Cegah manusia gerobak, Jokowi harus gandeng pemerintah daerah
Merdeka.com - Setiap jelang Lebaran, DKI Jakarta mengalami fenomena sosial membanjirnya 'manusia gerobak'. Mereka adalah tunawisma atau pemulung yang nomaden keliling kota, dan sehari-hari tidur di gerobaknya.
Selain memulung, tak sedikit dari mereka juga meminta-minta pada pengguna jalan. Sebagian lagi bekerja serabutan, sebab awalnya mereka adalah korban penggusuran.
Menghadapi situasi tersebut, Suku Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI menerjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC). Pergerakan manusia gerobak dipantau, dan akan dibina jika mulai membahayakan diri sendiri atau pengguna jalan. Skema penanganan ini sama seperti penangan gelandangan lainnya.
-
Bagaimana manusia gerobak mencari nafkah? Mereka berkamuflase menjadi manusia silver, manusia kostum atau badut Tak jarang membawa keluarga dengan gerobak atau manusia gerobak, pengemis, pengamen hingga pak ogah
-
Apa yang didapatkan gelandangan itu? Lebih lanjut, pejalan kaki tersebut menerangkan jika hal itu merupakan rezeki dari Sang Pencipta. 'Karena kejujuranmu, kamu minta 1 dollar, tapi Allah akan beri kamu lebih banyak. Karena Dia penciptamu, tahu yang kamu butuhkan,' katanya.
-
Bagaimana gelandangan di Amerika Serikat 'menyulap' toilet umum? Pemilik akun TikTok street.hunter6 membagikan video bagaimana toilet umum yang seharusnya menjadi fasilitas publik 'disulap' menjadi tempat tinggal mereka. Tidak hanya satu, ada beberapa bilik yang sudah disulap oleh para gelandangan tersebut.
-
Siapa yang membersihkan toilet umum yang dihuni gelandangan? 'Cleanup operation targets homeless encampments in Venice Beach restrooms
-
Siapa pemulung di Palembang yang punya saudara kaya? Seorang pemulung asal Palembang harus hidup di jalan padahal memiliki keluarga yang kaya raya.
-
Dimana saja pemudik motor terlihat ramai? Mudik motor masih jadi primadona Jutaan pemudik dengan motor menyemut selama musim mudik 2023. Memadati ruas-ruas jalan demi bertemu keluarga di kampung halaman.
Peneliti Lembaga Studi Urban Khoirul Anwar menilai, kebijakan TRC hanyalah obat sementara. Akar masalah kemunculan manusia gerobak, pengemis, dan lain sebagainya, ada pada minimnya sarana, pembangunan, serta kualitas SDM di daerah asal mereka.
"Muncul fenomena itu karena ekologi kota, intinya kegiatan kota jadi magnet. Persoalannya, ketimpangan kota dengan daerah asal mereka terlalu tinggi," ujarnya kepada merdeka.com saat dihubungi, Sabtu (27/7).
Gelombang pemulung dan peminta-minta adalah fenomena laten perkotaan. Namun, bukan berarti mereka menganggap kota adalah segalanya. Bahkan, sebetulnya, banyak dari manusia gerobak yang memanfaatkan Jakarta murni sebagai tempat mencari nafkah.
Sementara, mereka tetap mengidentifikasi identitas dan tempat tinggal di daerah asal mereka, yang bisa jadi di Jawa Tengah atau sisi utara Jawa Barat.
"Kebijakan paling penting, mencegah mereka keluar dari daerahnya dulu. Jika di daerah asalnya mereka maju dan sejahtera, iming-iming uang kota besar tidak akan menarik lagi kok," kata Khoirul.
Karena itu, pengembangan komunitas di daerah miskin yang warganya berpotensi hijrah ke Jakarta atau kota-kota besar lain perlu dilakukan. Kebijakan itu disesuaikan dengan karakter daerah asal, apakah mendorong pertanian atau ekonomi maritim.
"Jadi community development itu enggak usah aneh-aneh. Misal mereka awalnya petani apa, ya didukung. Jangan kebijakan pengembangan SDM malah mendorong mereka mengerjakan hal baru," paparnya.
Dan peningkatan kualitas hidup para migran di kampung halamannya ini merupakan kerja bersama lintas pihak, termasuk pemerintah pusat dan lembaga swadaya.
Sementara, di sisi Pemprov DKI, Gubernur Joko Widodo disarankan Khoirul secara sistematis mengelola area potensi kumuh. Untuk kasus Jakarta, dia menilai kebijakan populis, seperti mempermudah pembuatan KTP, jangan dikedepankan karena akan menambah beban metropolis.
Jakarta harus berbagi pendatang dengan kawasan hinterland seperti Depok, Bekasi, atau Tangerang.
"Jakarta itu kasus ekstrem, kebijakannya juga harus ekstrem karena manusia gerobak atau apapun enggak musiman, selalu ada selama ekologi kotanya masih menarik pendatang. Minimal memang harus dicegah punya KTP," tandasnya.
Jumlah manusia gerobak jelang Lebaran bervariasi. Data Dinas Sosial DKI sepanjang 2009, menunjukkan secara kasar jumlah mereka mencapai 2.500-an. Konsentrasi utama orang-orang yang berumah di gerobak itu adalah Kawasan Tanah Abang, Senen, dan Kebayoran Lama. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kata Jokowi Jakarta telah memiliki sejumlah transportasi massal tapi masih aja macet
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengakui kemacetan lalu lintas kini merata di semua kota
Baca SelengkapnyaWali Kota Bogor, Bima Arya turun langsung ke jalan untuk tertibkan PKL yang berjualan di jalan dan angkot ngetem sembarangan yang sebabkan kemacetan.
Baca SelengkapnyaDari tangan para preman, polisi turut mengamankan barang bukti uang tunai sebanyak Rp580 ribu
Baca SelengkapnyaJumlah kendaraan di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaGolkar bilang keberadaan juru parkir tetap dibutuhkan.
Baca SelengkapnyaDalam getaran megapolitan, keyakinan tersebar bahwa uang bukan barang langka, begitulah bukti adanya para polisi cepek di Ibu Kota. Simak selengkapnya disini!
Baca SelengkapnyaCara pungli dilakukan dengan mengutip langsung kepada para pedagang lebih dari tiga kali dan dilakukan orang berbeda pada pukul 03.00 hin
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo mengajak semua pihak untuk menanam pohon sebanyak-banyaknya, serta melakukan rehabilitasi hutan. Khususnya di Jakarta.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengingatkan jangan sampai Indonesia mengalami hal tersebut.
Baca SelengkapnyaAksi yang dilakukan oleh para awak angkutan dilakukan karena sejumlah persoalan yang terjadi di lapangan.
Baca SelengkapnyaKemunculan 'pocong' di Jalan Margonda Raya membuat resah warga Depok.
Baca Selengkapnya