Begini Cara Merawat Rambut yang Benar Agar Terhindar dari Kebotakan Menurut Dokter
Karena itu perlu perawatan untuk mencegah kebotakan
Kebotakan pada rambut bisa terjadi pada siap saja, terlebih pada pria saat memasuki usia 30-an tahun dan wanita di atas usia 30-40 tahun.
-
Apa saja yang perlu dilakukan untuk merawat kepala botak? Meskipun terlihat sederhana, kepala botak tetap memerlukan perawatan yang khusus. Untuk menjaga kesehatan kulit kepala tanpa rambut, berikut adalah beberapa tips perawatan yang dapat dilakukan secara rutin oleh pria dengan kepala botak.
-
Gimana cara supaya rambut tetep sehat? Pahami dan kelola stres Anda agar kesehatan rambut tetap terjaga.
-
Bagaimana cara mengatasi rambut rontok? Jika rambut rontok disebabkan oleh stres, mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, olahraga, dan tidur yang cukup dapat membantu. Selain itu, menjaga pola makan yang sehat dan berbicara dengan seorang profesional tentang masalah emosional bisa juga bermanfaat.
-
Bagaimana menjaga rambut tetap sehat alami? Zat-zat yang dibutuhkan untuk menjaga rambut tetap sehat alami terkandung dalam vitamin rambut Ellips yang mengandung Moroccan oil, Jojoba oil, Pro Vit B5, serta Vitamin A, C, dan E.
Dokter spesialis dermatologi lulusan Universitas Indonesia dr. Arlene Rainamira, SpDV menjelaskan risiko kebotakan rambut pada Wanita dan pria memang ada turunan secara genetik. Karena itu perlu perawatan untuk mencegah kebotakan.
"Kalau alopesia atau kebotakan itu pattern-nya khusus, pattern-nya bisa dimulai di depan, tengah, lama-lama semakin tipis (hingga botak secara keseluruhan)," kata Arlene, dilansir dari Antara, Jumat (26/7).
Meskipun mengalami kebotakan, Arlene menyarankan agar pasien tetap merawat rambut secara rutin untuk menghindari masalah kesehatan rambut yang lebih parah.
"Rutinnya masih tetap sama untuk kebotakan, pakai sampo yang dipijat di kulit kepala dan jangan digosok-gosok," kata Arlene.
Cara merawat rambut
Arlene menjelaskan cara merawat rambut yang benar agar terhindar dari masalah kesehatan rambut, mulai dari mengeramasi hingga memberikan produk khusus pada rambut.
Saat mengeramasi rambut, Arlene juga menyarankan untuk menggunakan air dingin atau suam-suam kuku. Penggunaan air yang terlalu panas dapat mengakibatkan terbukanya kutikula rambut, sehingga membuat rambut menjadi lebih mudah kusut, kering, hingga rontok.
Selanjutnya, gunakan conditioner di bagian batang rambut dan gunakan masker rambut sesuai kebutuhan. Jangan lupa untuk mengeringkan rambut dengan handuk selama kurang lebih lima menit tanpa memeras atau menggosoknya.
Jika ingin mengeringkan rambut dengan alat pengering rambut (hair dryer), atur agar level kepanasan berada di titik terendah untuk meminimalkan risiko kesehatan rambut. Selain itu, gunakan masker rambut jika diperlukan agar rambut dapat lebih terawat.
"Kalau rambut atau kulit kepalanya kering, gunakan masker rambut 1-2 kali seminggu. Kulit yang berminyak itu dua minggu sekali, kalau rambut yang diwarnai boleh gunakan seminggu sekali," kata Arlene.
Terakhir, sisir rambut dengan menyesuaikan jenis rambut dan sisir yang digunakan. Untuk rambut keriting, sisir rambut dalam keadaan basah dengan sisir berjarak agar rambut lebih mudah diatur dan disisir.
"(Untuk rambut lurus dan ikal), rambut yang kering atau agak lembap itu baru disisir pelan-pelan aja, jangan terlalu ditarik. Sisir rambut itu sebenarnya cukup saat sedang kusut atau habis keramas aja" kata Arlene.
Saat kondisi kebotakan pada rambut sudah parah, Arlene menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter agar diberikan pengobatan yang sesuai. Mulai dari pemberian obat hingga transplantasi rambut.
"Jika kebotakannya sudah ekstrim, memang harus dikonsultasikan ke dokter untuk diberikan pengobatan khusus alopesia tersebut," kata Arlene.
"Terapinya bisa dari obat, obat oles atau obat minum, low level light terapy, suplemen, micro needling, PRP, dan yang paling akhir adalah transplant," sambungnya.
Arlene menyebut masing-masing perawatan untuk mengatasi kebotakan memiliki risiko dan efek samping tertentu.
Misalnya, pemberian obat yang tidak cocok dengan kondisi kesehatan pasien dapat menimbulkan iritasi hingga kemerahan, atau transplantasi rambut yang dapat menimbulkan infeksi jika pasien tidak menjaga kebersihan diri dan area transplantasi rambut dengan baik.
Meski demikian, Arlene mengatakan risiko-risiko tersebut dapat dihindari selama pasien mematuhi saran yang diberikan dokter dan rutin memeriksakan diri ke dokter.
Hal ini dilakukan agar dokter dapat memantau efektivitas pengobatan untuk kebotakan yang telah dilakukan terhadap pasien.
"Biasanya ada tempat transplant, nanti akan dilihat lagi sebab kebotakannya," tutup Arlene.