengimbangi pemerintah. Bukankah politik transaksional yang berbuah korupsi selama ini adalah buah kongkalikong partai-partai politik pemerintah dan oposisi?
-
Bagaimana Ahok dan Puput menunjukkan keserasian mereka? Ahok menunjukkan keserasiannya dengan sang istri, Puput, serta kedua anak mereka, Yosafat dan Sarah.
-
Siapa ayah Ahok? Diketahui, pria kecil ini merupakan anak dari Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing keturunan Tionghoa .
-
Bagaimana hubungan Ahok dan Puput? Walaupun usia mereka berbeda jauh, keluarga mereka kini hidup dalam keharmonisan. Mereka bahkan diberkahi dengan dua anak yang bernama Yosafat dan Sarah Eliana.
-
Bagaimana Ahok dan Puput berlibur? Mereka pun membagikan potret momen-momen kebersamaan saat liburan di akun Instagram miliknya.
-
Bagaimana Ahok dukung Ganjar? Menjelang hari pencoblosan, sejumlah pejabat negara makin terang-terangan memberikan dukungan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden. Baru-baru ini, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mundur dari jabatannya. Pemicu utamanya karena Ahok ingin mengkampanyekan pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
-
Bagaimana Ahok memulai karier politik? Ahok pun memutuskan untuk masuk ke politik. Ia memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta setelah terpilih pada tahun 2004.
Soal tutur kata Fahri sesungguhnya tak beda dengan Ahok. Namun orang menyukai Ahok bukan semata kata-katanya. Di balik itu, orang melihat dan menilai Ahok adalah pribadi lurus dan bersih. Tidak punya kepentingan pribadi dan utang budi, sehingga bernyali menghadapi siapa saja: mafia DPRD, mafia birokrasi, mafia prostitusi, mafia tanah, mafia pasar, mafia sampah, dll.
Jika orang berkata lugas dan berterus terang sering dinilai arogan, Ahok tidak peduli. Ahok malah menantang: yang tersinggung, terganggu, dan dirugikan, silakan menghadapinya. Ahok tidak peduli, siapa pun yang hendak mencuri harta Pemda, dilawannya. Satunya kata dan perbuatan adalah kunci Ahok mendapat banyak simpati.
Kelugasan dan ketegasan Fahri sebetulnya tak jauh beda dengan Ahok. Demikian juga dengan rekam jejaknya. Sebagai seorang aktivis mahasiswa yang terjun di dunia politik selama 15 tahun, belum terlihat jejak buruknya. Setidaknya belum ada orang yang bisa menunjukkan bahwa dia ikut serta menjarah uang negara.
Bedanya, Ahok menjalani kehidupan politik secara perseorangan, sedangkan Fahri berpolitik bersama partai yang solid. Sebagai homo politicus, Ahok meloncat dari Partai Indonesia Baru, Partai Golkar, dan Partai Gerindra; sedangkan Fahri ikut membesarkan dan dibesarkan Partai Keadilan dan Partai Keadilan Sejahtera.
Beberapa partai politik punya urusan dengan Ahok, meski Ahok merasa tidak punya masalah dengan mereka. Urusan satu-satunya partai politik adalah mencegah agar Ahok tidak jadi gubernur lagi. Sedangkan Ahok merasa tidak jadi gubernur pun tidak apa. Namun karena dukungan TemanAhok dan warga Jakarta, Ahok maju Pilkada nanti.
Sementara Fahri, yang merasa sudah mati-matian membela PKS, harus menghadapi kenyataan lain: pimpinan PKS saat ini memiliki kebijakan lain, yang berbeda dengan pimpinan PKS sebelumnya. Sebagai kader, Fahri dituntut mengikuti kebijakan pimpinan PKS yang sekarang. Karena tidak mau tunduk dan bahkan melawan, maka dia dipecat.
Manakala tidak menjadi anggota partai lagi, maka tanggal juga status keanggotaannya di DPR. Artinya, Fahri tidak lagi menjadi wakil ketua DPR. Sebagai aktivis, Fahri mungkin siap jadi 'gelandangan' politik, atau jadi aktivis dakwah seperti sebelum berpartai dulu.
Fahri juga bisa terus berpolitik, misalnya dengan menjadi anggota partai politik lain. Tetapi berbeda dengan Ahok, kini Fahri tidak punya momentum Pemilu yang memungkinkan dia masuk Senayan lagi. Sedangkan Ahok punya momentum Pilkada yang bisa membawanya kembali memimpin DKI Jakarta. (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar mengatakan, Ahok memiliki karakter tersendiri, dalam menyampaikan sesuatu ke publik
Baca Selengkapnya"Tapi InsyaAllah Pak Ahok itu jujur yang saya kenal,” kata Ganjar.
Baca SelengkapnyaBukan hanya retorika semata, selama ini Ganjar dan Mahfud sudah membuktikan keberaniannya itu.
Baca SelengkapnyaBasuki Tjahaja Purnama alias Ahok menegaskan lebih memilih pasangan Capres-Cawapres, Ganjar Pranowo dan Mahfud Md.
Baca SelengkapnyaGibran menganggap kritikan dari Ahok merupakan hal yang biasa.
Baca SelengkapnyaMenurut Arsjad semua orang bebas dalam menyuarakan untuk mendukung siapa saja dengan cara yang berbeda-beda, termasuk Ahok.
Baca SelengkapnyaBasuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok menyebut, jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak bisa kerja.
Baca SelengkapnyaMenurut Pramono, Ahok merupakan sosok yang tegas dan berani dalam mengambil suatu kebijakan.
Baca SelengkapnyaAlasan Ahok mengundurkan diri dari jabatan Komisaris Utama PT Pertamina agar fokus kampanye mendukung Ganjar-Mahfud dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaUntuk mengurus negara, setidaknya harus pernah menjadi legislatif tingkat nasional maupun eksekutif tingkat provinsi.
Baca SelengkapnyaMantan Gubernur DKI Basuki T Purnama bercerita saat ditahan kasus penistaan agama.
Baca SelengkapnyaCawapres nomor urut 02 itu justru menyerahkan ihwal penilaian tersebut kepada warga.
Baca Selengkapnya