Alat ini Dipakai Buat Hukuman Mati, Korbannya Bisa Mengeluarkan Suara Banteng
Alat ini digunakan pada zaman Yunani kuno. Memberi hukuman mati kepada seseorang.
Alat ini digunakan pada zaman Yunani kuno. Memberi hukuman mati kepada seseorang.
Alat ini Dipakai Buat Hukuman Mati, Korbannya Bisa Mengeluarkan Suara Banteng
-
Bagaimana suara peluit kematian Aztec? Peluit kematian suku Aztec biasanya berbentuk tengkorak yang dirancang untuk menghasilkan suara melengking dan menusuk mirip dengan teriakan yang dihasilkan dari benturan arus udara yang berbeda.
-
Apa benda yang digunakan sebagai barbel di Yunani kuno? Museum Sejarah Olimpiade Purbakala di Olympia, Yunani memamerkan sebuah batu besar yang berasal dari abad ke-6 SM seberat 143,5 kilogram dengan julukan Batu Bybon. Batu Bybon merupakan balok batupasir merah yang pada masa Yunani Kuno digunakan sebagai objek olahraga angkat beban.
-
Bagaimana cara manusia Zaman Batu membunuh berang-berang? Penelitian terhadap tengkorak berang-berang menunjukkan pemburu membunuh mereka dengan pukulan di kepala, mungkin untuk menghindari kerusakan bulunya agar tetap dapat digunakan.
-
Kenapa tato di Yunani Kuno digunakan untuk hukuman? Dalam masyarakat Yunani kuno, tato dianggap hal negatif. Pada zaman itu, tato dijadikan bertujuan untuk menghukum dan mengidentifikasi penjahat dan orang buangan.
-
Bagaimana cara membunuh tumbal di Zaman Batu? Leher perempuan ini diikat ke kaki yang ditekuk di belakang punggung. Sehingga mereka dapat mencekik diri mereka sendiri.
-
Apa nama alat komunikasi militer Yunani Kuno? Pada tahun 350 SM, seorang ahli militer bernama Aeneas, menemukan cara baru untuk memanfaatkan air, dan berbagai alat sederhana sebagai media untuk berkomunikasi anggota militer pada saat itu. Alat tersebut bernama telegraf Hidrolik Aneas. Penggunaan alat ini cukup mudah, namun sangat efektif dalam proses komunikasi.
Hukuman mati merupakan sebuah praktik yang memiliki banyak variasi jenis, terutama di masa lalu.
Dalam sebuah bentuk hukuman mati yang disebut sebagai salah satu “cara mati terburuk”, seseorang yang dihukum mati bisa mengeluarkan suara banteng setelah dipanggang secara hidup-hidup.
Mengutip UNILAD dan Ancient Origins, Selasa (14/5), metode hukuman mati ini dikenal dengan nama banteng perunggu/brazen bull atau banteng Sisilia.
Metode hukuman mati ini digunakan oleh seorang pemimpin kejam bernama Phalaris, yang pada tahun 570—554 sebelum Masehi (SM) memimpin koloni Yunani di Akragas (sekarang Agrigento), Sisilia, Italia.
Alat penyiksaan banteng perunggu tersebut dibuat oleh pematung yang dipekerjakan Phalaris, yaitu Perilaus.
Benda perunggu berbentuk banteng ini dibuat Perilaus dengan bagian dalam yang kosong. Terdapat pintu di sisi tubuh banteng yang digunakan untuk memasukkan orang yang akan dihukum ke dalamnya.
Setelah korban dimasukkan ke dalam banteng perunggu, api akan dinyalakan di bawah perutnya. Banteng perunggu kemudian akan menjadi panas sehingga membuat objek tersebut menjadi semacam oven. Korban pun akan terpanggang di dalamnya.
Sebagai bagian dari desain hukuman yang kejam, saat perunggu yang panas membakar korban dan membuatnya berteriak.
Kemudian, suara teriakan korban akan disalurkan ke dalam “pipa-pipa kecil yang berbunyi di lubang hidung” banteng sehingga menghasilkan suara keras yang keluar dari banteng perunggu.
Suara itu pun bisa didengar oleh orang yang menyaksikan hukuman mati.
Orang yang dipanggang di dalam banteng perunggu tidak bisa menjadi tidak sadar diri dengan cepat karena ia tidak dapat menghirup asap pembakaran.
Michele Boyd, seorang ahli neurobiologi, menjelaskan bahwa orang yang berada di dalam banteng perunggu akan mengalami serangan panik sebelum akhirnya terbakar hingga tewas.
“Anda akan mengalami respons stres yang akut, detak jantung anda akan meningkat. Anda akan bernapas dengan lebih cepat,” jelas Boyd. “Pada dasarnya, Anda akan mulai panik begitu banteng mulai memanas.”
Sebagai bagian dari uji coba perangkat penyiksaan tersebut, Phalaris menyuruh Perilaus untuk masuk ke dalam dan berteriak untuk meniru suara korban yang terpanggang.
Namun, uji coba tersebut menjadi sebuah kenyataan mengerikan setelah Phalaris benar-benar mengunci banteng dan menghidupkan api sungguhan di bawah sang banteng ketika Perilaus masih berada di dalam.
Ketika hampir mati, Phalaris dikisahkan menyuruh agar Perilaus dikeluarkan dari banteng perunggu tersebut dan dilempar dari tebing.
Kekuasaan Phalaris berakhir ketika ia digulingkan oleh pemimpin baru bernama Telemachus pada 554 SM. Phalaris pun dikisahkan dibunuh melalui banteng perunggu tersebut.