Mimpi LGBT pulih lagi
Merdeka.com - Hampir setiap hari Prof. DR. Luh Ketut Suryani selalu menerima pasien di tempat praktiknya di Jalan Gandapura, Denpasar, Bali. Suryani merupakan seorang psikiater terkenal dengan pengobatannya menggunakan pendekatan psikoterapi Barat dan spiritualitas Timur. Pasiennya yang datang pun beragam. Tetapi umumnya korban kekerasan seksual mengalami depresi berat.
Saat merdeka.com bertamu pada pekan lalu, Suryani menceritakan pengalamannya mengobati pasien lesbi, gay, biseksual dan transgender (LGBT). Dia tidak menyebutkan nama pasiennya, etika kedokteran dipegang teguh. Suryani hanya ingin memberi penjelasan bahwa dari sisi kedokteran, LGBT bukanlah penyakit.
Penjelasan ini secara tidak langsung mematahkan semua argumen menganggap seseorang menjadi LGBT karena faktor tertular atau terpengaruh lingkungan. "LGBT itu kan kelainan seks, dalam diagnosis dianggap kelainan, dan belum tentu gangguan," ujar Suryani saat berbincang dengan merdeka.com selasa pekan lalu. Namun dia tidak menampik seseorang memiliki kelainan seksual lantaran pergaulan.
-
LGBTQ adalah apa? LGBTQ adalah singkatan dari Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer. Ini merupakan komunitas yang merujuk pada jenis identitas seksual lain selain heteroseksual.
-
Siapa yang termasuk dalam LGBTQ? Ini merupakan komunitas yang merujuk pada jenis identitas seksual lain selain heteroseksual.
-
Kenapa pernikahan sesama jenis kontroversial? Secara umum, pandangan agama mengenai pernikahan sesama jenis bervariasi. Beberapa agama melarangnya, sedangkan lainnya membatasi atau mengizinkannya dalam kondisi tertentu.
-
Bagaimana cara memahami LGBTQ? Penting bagi masyarakat untuk mnegedukasi diri sendiri terkait isu LGBTQ yang ada di masyarakat.
-
Mengapa LGBTQ perlu dipahami? Dengan pemahaman ini, diharapkan setiap masyarakat bisa bijak dalam bersikap terhadap kelompok LGBTQ.
-
Apa itu pernikahan sesama jenis? Pernikahan sesama jenis telah menjadi topik yang kontroversial dalam beberapa tahun terakhir, dengan banyak orang berdebat tentang pernikahan sesama jenis dari berbagai sudut pandang.
"Tetapi tidak bisa disebut penyakit menular. Itu karena dia mau," katanya.
Perempuan peraih penghargaan Nari Kusuma 2008 ini mulai menceritakan pengalamannya mengobati beberapa pasien LGBT dengan cara hipnotis. Dari pasien-pasien itu dia mengetahui penyebab seseorang memiliki orientasi seksual yang lain dibanding orang normal. Kebanyakan seseorang menjadi LGBT karena rekam jejaknya di masa lalu. Misal karena kekerasan dilakukan orang tua lelaki. Biasanya korban kekerasan ini akan mencari figur seorang pria dianggap mampu mewakili ayahnya.
Dari pengakuan Suryani, beberapa pasien LGBT menjadi pasiennya bisa disembuhkan. Syaratnya hanya satu, punya keinginan kuat untuk kembali hidup sebagai manusia normal. Kalau pasiennya tidak memiliki keinginan untuk kembali normal, Suryani menganggap itu sudah menjadi pilihan dan tidak bisa dipaksakan.
"Saya temukan pengakuan, bahwa dulunya dia diperlakukan keras oleh bapaknya, kemudian dia ingin cari partner, figur bapak. Ada juga yang waktu kecil diasuh seperti perempuan, pakai baju perempuan," tutur Suryani. Dia tidak memandang sebelah mata pada kaum LGBT.
Meski awalnya dia canggung menyaksikan kenyataan ada orang-orang penyuka sesama jenis. Namun Suryani menganggap itu adalah sebuah pilihan. Tetapi yang terpenting bagi Suryani adalah kaum LGBT tidak mencari korban. "Kalau mereka itu sudah sebuah pilihan, jangan pengaruhi orang. Jangan cari korban. Itu dunia mereka," katanya.
Menurut Suryani, selain faktor latar belakang, dalam kajian ilmu kedokteran, memang ada faktor lain membuat seorang memiliki kelainan orientasi seksual. Salah satunya adalah hormon. Hormon kata Suryani juga bisa membuat seseorang mengalami kelainan orientasi seksual atau menjadi LGBT. Namun semua itu bisa diseimbangkan.
"Dari lahir bisa lihat otak jantan dan betina. Lalu saat perkembangan anak bisa dilihat yang dominan otak lelaki atau perempuannya. Bisa kita alihkan, perbaiki. Harus diingat, 10 tahun pertama itu golden periode buat anak," ujarnya.
Pendapat Suryani pun diakui seorang gay berinisal D, 25 tahun. Menurut gaya kelahiran Surabaya Jawa Timur itu, Gay bukan penyakit menular seperti apa yang sering terlontar dari berbagai kalangan. Namun D mengaku ragu jika gay bisa disembuhkan dengan cara Psikoterapi atau Spiritualitas seperti dikatakan oleh Suryani. Menurut dia, menjadi gay bukan merupakan pilihan karena sejatinya jiwa mereka seolah menolak dilahirkan dengan tubuh seorang pria.
"Saya sih enggak yakin gay itu bisa sembuh dan hidup normal. Kalo memang dari awalnya gay, yah udah gay aja," ujar D. Dia pun menjelaskan maksud seperti dikatakan Prof Suryani, bisa menyukai seorang perempuan layaknya laki-laki normal.Menurutnya sangat tidak mungkin seorang gay bisa nafsu oleh seorang wanita.
Namun demikian D punya pandangan lain. Seorang gay bisa dikatakan sembuh jika dia menutup semua akses yang berhubungan dengan kehidupan gay. "Teman saya itu tobat bukan berarti dia bisa langsung suka sama cewek. Dia lebih memilih untuk menjadi religius, salat-nya baik, agamanya bagus, tekun belajar agama," tutur D. "Tetapi akhirnya dia juga tidak menikah dengan seorang perempuan. Dan dia juga tidak suka sama cowok pada akhirnya. Bahkan dia bilang sudah coba untuk nafsu sama wanita tetapi tidak bisa,".
Meski demikian menurut D, tak sedikit juga seorang gay akhirnya memilih menikahi seorang wanita untuk menutupi identitasnya aslinya. Bahkan ada gay juga memiliki keturunan dari pernikahan itu. Namun pernikahan itu hanya topeng, tetap saja mereka seorang gay bakal berhubungan dengan sesama sejenis tanpa sepengetahuan sang istri.
"Mereka bilang kalau berhubungan intim sama istrinya yah pake obat kuat. Asal bisa ereksi cewek bisa kok hamil," ujarnya. (mdk/arb)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap orang memiliki pendapat dan sudut pandang masing-masing dalam melihat keberadaan LGBTQ.
Baca SelengkapnyaProses penerapan Perbup itu berupa langkah preventif. Tindakan yang diambil lebih pada pembinaan kepada mereka yang dianggap dalam kondisi LGBT.
Baca SelengkapnyaGender dysphoria mengacu pada perasaan tidak nyaman yang dialami seseorang karena jenis kelaminnya tidak sesuai dengan identitas gender yang mereka miliki.
Baca Selengkapnya"Tidak ada satupun dari agama-agama tersebut yang mentolerir praktik LGBT," tegas Anwar Abbas.
Baca SelengkapnyaKondisi psikologis yang ditandai dengan delusi seseorang yang meyakini bahwa orang lain mencintainya secara diam-diam.
Baca SelengkapnyaDia menilai, mereka yang memutuskan untuk LGBT merupakan seorang pecundang yang tak bisa bersaing.
Baca SelengkapnyaSejumlah pendidik di Garut Jawa Barat dibuat resah dengan berkembangnya kasus LGBT pelajar.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan pantauan, di sekitar pohon tersebut memang banyak tisu dan botol minuman keras.
Baca SelengkapnyaDelusi dan halusinasi merupakan masalah yang kerap tertukar di antara keduanya.
Baca Selengkapnya