Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pencalegan kaos pengamplop-chaos-kan demokrasi

Pencalegan kaos pengamplop-chaos-kan demokrasi baliho bergambar caleg. al amin©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Sistem proporsional terbuka suara terbanyak dengan daerah pemilihan (dapil) berkursi 3 s/d 10 UU Pemilu Legislatif No 8/2012 itu perlu modal auzubilah. Menurut Pramono Anung: buat Pemilu 2014, dana kampanye yang harus dipersiapkan oleh seorang calon legislatif (caleg) minimal akan mencapai Rp 1,2 s/d 1,5 miliar, alias dobelnya pemilu sebelumnya. Bahkan, "ada pengusaha yang mengeluarkan biaya kampanye mencapai Rp 20 miliar," kata Pramono.

Baik secara alam mistis maupun kasunyatan, mahalnya nyaleg itu hal enteng dan biasa. Enteng, sebab tersedia uang gaib dan semua orang bisa memanfaatkannya, kata Ki Edan Amongrogo (Misteri No. 550/2013).

Biasa, lantaran banyaknya contrengan personal akibat tenungan proporsional daftar terbuka suara terbanyak, bukan menurut Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) macam pemilu 2004.

Pemilihan personal itu diterapkan di beberapa negara. Contohnya: sistem proporsional daftar terbuka di Italia sejak 1992, Brasil sejak lengsernya rezim militer 1985 atau mayoritannya sistem hybrida Rusia pra 2007.

Di Brasil, dana kampanye 2002 seorang caleg itu bisa sejuta Euro. Di Rusia, sampai setengah juta USD, yang menciptakan perbedaan kesempatan nyaleg, ujar ketua KPU Rusia, Alexander Weschnjakow.

Dalam hal mahalnya nyaleg, agaknya paranormalan bersudut pandang personal votenya Suhu Eric Chang dan Jeng Miriam Golden seusai nerawang Italia patut disimak: Penyebabnya adalah pencoblosan personal, bukan partai, dan persaingan internal. Citra caleg dikedepankan ketimbang partai, sehingga para caleg perlu dana kuat buat mejeng, bikin partai kelimpungan buat membantu. Akibatnya, merangsang caleg buat ngalab gerayangan haram, lalu kelaknya berjurus balik modal. Apalagi jika para pemilih di dapil doyan kaos pengamplop-chaos-kan demokrasi -satu hal yang sesungguhnya bertentangan dengan maunya proporsional daftar terbuka.

Suhu Chang dan Jeng Golden berpituduh, tingginya ongkos nyaleg itu tergantung pada district magnitude alias besaran dapil. Makin gembrot besaran dapil proporsional open-list, makin tinggi pula ongkos nyaleg dan korupsinya. Hal ini kebalikannya proporsional closed-list.

Kalau benar paranormalan itu, maka ongkos nyaleg di dapil berkursi 3 misalnya akan murahan ketimbang dapil berkursi 10. Atau dapil berkursi 3 mbrojolin caleg suci ketimbang caleg dapil berkursi 10. Bahwa kelaknya caleg suci itu kegoda berkat lesehan di komisi benyek DPR, tentu di luar paranormalan mereka.

Akibat tingginya ongkos dan sekaligus memperlemah sistem kepartaian itu, maka Rusia mudik ke sistem proporsional daftar closed-list. Brasil ancang-ancang cabut dari proporsional open-listnya yang dituding sebagai biangnya korupsi.

Agaknya, proporsional daftar terbuka bekerja ciamik di negara-negara bersistem kepartaian sudah melembaga. Juga, proporsional daftar terbuka bagus jika berkompetisi tinggi, umpamanya seorang pemilih punya banyak suara. Contrengan pilihan pertama buat caleg C, kedua untuk caleg B, ketiga pro caleg A dan seterusnya, seperti di Swis. Atau macam di Denmark bersetel pemilu DPR 1999 tapi terbuka, dimana setiap caleg bertarung bersama dulu demi partainya.

Lolos dari klenikan Suhu Chang dan Jeng Golden adalah cara memurahkan ongkos pencalegan di Indonesia lewat penggaiban kompetisi internal partai. Sebut Partai Kurawa bercaleg 3 di dapil Astina yang berkecamatan 10. Duryudana, caleg dan gembong. Caleg ecek-ecek itu Togog dan Dursilawati, perempuan pula. Meski separtai, Togog dan Dursilawati disantet agar gak berkampanye di 8 kecamatan yang wilayahnya Duryudana.

Togog dan Dursilawati boleh berkamsia disantet. Bila Duryudana bisa serakahan ngalab suara hingga Partai Kurawa dapat njambret 3 kursi, maka Togog dan Dursilawati akan boleh ngompreng. Alias hemat dana.

Barangkali, Togog dan Dursilawati cuma perlu tahu hari maujudnya Duryudana serta kombinasinya dengan hari pemilu 2014. Selain kaos, dana sisa bisa dimanfaatkan buat bersesajen, men-chaos-kan laknatan terhadap Duryudana. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Uang Perahu Jelang Pemilu, Apa Itu?
Uang Perahu Jelang Pemilu, Apa Itu?

Uang perahu ini akan banyak ditemukan menjelang pemilu.

Baca Selengkapnya
FOTO: Berkah Pemilu, Produksi Kaus Partai Politik Melonjak 400 Persen
FOTO: Berkah Pemilu, Produksi Kaus Partai Politik Melonjak 400 Persen

Menjelang pesta demokrasi Pemilu 2024, jasa produksi kaus partai politik mengalami kebanjiran pesanan.

Baca Selengkapnya
Kemenkeu Hitung Perputaran Uang saat Pemilu 2024, Caleg DPR Minimal Keluar Rp1 Miliar
Kemenkeu Hitung Perputaran Uang saat Pemilu 2024, Caleg DPR Minimal Keluar Rp1 Miliar

Tak tanggung-tanggung nilai modal yang digelontorkan para caleg mencapai miliaran rupiah.

Baca Selengkapnya
PPATK Endus Transaksi Mencurigakan, Ini Besaran Dana Kampanye Ketiga Capres
PPATK Endus Transaksi Mencurigakan, Ini Besaran Dana Kampanye Ketiga Capres

KPU telah mengatur batasan mengenai sumbangan dana kampanye di Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Reaksi Ganjar soal PPATK Temukan Aliran Dana ke Caleg Rp7,7 Triliun dari Luar Negeri
Reaksi Ganjar soal PPATK Temukan Aliran Dana ke Caleg Rp7,7 Triliun dari Luar Negeri

Ganjar memutuskan irit bicara terkait adanya temuan PPATK tersebut. Kenapa?

Baca Selengkapnya
Lebih Mahal Mana Biaya Pilpers Amerika Serikat atau Indonesia? Ini Datanya
Lebih Mahal Mana Biaya Pilpers Amerika Serikat atau Indonesia? Ini Datanya

Tidak ada anggaran khusus Pilpres di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya
Mengenal ‘Uang Perahu’, Mahar Politik Dibutuhkan untuk Jadi Calon Wakil Rakyat
Mengenal ‘Uang Perahu’, Mahar Politik Dibutuhkan untuk Jadi Calon Wakil Rakyat

Ikhsan pernah melakukan penelitian saat pemilihan Walikota Serang, Banten tahun 2013 dan mendapati salah satu calon membayar Rp5 miliar.

Baca Selengkapnya
Tergoda Tawaran Penggandaan Uang dan Suara Berlimpah, Caleg Golkar di Pekalongan Tertipu Rp300 Juta
Tergoda Tawaran Penggandaan Uang dan Suara Berlimpah, Caleg Golkar di Pekalongan Tertipu Rp300 Juta

Polres Pekalongan mengungkap kasus penipuan dengan modus penggandaan uang bermotif politik. Korbannya seorang caleg dari Partai Golkar.

Baca Selengkapnya
Laporan Awal Dana Kampanye Pilkada Sumsel, Paslon Petahana Herman Deru Tembus Rp50 Juta
Laporan Awal Dana Kampanye Pilkada Sumsel, Paslon Petahana Herman Deru Tembus Rp50 Juta

KPU Sumsel menetapkan jumlah dana kampanye para paslon tak lebih dari Rp226 miliar.

Baca Selengkapnya
Sekjen PDIP Minta Pemilu 2024 Dikawal karena Ada Konflik Kepentingan
Sekjen PDIP Minta Pemilu 2024 Dikawal karena Ada Konflik Kepentingan

Terlebih, hasil survei menunjukkan bahwa konflik kepentingan berpotensi terjadi dengan penyalahgunaan kekuasaan.

Baca Selengkapnya
Transaksi Dana Kampanye Janggal PPATK Bukti Dana Partai Politik Tidak Transparan
Transaksi Dana Kampanye Janggal PPATK Bukti Dana Partai Politik Tidak Transparan

Ternyata, dana ini tidak mengalami pergerakan yang signifikan, namun terjadi perputaran dana hingga mencapai triliunan rupiah

Baca Selengkapnya
Jelang Pemilu, Usaha Percetakan di Surabaya Kebanjiran Pesanan Omzetnya Naik Puluhan Juta Rupiah
Jelang Pemilu, Usaha Percetakan di Surabaya Kebanjiran Pesanan Omzetnya Naik Puluhan Juta Rupiah

Berkah kampanye Pemilu dirasakan pengusaha percetakan sejak 1,5 bulan terakhir

Baca Selengkapnya