Berimlek dengan Kue Keranjang
Merdeka.com - Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan kue keranjang. Di Yogyakarta salah satu produsen kue keranjang adalah Sulistyowati (77). Sulistyowati adalah generasi kedua kue keranjang bermerek Lampion yang berada di Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
Sulistyowati mengaku khusus membuat kue keranjang setiap kali menjelang peringatan Tahun Baru Imlek. Tahun 2023 ini, Sulistyowati membuat kue keranjang sejak tanggal 5 Januari hingga nanti mendekati Tahun Baru Imlek atau sekitar tanggal 21 Januari.
Kue keranjang bikinan Sulistyowati ini menggunakan resep asli dari ayahnya yang sejak tahun 1960-an membuat kue keranjang. Produksi kue keranjang ini kemudian diteruskan oleh Sulistyowati dan adiknya, Sianiwati (73).
-
Kenapa kue keranjang jadi makanan khas Imlek? Kue keranjang memiliki makna simbolis yang positif, seperti keberuntungan, kemakmuran, keabadian, dan harapan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
-
Siapa yang membuat Kue Keranjang di Purwakarta? Warga Gang Aster, Kecamatan Purwakarta kota, Kabupaten Purwakarta ini menceritakan jika saat ini dirinya masih setia memproduksi kue keranjang.
-
Kapan Kue Keranjang Imlek di Purwakarta mulai ramai? Di momen menjelang Imlek, pesanan kue keranjang mulai berdatangan.
-
Apa itu kue keranjang? Kue keranjang adalah kue khas Imlek yang terbuat dari tepung ketan, gula, dan air yang dikukus dalam cetakan bambu.
-
Bagaimana cara membuat Kue Keranjang di Purwakarta? 'Saya teruskan usaha mertua, karena saudara saya tak mau berkecimpung dalam usaha pembuatan kue ini,' terang Ci Pikong.
-
Apa makna simbolis dari kue keranjang? Kue Keranjang memiliki makna simbolis yang dalam dalam tradisi Tionghoa, dianggap sebagai simbol kemakmuran, keberuntungan, dan umur panjang.
Sulistyowati mengatakan dalam satu hari dirinya yang dibantu oleh enam orang pekerja, mengolah ratusan kilo gula dan tepung ketan menjadi kue keranjang. Sulistyowati menyebut perlu proses panjang untuk memproduksi kue keranjang.
"Masak bahannya sehari, pagi sampai malam. Besoknya baru dijemur. Kita bikinnya enggak hitungan bijian tapi kiloan. Sekilo dijual Rp46 ribu. Nanti tinggal ukurannya. Yang besar diameter 16 cm sekilo dapat satu. Yang ukuran sedang diameter 13 cm ya bisa dapat dua apa tiga buah sekilonya," kata Sulistyowati, Sabtu (14/1).
"Bahan kue keranjang itu beras ketan sama gula. Kita pakai gula pasir bukan gula Jawa. Bahannya kita pakai yang lokal semua. Saya beras ketannya pakai yang dalam yang bagus. Bagus lokal. Yang luar lebih murah tapi saya enggak mau pakai karena kualitas. Rasanya beda," sambung Sulistyowati.
Selain memakai resep asli dari orang tua, beberapa alat yang dipakai Sulistyowati untuk membuat kue keranjang seperti kompor pun masih sama seperti saat orang tuanya membuat kue keranjang.
"Saya masih pakai kompor minyak tanah. Dulu dibikin sama orang tua saya desainnya. Jadi agak beda dengan kompor lainnya. Pakai minyak tanah karena apinya lebih stabil daripada pakai gas. Butuh api yang stabil untuk mengolah bahan membuat kue keranjang," tutur Sulistyowati.
Sulistyowati menerangkan pembelian kue keranjang saat ini masih jauh dibandingkan permintaan saat sebelum pandemi Covid-19 lalu. Sulistyowati menerangkan jika biasanya dirinya mempekerjakan 10 orang untuk membantu, tahun ini hanya memakai enam pekerja saja.
Jika sebelum pandemi, dirinya bisa memproduksi hingga mencapai dua ton kue keranjang. Sementara tahun ini dirinya memprediksi hanya bisa membuat satu ton kue keranjang saja.
"Ada penurunan. Belum seperti saat sebelum Covid-19 lalu. Mungkin karena faktor ekonomi belum membaik ya. Tapi sudah bersyukur karena saat pandemi dulu saya sempat tutup satu tahun di 2020. Ya karena takut penularan Covid-19 saat itu, makanya saya gak buat," ucap Sulistyowati.
Baginya, kue keranjang ini seperti ketupat saat perayaan Idul Fitri, harus ada dalam perayaan Imlek. Sehingga dirinya pun terus memproduksi kue keranjang sejak masih membantu orang tuanya di tahun 60-an hingga saat ini. Dirinya berharap agar usaha yang dirintis orangtuanya ini nantinya bisa diturunkan pada anaknya.
"Saya sudah sejak lama bikin kue keranjang. Dari bantu-bantu bapak sampai sekarang membikin sendiri sama adik. Saya berharap nanti usaha ini bisa diturunkan pada anak-anak saya. Semoga mereka mau meneruskan," ungkap Sulistyowati.
Sulistyowati menceritakan dirinya sudah banyak makan asam garam tentang pembuatan kue keranjang. Termasuk saat Orde Baru di mana perayaan Imlek dilarang dirayakan secara besar-besaran.
"Dulu zaman Orde Baru ya tetap produksi meski perayaan Imlek tidak boleh seperti sekarang ini. Dulu yang beli ya ada tapi cuma untuk sembayang di rumah saja. Kalau sekarang ada yang beli untuk sembayang ada juga yang dibagikan pada sanak saudara," tutur Sulisyowati.
Sulistyowati menambahkan jika kue keranjang yang dibuatnya ini lebih banyak untuk melayani pesanan pembeli. Pembeli biasanya sudah memesan sejak 20 hari sebelum perayaan Tahun Baru Imlek.
"Ya pesanan dari pelanggan. Ada yang dari 20 hari sebelum Imlek. Tapi paling banyak pesan seminggu sebelum Imlek. Pesanan dari Yogya, Jawa Tengah sampai Lampung," tutup Sulistyowati.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kuliner Imlek, baik yang hasil akulturasi maupun yang autentik, selalu membawa makna simbolis dan filosofis, seperti kue keranjang, kue lapis legit dan lainnya.
Baca SelengkapnyaSelain sebagai santapan, kue keranjang juga memiliki makna simbolis yang positif, seperti keberuntungan, kemakmuran, keabadian, dan harapan.
Baca SelengkapnyaKepopuleran kue ini di masa lalu tidak lepas dari wilayah kekuasaan pada masa puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7.
Baca SelengkapnyaPesanan kue keranjang terus meningkat jelang Imlek. Apa sih makna di balik rasa manisnya?
Baca SelengkapnyaKonon, siapapun yang menyantap Kue Sengkulun maka hubungan antar sesama orang akan semakin erat.
Baca SelengkapnyaTradisi syawalan di Pulau Jawa telah berlangsung lintas generasi.
Baca SelengkapnyaNama kue keranjang, atau Nian Gao, memiliki kisah sendiri yang menarik. Konon, kue ini dinamai setelah monster pemakan manusia bernama Nian.
Baca SelengkapnyaSehari 500 kilogram kue kering ludes terjual. Adapun omzet yang didapat bisa mencapai Rp10 juta per hari.
Baca SelengkapnyaKue keranjang atau Nian Gao adalah kue tradisional yang sering disajikan dalam perayaan Tahun Baru Imlek di berbagai budaya Tionghoa.
Baca SelengkapnyaNuansa Imlek sudah terasa di area Pasar Lama Kota Tangerang. Pernak pernik sampai kuliner khas peranakan tersaji lengkap di sini.
Baca SelengkapnyaMenjelang perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 10 februari mendatang, permintaan kue keranjang meningkat hingga 20 persen.
Baca SelengkapnyaKabarnya, saat itu ibu-ibu menyajikan kue kembang goyang untuk menghibur para tamu Belanda yang singgah.
Baca Selengkapnya