Bangkit dari Putus Asa, Ini Kisah Nurlia yang Berjuang Atas Penyakitnya dengan Bantuan JKN-KIS
Kehadiran JKN-KIS dinilai sangat membantu masyarakat yang mengalami kendala finansial dalam mendapatkan layanan kesehatan.
Wanita di atas kursi roda itu tak mampu menahan tangisnya. Suaranya terputus-putus, menghentikan alur cerita sejenak. Dengan tangan kanan yang gemetar, ia menarik ujung hijabnya untuk menyeka air mata yang jatuh di sudut matanya. Suasana di ruangan berubah hening, dipenuhi keharuan. Dengan suara yang tersendat, wanita berbaju merah itu kembali berbicara, “Saya didiagnosa dokter mengidap tumor ganas.”
Wanita yang sedang mengisahkan pengalamannya itu adalah Daeng Nurlia. Pada Rabu, 23 Mei 2018, ia berbagi penggalan hidupnya di Istana Negara, karena diundang langsung oleh Presiden Joko Widodo. Nurlia, yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan, hadir sebagai salah satu penerima manfaat Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
-
Bagaimana Kiki Fatmala berjuang melawan kanker? Sebelumnya, diketahui Kiki Fatmala memang divonis mengidap kanker paru stadium 4 pada akhir 2021 silam. Sejak itu, ia menjalani serangkaian pengobatan sampai ke Singapore.
-
Bagaimana cara JKN membantu lansia? 'Jika tidak ada JKN ini, dapat dipastikan saya tidak akan bisa menjalani pengobatan, saya tidak memiliki biaya untuk membayarnya sendiri, apalagi saya menderita banyak penyakit yang mengharuskan saya rutin berobat, bahkan diantaranya saya juga menjalani rawat inap,' ungkap Widnyana.
-
Siapa yang dibantu JKN? Di atas dipan, lelaki tua itu duduk dengan mata bersinar dan senyum lebar yang menyingkap keriput di wajahnya.
-
Bagaimana Kiki Fatmala menjalani pengobatan kanker? 'Kiki kemonya 25 kali, tapi dari paru-paru menyebar ke otaknya. Dari otaknya enggak ada obat yang lain lagi,' ucap Christopher, suami Kiki Fatmala di RS Siloam, Jakarta Selatan, Jumat (1/12/2023).
-
Siapa yang mengetahui KDRT Nisya? Ketika ditanya apakah Raffi dan Amy Qonita mengetahui hal tersebut, Nisya mengiyakan.
-
Apa itu JKN? Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan telah menjadi salah satu kebijakan paling signifikan dalam sektor kesehatan di Indonesia.
Nurlia yang duduk di samping podium tempat Jokowi berdiri itu masih ingat betul awal dinyatakan mengidap tumor ganas di persendian kaki. Vonis itu keluar pada 2016. Tepatnya bulan Juni. “Pas Ramadan juga,” imbuh ibu empat anak tersebut.
Diagnosa itu bagai petir di siang bolong. Dia kaget. Sebelum menerima hasil pemeriksaan medis itu, Nurlia menduga gejala yang muncul hanya sakit biasa saja. Dia makin terperanjat setelah dokter menyarankannya menjalani operasi untuk pengangkatan tumor ganas tersebut.
Siapa saja tentu kalut menghadapi kenyataan itu. Bukan cuma soal penyakit, tapi juga harus memikirkan biaya perawatan. Begitu pula Nurlia, dia kala itu langsung menghitung-hitung biaya berobat yang besar. Belum lagi ongkos makan dan transportasi untuk wira-wiri ke rumah sakit.
“Saya orang susah, tidak punya,” tutur Nurlia dengan nada lirih.
Tapi apa boleh buat, penyakit harus sembuh. Nurlia menjalani operasi dan enam kali kemoterapi. Namun nyatanya, setelah cek lagi ke dokter tumor itu masih berdiam di sendi kakinya. “Bahkan lebih ganas,” kata dia.
Nurlia kembali menjalani operasi untuk mengangkat tumor ganas itu. Kali ini sampai empat kali. Dia kian drop karena memikirkan penyakit yang bandel itu. Nurlia sampai stres. “Operasi terus sampai sudah ada pikiran mau bunuh diri,” tutur Nurlia.
Tapi di tengah himpitan kesulitan itu, Nurlia bisa bernapas lega. Biaya pengobatannya ditanggung pemerintah. Dia terdaftar sebagai peserta Kartu Indonesia Sehat. KIS. Itulah yang membuatnya semangat kembali.
“Dengan adanya KIS ini saya bisa bangkit lagi mengingat anak-anak saya masih sekolah. Terimakasih kepada pemerintah dan negara,” kata Nurlia.
JKN-KIS: Penopang Kesehatan Masyarakat
JKN-KIS memang jadi bantalan kesehatan masyarakat. Program perlindungan kesehatan ini telah melalui perjalanan panjang. Program perlindungan kesehatan ini bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan yang bersifat wajib berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004.
Tujuh tahun berselang, pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pemerintah menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan. Berubahlah PT Askes menjadi BPJS Kesehatan.
Pada 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan resmi beroperasi. JKN jadi program utamanya. Keanggotaan program ini ditandai dengan kepemilikan KIS. Bagi peserta JKN-KIS yang tidak mampu, bisa menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari pemerintah. Bagi mereka yang mampu membayar, termasuk bukan penerima bantuan iuran jaminan kesehatan (Non PBI).
Para peserta BPJS Kesehatan mendapat banyak manfaat JKN-KIS ini. Mereka bisa mendapat layanan kesehatan tingkat pertama, semisal rawat inap intensif atau non-intensif. Peserta BPJS Kesehatan juga mendapatkan rujukan untuk perawatan lanjutan, baik seperti rawat jalan maupun rawat inap.
Penyelenggaraan JKN-KIS oleh BPJS Kesehatan ini membuat negara lain kagum. Simak saja pidato Jokowi saat groundbreaking kantor BPJS Kesehatan di Ibu Kota Nusantara pada 1 Maret 2024. Mantan Walikota Solo itu mengaku sempat ditanya oleh Barack Obama tentang JKN-KIS. Saat menjabat sebagai presiden Amerika Serikat, Obama merasa heran dengan JKN-KIS berjalan baik di Indonesia.
“Seingat saya dua-tiga kali, Presiden Obama menanyakan kepada saya, tapi tahun 2015 saat itu, jadi saya belum bisa cerita sebangga ini,” kata Jokowi.
Obama, tambah Jokowi, bertanya pada mengapa jaminan kesehatan di Indonesia bisa berjalan dengan baik, sedangkan jaminan kesehatan yang dijalankan oleh Amerika, Obamacare, tidak sebaik BPJS Kesehatan. Kala itu, Jokowi belum bisa membandingkan kedua program jaminan kesehatan tersebut.
“Tapi setelah sekian tahun saya ke lapangan, saya bisa melihat bahwa memang berbeda,” tambah Jokowi.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, perbedaan pertama adalah jaminan kesehatan Indonesia ada rujukan puskesmas. Sedangkan di Amerika tidak ada puskesmas, sehingga semua pasien langsung ke rumah sakit yang menjadikan semua beban ke rumah sakit.
“Di sini masih ditahan di puskesmas, baru kalau yang berat masuk ke rumah sakit,” tutur Jokowi.
Perbedaan ke dua, mengenai aging populasinya. Komposisi usia produktif di Indonesia terbanyak, sehingga beban dari BPJS Kesehatan menjadi lebih ringan dibandingkan di Amerika. “Saya banding-bandingin, oh ini. Dia enggak bisa jalan dan kita bisa berjalan dengan baik, karena dukungan-dukungan yang tadi saya sampaikan,” papar Jokowi.
Dari jumlah peserta, JKN-KIS juga jauh lebih besar dari Obamacare. Pada 2019, Jusuf Kalla yang kala itu masih menjabat sebagai wakil presiden bahkan menyebut BPJS Kesehatan merupakan asuransi kesehatan terbesar di dunia. Saat itu, jumlah anggota lebih dari 215 juta orang. Lebih besar dari Obamacare yang hanya mampu merekrut 25 juta anggota.
“Kita salah satu lembaga asuransi kesehatan mungkin yang terbesar di dunia dengan sekarang ini laporan BPJS sudah 215 juta anggotannya. Obama Care hanya 25 juta. Sudah dibubarin oleh Trump (Presiden AS)," ujar Jusuf Kalla, Kamis 17 Januari 2019.
Hingga 30 September 2024, jumlah peserta JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan tercatat 277.143.330 orang. Sementara, data Departemen Keuangan Amerika yang dikutip oleh The New York Times mencatat baru ada 50 juta warga di Negeri Paman Sam yang bergabung dengan Obamacare sejak 2014. Data itu dirilis pada awal September lalu.
Berbagai Tantangan yang Harus Dilalui
Meski demikian, menyediakan jaminan kesehatan rakyat tak semudah membalik telapak tangan. Tak langsung berjalan mulus dalam semalam. Semua butuh proses. Dalam pidato saat groundbreaking kantor BPJS Kesehatan di IKN itu, Jokowi masih ingat betul bagaimana awal sulit untuk melaksanakan program ini.
“Saya juga ingat awal-awal 2015, 2016, 2017, setiap saya cek ke rumah sakit pelayanan BPJS, keluhannya banyak sekali. Mengantrenya lama, komplainnya… saya ini kan ke lapangan saya, selalu saya kontrol, selalu saya cek, komplainnya masih banyak,” tutur Jokowi.
Tapi, imbuh Jokowi, saat melakukan pengecekan ke rumah sakit setelah tahun 2020, pelayanannya sudah membaik. Jokowi tak lagi menemukan antrean di pendaftaran. Perubahan pelayanan BPJS Kesehatan, menurut dia, sangat drastis. Semakin baik.
“Dan yang paling penting sudah tidak defisit. Pak Dirut sudah enggak ada. Iya, kita enggak rapat, karena memang enggak ada defisit. Kalau defisit, itu pasti Dirutnya pasti pengin rapat terus,” kata Jokowi.
Kehadiran negara lewat JKN-KIS memang dirasakan rakyat, semacam Nurlia yang membagikan kisahnya di Istana Negara pada 2018 itu. Kala itu, dia berharap masyarakat yang belum memperoleh KIS bisa mendapatkannya secepat mungkin.
“Supaya yang sependeritaan dengan saya bisa merasakan hal yang sama. Harapan kita semua tidak ada yang menginginkan sakit, justru ingin sehat. Saya ingin seperti semula, sembuh. Buat anak-anak saya agar mereka tidak sedih lagi melihat mamanya yang seperti ini,” tutur Nurlia, kala itu.
Setelah mendengar kisah haru para penerima manfaat JKN-KIS, Jokowi mengatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan tugas konstitusional yang harus dijalankan bersama. Rakyat di seluruh pelosok Tanah Air harus merasakan kehadiran negara, terutama dalam pelayanan kesehatan.
“Seperti yang sudah disampaikan ibu, betapa yang namanya sakit saat ini biayanya sangat tinggi. Sekali lagi kita berharap seluruh masyarakat sehat semuanya,” kata Jokowi.