Dalami Kematian, Polisi Minta Izin Keluarga untuk Autopsi Aktivis Walhi di Medan
Merdeka.com - Kematian aktivis Wahana Lingkungan (Walhi), Golfried Siregar (30) di Medan, Sumatera Utara pada Minggu 6 Oktober 2019, mengundang tanda tanya. Kepolisian memutuskan menyelidiki lebih mendalam kasus tersebut.
"Pemeriksaan di TKP, polisi berupaya minta izin ke keluarga untuk autopsi," tutur Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Asep Adi Saputra, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (7/10).
Menurut Asep, awalnya memang Golfried diduga tewas lantaran kecelakaan semata. Namun belakangan, timbul kecurigaan lain.
-
Bagaimana kondisi kepala korban saat ditemukan? Kondisi korban sudah terbujur kaku. Di kepalanya tertancap kayu.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Apa yang terjadi pada korban? Korban pun akan terpanggang di dalamnya. Sebagai bagian dari desain hukuman yang kejam, saat perunggu yang panas membakar korban dan membuatnya berteriak.
-
Siapa yang terluka dalam eksekusi tersebut? Seorang anggota Polri terluka dalam peristiwa itu.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Siapa yang ditemukan tewas dengan kepala tertancap kayu? Korban siswi SMP, jenazahnya ditemukan dalam keadaan terbaring dengan kepala bersimbah darah.
"Peristiwa harus didalami, meski ada dugaan awal kecelakaan, barang bawaan yang bersangkutan hilang, seperti laptop dan handphone. Ini akan terus dikembangkan apa yang menyebabkan yang bersangkutan meninggal," jelas Asep.
Kematian seorang aktivis lingkungan hidup di Medan, Golfried Siregar, mengundang kecurigaan. Polisi menyelidiki ulang kasus yang awalnya disebut sebagai kecelakaan lalu lintas itu.
Golfried meninggal dunia RSUP H Adam Malik Medan, Minggu 6 Oktober 2019 sekitar pukul 15.20 WIB. Advokat lingkungan hidup pada Walhi Sumut ini dirawat di sana sejak Kamis 3 Oktober 2019.
Sebelum diantar ke rumah sakit, istri Golfried tidak bisa menghubungi suaminya sejak Rabu 2 Oktober 2019 sekitar pukul 17.00 Wib. Terakhir laki-laki itu mengatakan pergi untuk bertemu seseorang di kawasan Mariendal.
Sehari kemudian, Kamis 3 Oktober 2019 dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, Golfried ditemukan tidak sadarkan diri di Fly Over Simpang Pos. Pengemudi becak yang menemukan lantas membawanya ke RS Mitra Sejati, sebelum dirujuk ke RSUP H Adam Malik.
"Kita dapat kabar Jumat jam 11.00 Wib. Kita dikabari teman-teman bahwa dia sudah berada di rumah sakit. Kita tahunya sudah di RS Adam Malik dalam kondisi kritis," kata Direktur Walhi Sumut, Dana Tarigan, Senin (7/10/2019).
Golfried mengalami luka serius di bagian kepala. Tempurung kepalanya dikabarkan hancur. Dia menjalani operasi pada Jumat 4 Oktober 2019. Setelah sekitar 3 hari mendapatkan penanganan, akhirnya dia mengembuskan napas terakhir.
Pihak kepolisian sejauh ini menyatakan Golfried menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Namun keluarga dan Walhi Sumut menemukan banyak kejanggalan. Luka serius di bagian kepalanya seperti bekas pukulan benda tumpul. Bagian di sekitar salah satu matanya lebam. Selain bagian kepala, bagian tubuh lainnya tidak mengalami luka seperti layaknya korban kecelakaan lalu lintas.
"Kan lukanya itu kasat mata tidak mungkin kecelakaan, karena badan tidak ada lecet dan kepala seperti kena pukul benda tumpul, hancur tempurung kepala dan itu yang dioperasi. Habis itu dia kritis sampai akhirnya dia meninggal dunia," lanjut Dana.
Sepeda motor Golfried pun hanya mengalami kerusakan kecil. Sementara barang-barang miliknya, seperti tas, laptop, dompet dan cincin, hilang.
Di pakaiannya juga ditemukan jejak tanah, sedangkan di Fly Over Simpang Pos tidak ada tanah sama sekali. Bercak darah pun tidak ada di lokasi penemuan.
Walhi Sumut menduga Golfried telah menjadi korban kekerasan atau pembunuhan, karena dia selama ini aktif sebagai pembela hak asasi manusia khususnya pada isu lingkungan, melalui Walhi Sumut.
"Golfried jadi kuasa hukum Walhi sejak 2016 dan sampai hari ini dia masih kuasa hukum Walhi terkait kasus yang ditangani Walhi," ungkap Dana.
Saat ini jenazah Golfrid sudah dibawa ke kampung halamannya di Tiga Dolok, Dolok Panribuan, Simalungun. "Informasi dari keluarga, jenazah sudah dibawa ke kampung di Tiga Dolok. Rencananya akan dimakamkan hari Selasa 8 Oktober 2019," tuturnya.
Walhi Sumut mendesak dan mendorong polisi untuk mengusut tuntas penyebab kejadian ini. "Kita ingin ini diungkap secepatnya, terang benderang dan transparan oleh kepolisian. Karena ini bukan sesuatu yang sulit untuk mengungkapnya. Apakah perampokan, atau dia memang sengaja dicelakai oleh orang lain. Itu yang harus diungkap oleh kepolisian," ucap Dana.
Sementara Polrestabes Medan mengambil alih kasus ini. Mereka menurunkan tim untuk menemui keluarga guna mengotopsi jasad Golfrid.
Kasat Reskrim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto mengatakan, pihaknya diperintahkan untuk menyelidiki ulang kasus itu. Untuk melakukan penyelidikan, mereka sudah berkoordinasi dengan Polsek Deli Tua karena LP lakalantas awalnya dari sana.
"Terus perintah dari pimpinan, kami coba tangani kembali, lidik kembali, kita buatkan nanti laporan polisi model A, bukan laka lantas. Kami mencoba buatkan surat pengantar dan meminta pihak keluarga korban untuk jenazah ini dilakukan autopsi untuk mengetahui sebab-sebab kematian," tegasnya.
Reporter: Nanda Perdana Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
A divonis mengalami mati batang otak karena tidak sadarkan diri usai operasi amandel
Baca SelengkapnyaSeorang bocah meninggal dunia diduga korban malapraktik usai menjalani operasi amandel di Rumah Sakit Kartika Husada, Jatiasih, Kota Bekasi
Baca SelengkapnyaBerikut informasi berita duka dari Polres Boyolali, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaKorban dinyatakan meninggal dunia, akibat kehabisan darah karena luka sobek pada kepala bagian belakang dan dahi.
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal, A didiagnosis mengalami mati batang otak.
Baca Selengkapnya