Profil
Panorama Transportasi
Panorama Group merupakan perusahaan yang menyediakan paket transportasi, pariwisata, perhotelan dan bisnis yang terkait lainnya. Perusahaan ini pertama kali didirikan pada tanggal 10 April 1972. Awalnya, perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang tour and travel. Pada tahun 1995 perkembangan bisnis ini terlihat sangat pesat yang membuat perusahaan berubah menjadi badan usaha dengan menerapkan empat pilar bisnis utama, yakni Pillar INBOUND, Pillar TRAVEL & LEISURE, Pillar TRANSPORTASI, dan MICE Pillar. Perusahaan terus mengembangkan sayap bisnis dengan menjadi kelompok terpadu. Terbukti setelah lebih dari 40 tahun hadir di tengah-tengah masyarakat, Panorama kini hadir dalam 27 merek yang lebih terfokus dalam produk manajemen pariwisata, konferensi profesional dan organizer pameran. Komitmen yang terus dijaga oleh perusahaan untuk terus menjadi perusahaan yang paling dinamis, beragam dan inovatif untuk mengembangkan cakupan bisnis hingga area Destination Management, Travel & Leisure Management, Konvensi & pameran, transportasi dan perhotelan.
Awal lahir-nya bisnis pariwisata ini tak lepas dari kecintaan sang pendiri, Adhi Tirtawisata akan petualangan. Memulai karir sebagai seorang pengacara lantas Adhi memutuskan untuk berkecimpung dalam hal yang disukai-nya dan bekerja di Asia Express yang merupakan sebuah biro perjalanan. Selanjutnya, Adhi membuka Panorama Group yang awalnya di sebuah garasi rumah. Bisnis yang berawal dari garasi rumah itu lantas menjelma menjadi bisnis besar yang semakin mumpuni. Pada tahun 1974, Panorama telah meluncurkan program yang disukai oleh turis yang bernama The Jakarta City Tour. Beberapa bisnis yang berada di bawah naungan Panorama Group antara lain Panorama Destination, Panorama Tours dan Panorama World, White Hours Group, Day Trans, Reed Panorama Exhibition, Panorama Meetings & Events, PHM Hospitality, Kaffein, The 101, The Haven, Kampoeng Maen, Waterbom Jakarta, Rajakamar, dan beberapa unit usaha lainnya.
Panorama Group merupakan salah satu bukti bahwa sektor pariwisata adalah satu sektor yang tahan terhadap badai krisis. Walaupun sempat mendapat kendala saat terjadi Reformasi 1998, tragedi bom WTC 2001, Bom Bali 1 2002, Bom JW Marriott 2003, Bom Bali 2 2005, flu burung, SARS, beberapa peristiwa lainnya yang terjadi di Indonesia tidak membuat sektor pariwisata menurun. Bahkan, semakin hari sektor ini semakin berkembang secara positif. Hal ini dikarenakan negara Indonesia memiliki daya tarik tersendiri dalam pariwisata.
Riset dan analisa oleh Tryning Rahayu Setya W.