Pencalegan kaos pengamplop-chaos-kan demokrasi
Merdeka.com - Sistem proporsional terbuka suara terbanyak dengan daerah pemilihan (dapil) berkursi 3 s/d 10 UU Pemilu Legislatif No 8/2012 itu perlu modal auzubilah. Menurut Pramono Anung: buat Pemilu 2014, dana kampanye yang harus dipersiapkan oleh seorang calon legislatif (caleg) minimal akan mencapai Rp 1,2 s/d 1,5 miliar, alias dobelnya pemilu sebelumnya. Bahkan, "ada pengusaha yang mengeluarkan biaya kampanye mencapai Rp 20 miliar," kata Pramono.
Baik secara alam mistis maupun kasunyatan, mahalnya nyaleg itu hal enteng dan biasa. Enteng, sebab tersedia uang gaib dan semua orang bisa memanfaatkannya, kata Ki Edan Amongrogo (Misteri No. 550/2013).
Biasa, lantaran banyaknya contrengan personal akibat tenungan proporsional daftar terbuka suara terbanyak, bukan menurut Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) macam pemilu 2004.
-
Siapa yang memberikan sedekah 2 miliar? Di sisi lain, April juga kembali mendapat cibiran dan hujatan ketika ia memamerkan sang suami yang baru saja memberikan sedekah dengan nominal 2 miliar.
-
Siapa yang memberikan amplop Rp1 Miliar? Namun, ia mengakui bahwa acara tersebut menghasilkan keuntungan karena dua konglomerat memberikan amplop sebesar Rp1 miliar. Para dermawan besar tersebut adalah Tahir dari Bank Mayapada dan Prajogo Pangestu.
-
Apa besaran gaji Pantarlih Pilkada 2024? Menurut regulasi tersebut, gaji Pantarlih Pilkada 2024 ditetapkan sebesar Rp 1.000.000 per bulan.
-
Apa itu politik uang? Politik uang (money politic) adalah sebuah upaya memengaruhi pilihan pemilih (voters) atau penyelenggara pemilu dengan imbalan materi atau yang lainnya. Dari pemahaman tersebut, politik uang adalah salah satu bentuk suap.
-
Siapa yang mengeluarkan dana Rp 30 miliar? Pengusaha asal Amerika Serikat, Bryan Johnson menghabiskan USD2 juta atau Rp30,9 miliar per tahun demi memuluskan blueprint yang dia sebut mengembalikan usia muda.
-
Siapa yang meminta anggaran Rp20 triliun? Jelang rapat, Menteri HAM Natalius Pigai sempat dicecar terkait permintaan anggaran Rp20 triliun.
Pemilihan personal itu diterapkan di beberapa negara. Contohnya: sistem proporsional daftar terbuka di Italia sejak 1992, Brasil sejak lengsernya rezim militer 1985 atau mayoritannya sistem hybrida Rusia pra 2007.
Di Brasil, dana kampanye 2002 seorang caleg itu bisa sejuta Euro. Di Rusia, sampai setengah juta USD, yang menciptakan perbedaan kesempatan nyaleg, ujar ketua KPU Rusia, Alexander Weschnjakow.
Dalam hal mahalnya nyaleg, agaknya paranormalan bersudut pandang personal votenya Suhu Eric Chang dan Jeng Miriam Golden seusai nerawang Italia patut disimak: Penyebabnya adalah pencoblosan personal, bukan partai, dan persaingan internal. Citra caleg dikedepankan ketimbang partai, sehingga para caleg perlu dana kuat buat mejeng, bikin partai kelimpungan buat membantu. Akibatnya, merangsang caleg buat ngalab gerayangan haram, lalu kelaknya berjurus balik modal. Apalagi jika para pemilih di dapil doyan kaos pengamplop-chaos-kan demokrasi -satu hal yang sesungguhnya bertentangan dengan maunya proporsional daftar terbuka.
Suhu Chang dan Jeng Golden berpituduh, tingginya ongkos nyaleg itu tergantung pada district magnitude alias besaran dapil. Makin gembrot besaran dapil proporsional open-list, makin tinggi pula ongkos nyaleg dan korupsinya. Hal ini kebalikannya proporsional closed-list.
Kalau benar paranormalan itu, maka ongkos nyaleg di dapil berkursi 3 misalnya akan murahan ketimbang dapil berkursi 10. Atau dapil berkursi 3 mbrojolin caleg suci ketimbang caleg dapil berkursi 10. Bahwa kelaknya caleg suci itu kegoda berkat lesehan di komisi benyek DPR, tentu di luar paranormalan mereka.
Akibat tingginya ongkos dan sekaligus memperlemah sistem kepartaian itu, maka Rusia mudik ke sistem proporsional daftar closed-list. Brasil ancang-ancang cabut dari proporsional open-listnya yang dituding sebagai biangnya korupsi.
Agaknya, proporsional daftar terbuka bekerja ciamik di negara-negara bersistem kepartaian sudah melembaga. Juga, proporsional daftar terbuka bagus jika berkompetisi tinggi, umpamanya seorang pemilih punya banyak suara. Contrengan pilihan pertama buat caleg C, kedua untuk caleg B, ketiga pro caleg A dan seterusnya, seperti di Swis. Atau macam di Denmark bersetel pemilu DPR 1999 tapi terbuka, dimana setiap caleg bertarung bersama dulu demi partainya.
Lolos dari klenikan Suhu Chang dan Jeng Golden adalah cara memurahkan ongkos pencalegan di Indonesia lewat penggaiban kompetisi internal partai. Sebut Partai Kurawa bercaleg 3 di dapil Astina yang berkecamatan 10. Duryudana, caleg dan gembong. Caleg ecek-ecek itu Togog dan Dursilawati, perempuan pula. Meski separtai, Togog dan Dursilawati disantet agar gak berkampanye di 8 kecamatan yang wilayahnya Duryudana.
Togog dan Dursilawati boleh berkamsia disantet. Bila Duryudana bisa serakahan ngalab suara hingga Partai Kurawa dapat njambret 3 kursi, maka Togog dan Dursilawati akan boleh ngompreng. Alias hemat dana.
Barangkali, Togog dan Dursilawati cuma perlu tahu hari maujudnya Duryudana serta kombinasinya dengan hari pemilu 2014. Selain kaos, dana sisa bisa dimanfaatkan buat bersesajen, men-chaos-kan laknatan terhadap Duryudana. (mdk/tts)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Uang perahu ini akan banyak ditemukan menjelang pemilu.
Baca SelengkapnyaMenjelang pesta demokrasi Pemilu 2024, jasa produksi kaus partai politik mengalami kebanjiran pesanan.
Baca SelengkapnyaTak tanggung-tanggung nilai modal yang digelontorkan para caleg mencapai miliaran rupiah.
Baca SelengkapnyaKPU telah mengatur batasan mengenai sumbangan dana kampanye di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaGanjar memutuskan irit bicara terkait adanya temuan PPATK tersebut. Kenapa?
Baca SelengkapnyaTidak ada anggaran khusus Pilpres di Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaIkhsan pernah melakukan penelitian saat pemilihan Walikota Serang, Banten tahun 2013 dan mendapati salah satu calon membayar Rp5 miliar.
Baca SelengkapnyaPolres Pekalongan mengungkap kasus penipuan dengan modus penggandaan uang bermotif politik. Korbannya seorang caleg dari Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaKPU Sumsel menetapkan jumlah dana kampanye para paslon tak lebih dari Rp226 miliar.
Baca SelengkapnyaTerlebih, hasil survei menunjukkan bahwa konflik kepentingan berpotensi terjadi dengan penyalahgunaan kekuasaan.
Baca SelengkapnyaTernyata, dana ini tidak mengalami pergerakan yang signifikan, namun terjadi perputaran dana hingga mencapai triliunan rupiah
Baca SelengkapnyaBerkah kampanye Pemilu dirasakan pengusaha percetakan sejak 1,5 bulan terakhir
Baca Selengkapnya