Asal Mula Pembangunan Patung Bung Karno di Banyuasin Telan APBD Rp500 Juta Berakhir Tak Mirip
Secara kasat mata, Ardi Arpian menilai ada ketidakmiripan patung dengan aslinya sehingga menjadi sorotan publik.
Patung dikritik netizen karena lebih tembem dan alis seperti Shinchan
Asal Mula Pembangunan Patung Bung Karno di Banyuasin Telan APBD Rp500 Juta Berakhir Tak Mirip
Patung Bung Karno dibangun dengan tujuan menambah estetika Bung Karno Sport City (BKSC) di Banyuasin, Sumatera Selatan, malah dicemooh masyarakat karena tak mirip dengan aslinya. Pemborong pun terancam tidak menerima bayaran jika hasilnya tak optimal.
Patung itu berada di persimpangan jalan di depan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA di Pangkalan Balai, Banyuasin. BKSC nantinya menjadi pusat olahraga dengan bakal dibangunnya sejumlah venue, seperti sepakbola, bola voli, basket, futsal, dan menembak.
BKSC seyogyanya sudah bisa digunakan tahun ini. Namun, pembangunannya sempat terhenti beberapa tahun lalu karena pandemi Covid-19.
Keterbatasan dan pengalokasian anggaran untuk penanganan virus corona membuat target pembangunan tak tercapai.
Barulah tahun ini kembali dilanjutkan dengan anggaran Rp16 miliar. Pembangunan BKSC dipelopori Askolani saat menjabat Bupati Banyuasin. Dia ingin mendukung kegiatan olahraga dan meningkatkan prestasi dengan adanya fasilitas berstandar.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Banyuasin Ardi Arpian mengatakan, untuk menambah estetika BKSC dibangunlah patung Bung Karno di depan areal.
Patung Bung Karno dipilih karena berkesesuaian dengan nama gedung olahraga yang dibangun.
"Ya, sesuai namanya, Bung Karno Sport Center," ungkap Kepala Dinas PUTR Banyuasin Ardi Arpian, Minggu (24/9).
Ide pembangunan patung proklamator RI itu bersumber dari Pemkab Banyuasin tanpa menyebut nama yang bersangkutan. Ia tidak mempersoalkan pemilihan jenis patung yang dibangun karena menilai Bung Karno adalah tokoh bersejarah bagi Indonesia.
"Idenya dari Pemerintah Kabupaten Banyuasin,"
kata Kepala Dinas PUTR Banyuasin Ardi Arpian.
merdeka.com
Pada Januari 2023, Dinas PUTR Banyuasin melakukan lelang pembangunan patung Bung Karno. Berdasarkan LPSE setempat, proyek dengan nama paket pembangunan merk, patung Bung Karno dan aksesorisnya itu diikuti 12 peserta lelang dan CV ATTAKI asal Palembang menjadi pemenangnya.
Dinas PUTR menggelontorkan duit APBD 2023 sebesar Rp500 juta. Namun dari LPSE Banyuasin tertera HPS (harga pokok satuan) sebesar Rp498.700.000.
Disebutkan, CV ATTAKI mengajukan penawaran nilai proyek sebesar Rp495.729.565,47 dan hasil negosiasi sebesar Rp495.173.220.
"Kontraktor baru bekerja sebulan ini dan masa proyek sampai Desember 2023," kata Ardi Arpian.
Secara kasat mata, Ardi Arpian menilai ada ketidakmiripan patung dengan aslinya sehingga menjadi sorotan publik.
Meski demikan, ia meminta semua pihak bersabar karena proses pembangunan masih berlangsung.
Banyaknya kritikan dari publik membuat Dinas PUTR mengultimatum kontraktor agar melaksanakan proyek dengan hasil optimal. Pemborong terancam tidak menerima bayaran dari nilai proyek jika patung itu nantinya benar-benar tak mirip dengan Bung Karno.
Ancaman Ardi Arpian pun tak main-main. Ia menyarankan kontraktor agar melepaskan proyek itu sebelum merugi lebih banyak dan memakan waktu yang lama dalam pembuatannya namun hasilnya nanti tetap menjadi cemoohan masyarakat.
Dalam komunikasi, kontraktor memilih tetap melanjutkan proyek.
Pemborong mengklaim mempekerjakan pematung profesional dengan banyaknya karya mereka buat. Hal ini membuat kontraktor yakin proyek diselesaikan dengan baik.
Dinas PUTR Banyuasin mengakui patung Bung Karno yang dibuat saat ini jauh dari kata mirip. Ardi Arpian pun mempercayakan kontraktor untuk memperbaikinya meski tanpa harus dibongkar dan dibangun dari awal.
Ardi Arpian juga memberi saran agar kontraktor membuat patung itu secara proporsional. Sebab, patung dengan ketinggian 6 meter memerlukan perhitungan matang untuk menghasilkan karya indah.
Apalagi kontraktor mengaku menggunakan pematung profesional. Kontraktor mengklaim tukangnya sudah beberapa kali membuat patung, termasuk di wisata religi terkenal di Palembang, yakni Pulau Kemaro.
"Ya itu pengakuan. Bagi kami yang penting diperbaiki mana yang kurang pas, kalau tidak, tidak kami bayar," tegas Ardi Arpian.