Usai Nonton Video Porno, Lima Pelajar SMP Patungan Rp5.000 Sewa Waria
Mereka meminta untuk onani di lahan kosong pinggir jalan.
Mereka meminta untuk onani di lahan kosong pinggir jalan.
Usai Nonton Video Porno, Lima Pelajar SMP Patungan Rp5.000 Sewa Waria
Perilaku menyimpang sejumlah ABG di Klaten yang memprihatinkan diungkap Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Klaten. Sebuah kasus yang masuk dan tengah menjadi perhatian belum lama ini datang dari sejumlah siswa SMP di Klaten.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Klaten, Ronny Roekmito mengemukakan, berdasarkan pengakuan salah seorang waria yang biasa mangkal di Bypass , ada rombongan 5-6 siswa setingkat SMP di yang membayarnya untuk melakukan hubungan terlarang.
"Jadi menurut pengakuan waria yang kami temui, ada rombongan anak SMP 5-6 orang. Mereka iuran 5000 rupiah untuk mencoba dengan waria pada malam hari," ujar Ronny saat Sosialisasi HIV dan Kewaspadaan LGBT+ Kepada Guru BK SMP/MTS se Kabupaten Klaten di Pendopo Kabupaten, Rabu (23/8).
Berdasarkan pengakuan selanjutnya, kata Ronny, para remaja tersebut meminta untuk onani di lahan kosong pinggir jalan by pass.
"Jadi setelah ditanyai ternyata mereka ini tidak tahu kalau sedang bersama waria. Setau mereka perempuan," lanjut Ronny.
"Jadi indikasi kita mereka ini pergi ke bypass karena habis nonton film porno" sambungnya.
Ronny mengungkapkan, banyak kasus yang melibatkan remaja yang butuh perhatian. Di antaranya kasus hubungan sesama jenis yang melibatkan siswa SMP. Mirisnya, siswa yang saat ini menjadi pasiennya tersebut menjadi korban perbuatan menyimpang kakaknya sendiri.
"Jadi pasien kami saat kelas 1 SMP itu sedang di toilet sekolah. Ia mengaku dipaksa melakukan hubungan dengan kakak kelas sesama jenis. Pasien menjalin hubungan dengan orang tersebut kemudian berlanjut luar sekolah," bebernya.
Usai putus, siswa tersebut kemudian mengaku berhubungan degan sesama jenis yang bekerja di Boyolali.
"Pasien putus, kemudian menjalin hubungan sesama jenis lagi dengan kenalannya saat pengajian bersama (pondok pesantren)," jelasnya.
"Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan pipis bernanah, berulangkali kontrol ke puskesmas dengan keluhan sama," katanya lagi.
Pasien, lanjut Ronny, melakukan kontrol ke puskesmas, cek HIV + dengan 3 reagen. Dan mulai pengobatan ARV pada tanggal 2 Januari 2023.
"Pasien lulusan SMP, bekerja membantu ayah dan kakaknya," terangnya.
Ronny menambahkan, kalangan remaja saat ini rentan terhadap infeksi HIV. Apalagi mereka termasuk golongan dan usia seksual aktif.
"Remaja suka mengambil resiko, ingin mencoba yang baru. Pengaruh narkoba atau alkohol juga bisa, ajakan, paksaan teman sebayanya, atau pernah disodomi," katanya.
Ditambahkan Ronny, orang tua sebaiknya jangan terlalu percaya, berprasangka baik hingga lepas pengawasan.
"Untuk pencegahan hindari seks bebas, mencari informasi tentang HIV dan pendidikan seksualitas dan meningkatkan imam," pungkasnya.