Ilmuwan Temukan Artefak Paling Menakutkan Suku Aztec, Bisa Pengaruhi Otak dan Teror Mental Manusia
Artefak itu awalnya diduga untuk mengintimidasi musuh di saat pertempuran.
Sebuah studi terbaru mengungkap salah satu artefak peninggalan suku Aztec yang paling mengerikan yang disebut peluit kematian.
Peluit kematian ini terbuat dari tanah liat yang menyerupai tengkorak manusia dan menghasilkan suara seperti jeritan yang membuat pendengarnya tidak hanya takut tapi juga memengaruhi kemampuan otak manusia.
-
Bagaimana artefak ini membantu memahami budaya Aztec? Penemuan ini memberikan wawasan yang lebih dalam tentang praktik keagamaan dan budaya Aztec, serta hubungan mereka dengan budaya Mezcala.
-
Apa yang ditemukan di altar kuno Bangsa Aztec? Para arkeolog menghabiskan waktu tiga bulan untuk menyelidiki situs tersebut sebelum dipublikasikan oleh Institut Nasional Antropologi dan Sejarah Meksiko (INAH) baru-baru ini. Ritual Para penghuni bekas rumah ini melakukan ritual pada abad ke-16, mungkin antara tahun 1521 dan 1610 M, untuk menyaksikan bahwa ini adalah akhir dari siklus kehidupan dan peradaban mereka. Di sela-sela nyanyian dan bau kopal, warga mengadakan sesajian di halaman yang terdiri dari berbagai elemen, antara lain periuk berisi sisa tulang (abu manusia) dan 13 pembakar dupa warna-warni sepanjang sekitar satu meter yang digunakan untuk membakar damar.
-
Kenapa patung Mezcala penting bagi Aztec? Menurut arkeolog, patung-patung Mezcala ini memiliki nilai simbolis dan ritualistik bagi orang Aztec. Beberapa patung memiliki usia lebih dari 1.000 tahun, menjadikannya artefak bersejarah yang luar biasa.
-
Mengapa para ilmuwan tertarik dengan artefak? Dikutip dari Arkeonews, Selasa (23/7), monumen yang berasal dari seorang pematung kuno ini menarik perhatian para ilmuwan dari Astana dan rekan-rekannya di luar negeri.
-
Mengapa artefak tersebut penting? 'Artefak ini adalah karya unik Bogazkoy. Untuk pertama kalinya, kita dihadapkan pada sebuah karya yang dihias dengan pemandangan yang dibuat dengan begitu rumit dan indah.
Studi ini menyelidiki efek dari suara-suara yang dihasilkan dari peluit kematian pada pendengar modern untuk menemukan efek dari pendengarnya.
Ditemukan dekat korban pemakaman
Peluit kematian suku Aztec biasanya berbentuk tengkorak yang dirancang untuk menghasilkan suara melengking dan menusuk mirip dengan teriakan yang dihasilkan dari benturan arus udara yang berbeda. Peluit ini diperkirakan digunakan untuk mengintimidasi musuh selama pertempuran.
Dilansir Arkeonews, peluit ini banyak ditemukan di makam-makam yang berasal dari tahun 1250 hingga 1521 M dan sering ditemukan di samping kerangka pengorbanan sehingga muncul dugaan bawa peluit ini mungkin juga memiliki fungsi seremonial.
Menurut beberapa ahli, peluit kematian dirancang menyerupai hembusan angin Mictlan, yang diyakini alam baka Aztec menerima upeti pengorbanan.
Sementara itu, sebagian orang percaya bunyi peluit ini dimaksudkan untuk melambangkan Dewa Angin Aztec, Ehecatl yang membentuk manusia dari sisa-sisa orang mati.
Suara yang memicu imajinasi mengerikan
Untuk pertama kalinya, para peneliti menyelidiki efek suara ini pada otak relawan Eropa modern dengan melakukan uji psikoakustik. Mereka melakukan dua percobaan terpisah dengan sampel peserta yang berbeda-beda.
Mereka merekam reaksi saraf dan psikologis para relawan saat mendengar jeritan kematian dan mengungkap otak menganggap suara peluit ini sebagai sesuatu yang alami dan buatan sehingga menciptakan perasaan ambigu yang menarik perhatian mental.
Reaksi ini melibatkan pendengaran tingkat rendah dan sistem kognitif tingkat tinggi yang memperkuat dampak emosional dari suara. Dengan kata lain, ambiguitas mengerikan dari peluit mematikan ini tampaknya memicu imajinasi saat otak mencoba menguraikan makna simbolis suara tersebut.
Para peneliti kemudian menyimpulkan peluit ini digunakan dalam konteks ritual terutama pengorbanan dan upacara yang berkaitan dengan orang mati.
Suara yang dihasilkan ini kemungkinan dimaksudkan untuk menimbulkan rasa takut di kalangan korban pengorbanan atau untuk menimbulkan kekaguman di kalangan mereka yang menghadiri ritual.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti