LGBT Bikin Resah Dunia Pendidikan di Garut, Guru Temukan Grup Pelajar Khusus Penyuka Sesama Jenis
Sejumlah pendidik di Garut Jawa Barat dibuat resah dengan berkembangnya kasus LGBT pelajar.
Sejumlah pendidik di Garut Jawa Barat dibuat resah dengan berkembangnya kasus LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di dunia pendidikan. Hal itu diketahui setelah sejumlah siswa dan siswi diduga terpapar perilaku menyimpang itu.
Salah satu guru sekolah menengah kejuruan (SMK) di Garut, SH bercerita menemukan beberapa siswa dan siswinya yang diduga merupakan LGBT. Bila dijumlah dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlahnya dipastikan sangat banyak.
“Di kasus terakhir, saya menemukan kasus lesbian yang melibatkan dua siswi. Ini diketahui setelah beberapa siswa melaporkan bahwa yang bersangkutan merupakan pasangan lesbian, dan setelah dicek kebenarannya ternyata benar,” kata SH, Selasa (3/9).
Menurutnya, temuan kasus tersebut sedang didalami. Hasilnya cukup membuat dia kaget. Keduanya ternyata sudah melakukan hal tersebut sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).
SH mengungkapkan, fakta lain soal adanya grup khusus untuk berkomunikasi sesama LGBT. “Tapi untuk grupnya belum diketahui, dan jumlah anggotanya berapa, namun ini sudah dipastikan adanya,” ungkapnya.
Perilaku menyimpang tersebut, menurut SH, tidak berhenti sampai di sana saja. Berdasarkan pengakuan siswi yang mengaku sebagai lesbian, ia bersama teman-temannya sering patungan untuk membeli barang kebutuhan aktivitas seksual mereka.
“Barang-barang itu nantinya digunakan secara bergantian dengan pasangan yang berbeda tentunya. Ada juga bahkan, dari informasi yang saya terima, jasa yang menyewakan alat-alat seperti itu sehingga mereka tidak harus membeli,” jelasnya.
Sebagai pendidik di sekolah, SH mengaku sangat resah dengan perilaku menyimpang muridnya itu. Hal yang sama juga dirasakan oleh guru-guru lainnya, namun merasa tidak bisa berbuat banyak selain mengingatkan dan mengedukasi sebisanya.
“Yang resah sebetulnya guru-guru di banyak sekolah, baik SMA maupun SMK, karena beberapa guru juga menemukan kondisi serupa. Tapi kebanyakan dari pihak sekolah menutup persoalan itu karena tidak mau mencoreng nama sekolah,” katanya.
Menurutnya, perlu penanganan lebih agar perilaku menyimpang itu tidak berkelanjutan karena mengingat usia mereka yang masih belia. “Yang sangat kami khawatirkan adalah perilaku itu menyebar lebih banyak di kemudian hari bila tidak ada penanganan serius,” ucapnya.
Tindakan Pemprov Jabar
Kepala Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XI Jawa Barat, Aang Karyana mengatakan bahwa pihaknya sebelumnya sudah menerima informasi adanya kasus LGBT di kalangan pelajar SMA/SMK. Namun informasi tersebut diterimanya dari tim terpadu yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Garut.
“Garut ini mungkin satu-satunya kabupaten yang mengeluarkan Perbup (Peraturan Bupati) tentang anti maksiat yang di dalamnya LGBT. (Produk turunannya) ada tim terpadu di beberapa unsur OPD (organisasi perangkat daerah), bukan hanya dari Pemda,” kata Aang.
“Berdasarkan laporan ke tim terpadu itu memang ditemukan kasus LGBT di kalangan pelajar. Untuk mengantisipasi hal itu pa Sekda pada saat itu membuat surat ke kita untuk mensosialisasikan Perbup itu kepada kepala sekolah, pengawas, dan guru BK (bimbingan konseling), dan pada akhir 2023 itu telah kita lakukan, termasuk sosialisasi,” lanjutnya.
Dalam kegiatan sosialisasi itu, Aang menjelaskan sekolah diberi arahan bagimana penanganan bila menemukan kasus LGBT di sekolah. Dia menjelaskan, kaitan dengan langkah yang melibatkan orang tua dan konselingnya.
Dalam kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), Aang menyebut bahwa pihaknya juga melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pelajar. Sosialisasi itu pun melibatkan tim terpadu.
Di tim terpadu sendiri, menurutnya ada sejumlah ahli untuk melakukan advokasi khusus kepada para pelajar yang terpapar. Pihak sekolah melalui guru BK menurutnya hanya bisa melakukan treatment awal kepada para pelajar untuk melakukan deteksi, apakah baru coba-coba atau sudah terlibat jauh.
Dia mengakui, selama ini sekolah belum ada yang melaporkan langsung terkait kasus pelajar LGBT. “Selama ini laporan secara langsung kepada kita tidak ada, katanya ke tim terpadu menemukan LGBT di kalangan pelajar,” ungkapnya.
Namun kaitan dengan data pelajar yang berperilaku menyimpang itu, dia mengaku tidak memilikinya dan tim terpadu pun tidak memberikannya.
“Di tim terpadu Pemda Garut itu ada (data), siapa-siapa saja, karena ada pendampingan akhirnya. Apakah siswa maupun mahasiswa yang LGBT, penanganan ditangani tim terpadu karena ada psikolog dan lainnya,” pungkasnya.