Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Merataplah rakyat Suriah

Merataplah rakyat Suriah Aksi simpati warga Maroko untuk balita Suriah. ©2015 AFP PHOTO/FADEL SENNA

Merdeka.com - Foto mayat bocah lelaki Aylan Kurdi berumur 3 tahun asal Kobane, Suriah, terbaring beku disapu ombak pantai di Turki yang bersama keluarganya gagal mencapai Yunani memang berhasil memantik simpati, sehingga negara seperti Jerman mau membuka diri menerima dengan tangan terbuka.

Tapi sekarang nampaknya kita harus melihat mood dan suasana kebatinan Eropa yang sedang berubah atas apa yang dialami rakyat Suriah. Hari Ahad lalu (13/9) ribuan masa melakukan aksi unjuk rasa di Eropa Timur untuk menolak para pengungsi yang datang ke Eropa. Para pengunjuk rasa meminta agar pengungsi kembali ke rumahnya. Mereka menolak masuknya pengungsi yang mayoritas beragama Islam di Warsawa, Polandia.

Selain itu ratusan orang juga melakukan aksi demo di Praha, Republik Cheska dan Bratislava, Slowakia. Beberapa di antaranya menggunakan atribut yang menolak Islam, seperti gambar Masjid yang disilang, dan sebagainya. Kemudian ada juga demonstran yang memegang spanduk bertuliskan 'Kau tidak diterima di sini jadi pulang lah. 'Di Hungaria ada hukum baru yang begitu ketat akan berlaku pada hari ini, Selasa (15/9), di mana siapapun yang melintasi perbatasan secara ilegal dapat dideportasi atau bahkan dipenjara.

Jerman pun akhirnya memberlakukan kontrol sementara di perbatasan dengan Austria. Tindakan itu dilakukan untuk membendung masuknya gelombang pengungsi. Kata Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas De Maiziere, tujuan dari kebijakan itu adalah untuk membatasi aliran pengungsi yang datang ke Jerman. Berlin juga ingin memastikan para migran masuk secara tertib.

Pengungsi yang mayoritas asal Suriah itu rupanya harus memperbesar hati mereka sendiri dan bersabar. Mungkin mereka yang sudah berhasil masuk ke Eropa harus mensyukuri nasib baiknya sekaligus ingin meminta perhatian dunia atas beratnya penderitaan rakyat Suriah atas konflik yang berlarut-larut yang tak pernah mereka picu atau pinta.

Jan Egeland, Sekjen Dewan Penanganan Pengungsi Norwegia sekaligus mantan Wakil Sekjen PBB Urusan Kemanusiaan menyatakan bahwa dunia sama sekali tak menyadari dahsyatnya krisis kemanusiaan di Suriah dan mengingatkan kemungkinan dunia harus menghadapi dampak krisis Suriah ini untuk beberapa generasi mendatang.

Betapa tidak, badan pengungsi PBB (UNHCR) menyajikan data bahwa konflik ini telah membunuh setidaknya 200.000 jiwa, mengakibatkan 4 juta orang mengungsi ke luar negeri kebanyakan ke Turki (1,6 juta orang), Lebanon (1,14 juta orang) dan Yordania (600.000 orang), Mesir (140.000 orang) dan Irak (220.000 orang) serta 7,6 juta orang terpaksa keluar dari kampung halamannya di dalam Suriah. Selain itu rata-rata 70.000 orang meninggalkan negaranya setiap bulan tahun ini. Harapan hidup rakyat Suriah juga anjlok dari 75,9 tahun di tahun 2010 menjadi hanya sekitar 55,7 tahun di tahun 2014.

Benedetta Berti, peneliti di Institute for National Security Studies, Italia berdasarkan kajiannya (Januari, 2015) atas dampak membanjirnya pengungsi ke negara-negara di Timur Tengah itu, menyatakan adanya dampak negatif bagi ekonomi negara penampung.

Sebagai contoh, Lebanon mengalami merapuhnya kekuatan anggaran dan membesarnya defisit fiskal serta memerlukan tambahan dana 2,5 miliar USD hanya untuk memperbaiki keadaan ke kondisi sebelum adanya pengungsi terutama pada sektor pariwisatanya yang sangat terpengaruh.

Benedetta Berti mengingatkan bahwa dampak kumulatif atas terus berlangsungnya krisis di Suriah terhadap negara penampung harus dilihat sebagai sumber potensial ketidakstabilan domestik dan regional jangka pendek di bidang ekonomi, politik dan khususnya keamanan.

Berti mengimbau dunia untuk menjamin adanya dana bagi penanganan krisis pengungsi ini dan langkah nyata dalam hal resettlement (penampungan permanen).

Tapi akankah dunia mendengar dan membantu apalagi di tengah mood yang tak lagi simpatik seperti saat ini? Jan Egeland pernah menyatakan bahwa dunia tak bisa mencari solusi politik atas krisis ini (Al Jazeera, 12/3). Dewan Kemanan PBB dan pihak-pihak yang terlibat konlfik telah gagal. Dengan pahit ia mengatakan bahwa resolusi kerangka perdamaian telah diabaikan oleh Dewan Keamanan dan negara anggota lainnya.

Katanya lagi, kegagalan itu bukan karena tak adanya solusi melainkan karena tidak mau mencari solusi. Maka, teruslah meratap rakyat Suriah. (mdk/war)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tentara Israel Akui Mereka Kini Lelah, Patah Semangat, dan Mentalnya Hancur karena Perang di Gaza
Tentara Israel Akui Mereka Kini Lelah, Patah Semangat, dan Mentalnya Hancur karena Perang di Gaza

Majalah Israel mewawancarai sejumlah tentara dan orang tua mereka soal kondisi mereka saat ini.

Baca Selengkapnya
Tentara Israel Mulai Tobat, Ramai-Ramai Tolak Kembali ke Gaza, Muak Lakukan Aksi Kekejaman terhadap Warga Sipil
Tentara Israel Mulai Tobat, Ramai-Ramai Tolak Kembali ke Gaza, Muak Lakukan Aksi Kekejaman terhadap Warga Sipil

Tentara Israel Mulai Tobat, Ramai-Ramai Tolak Kembali ke Gaza, Muak Lakukan Aksi Kekejaman terhadap Warga Sipil

Baca Selengkapnya
Warga Sampai Menteri Israel Geram Lihat Warga Gaza Masih Bisa Ramai-Ramai Santai Main di Pantai di Tengah Perang
Warga Sampai Menteri Israel Geram Lihat Warga Gaza Masih Bisa Ramai-Ramai Santai Main di Pantai di Tengah Perang

Warga dan Menteri Israel Geram Lihat Warga Gaza Masih Bisa Ramai-Ramai Main di Pantai di Tengah Perang

Baca Selengkapnya
"Aku Menulis Ini Seandainya Seseorang Menemukan Mayatku di Gaza"

Agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, dimulai sejak 7 Oktober dan telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil.

Baca Selengkapnya
Sambil Menangis, Gadis Gaza Ngaku Jenuh dengan Penderitaan 'Negara-Negara Arab Aku Tidak akan Maafkan'
Sambil Menangis, Gadis Gaza Ngaku Jenuh dengan Penderitaan 'Negara-Negara Arab Aku Tidak akan Maafkan'

Gadis asal Gaza mengaku tak akan memaafkan negara-negara Arab karena membiarkan Palestina menderita akibat serangan Israel.

Baca Selengkapnya