Ada Efisiensi Anggaran, BMKG Blak-blakan Pemantauan Gempa dan Potensi Tsunami di Pesisir Jawa
Kantor Stasiun BMKG Maritim Tanjung Emas Semarang turut terdampak aturan pemangkasan anggaran dari pusat.

Kantor Stasiun BMKG Maritim Tanjung Emas Semarang turut terdampak aturan pemangkasan anggaran dari pusat. Dampak aturan itu, setiap ruangan mengurangi pemakaian AC untuk menghemat.
"Kalau sebelumnya semua ruangan AC-nya dihidupkan, mulai pertengahan bulan ini ruangan AC dimatikan. Jadi khusus ruangan operasional saja yang pakai AC, karena sedang ada penghematan," kata Koordinator Observasi dan Informasi Stasiun BMKG Maritim Tanjung Emas, Ganis Erutjahjo, Kamis (13/2).
Pemangkasan anggaran nantinya tidak akan mempengaruhi secara keseluruhan operasional kantornya dalam mengabarkan perubahan cuaca perairan kepada masyarakat pesisir Jawa, Laut Jawa bagian tengah maupun Karimunjawa. Sebab, proses perawatan peralatan automatic water station (AWS) yang ada di kantor tetap berjalan semestinya.
"Ada satu alat AWS di Pelabuhan Tanjung Emas dan satu alat AWS di kantor BMKG Maritim Tanjung Emas yang tetap diberi perawatan rutin tiap hari oleh petugas teknis," ungkapnya.
Kepala Stasiun BMKG Geofisika Banjarnegara Heri Susanto Wibowo mengatakan khusus untuk validasi pendeteksian kegempaan dan potensi tsunami, peralatan yang dimiliki selama ini memiliki akurasi sekitar 95 persen.
"Alat-alat deteksi gempa dan EWS yang kami miliki selama ini akurasinya sekitar 95 persen. Kami akan berusaha maksimal menyampaikan kabar kegempaan baik itu di daratan maupun laut sekitar 2 menit pascagetaran terjadi. Kami tetap mengoptimalkan kerja kerja pendeteksian kegempaan," kata Heri Susanto Wibowo.
Terkait adanya pemangkasan anggaran dari BMKG pusat tidak ada hambatan operasional. Namun, pihaknya belum menerima informasi lanjutan tentang beberapa revisi anggaran yang ada di kantornya.
"Kami belum dapat infonya berapa yang direvisi. Tetapi intinya tidak ada pengaruh apapun terhadap operasional BMKG Geofisika Banjarnegara. Monitoring kegempaan tetap kami lakukan setiap detik, menit dan per jam," ujarnya.
Sebelum ada pemangkasan anggaran, untungnya, pihaknya telah memasang empat alat deteksi gempa di Karimunjawa, Ambarawa, Sragen dan Purbalingga. Alat yang dipasang berupa seismograf dan EWS.
"Kami sudah pasang alat deteksi yang baru di tahun ini. Ada di Karimunjawa dan Ambarawa. Jadi aturan yang berlaku saat ini tidak berdampak terhadap operasional di lapangan," pungkas Heri.