Teknologi Ini Bantu Arkeolog Temukan Sebab Kematian Mumi Wanita Mesir Kuno yang Mulutnya Terbuka Mengerikan
Mumi ini dikenal sebagai Wanita Menjerit. Kematiannya misterius. Arkeolog pun ramai memperdebatkan sebab kematiannya.
Wajah mumi Mesir kuno yang dikenal sebagai Wanita Menjerit telah lama membingungkan para peneliti. Wajahnya, yang membeku mulutnya menganga seperti menjerit, menandakan kematian yang begitu menyiksa hingga otot-ototnya terkunci di tempatnya.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh ahli radiologi Sahar Saleem dari Universitas Kairo dan antropolog Samia El-Merghani dari Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir telah memberikan pencerahan baru mengenai teka-teki ini.
-
Bagaimana peneliti tahu mumi menjerit? Ilmuwan kini memiliki penjelasan mengapa perempuan itu tampak menjerit setelah menggunakan pemindaian CT untuk melakukan 'bedah virtual'.
-
Apa penyebab kematian Mumi perempuan tersebut? Para peneliti menyimpulkan bahwa kepala bayi yang terperangkap di saluran lahir karena presentasi sungsang janin selama kelahiran adalah penyebab kematian gadis remaja tersebut.
-
Mengapa mumi gadis Mesir Kuno meninggal? 'Penyebab kematian adalah terperangkapnya kepala bayi di saluran lahir karena presentasi sungsang janin selama persalinan,' tulis para peneliti.
-
Apa yang ditemukan di dalam mumi gadis Mesir Kuno? Studi baru menggunakan pemindaian tomografi terkomputasi (CT) untuk menentukan penyebab kematian. Pemindaian menunjukkan adanya fetus kedua di dalam rongga dada perempuan tersebut, menandakan kehamilan kembar.
-
Apa yang ditemukan di mulut mumi Mesir? Pada zaman Romawi, lidah emas dimasukkan ke dalam mulut beberapa mumi dengan keyakinan bahwa benda berharga tersebut akan membantu orang yang meninggal di akhirat.
-
Dimana mumi gadis Mesir Kuno ditemukan? Remaja ini, yang diduga berusia 14 hingga 17 tahun saat meninggal, ditemukan pertama kali di pemakaman El Bagawat di Kharga Oasis, Mesir pada tahun 1908.
Mengutip IndiaToday, Sabtu (3/8), penelitian ini dipublikasikan di Frontiers in Medicine menawarkan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana momen terakhir Screaming Woman dilestarikan selama ribuan tahun. Wanita Berteriak, dimakamkan lebih dari tiga milenium lalu di makam Semnut, arsitek kerajaan dinasti ke-18 Ratu Hatshepsut. Ditemukan pada tahun 1935.
Penguburannya yang mewah termasuk peti mati kayu, cincin perak dan emas dengan ukiran jasper scarab, dan wig yang dikepang, menunjukkan bahwa mumifikasinya dilakukan dengan hati-hati dan bahan yang mahal. Bertentangan dengan kepercayaan sebelumnya yang mengaitkan ekspresi suramnya dengan mumifikasi yang buruk, studi baru ini menunjukkan sebaliknya.
“Dia dibalsem dengan bahan pembalseman impor yang mahal. Hal ini dan penampilan mumi yang terpelihara dengan baik, bertentangan dengan kepercayaan tradisional bahwa kegagalan untuk mengeluarkan organ dalam berarti mumifikasi yang buruk,” kata dia.
Dengan menggunakan teknik pencitraan canggih, termasuk CT scan, pemindaian mikroskop elektron, spektroskopi inframerah transformasi Fourier, dan analisis difraksi sinar-X, para peneliti melakukan pemeriksaan rinci terhadap jenazahnya. Mereka menemukan bahwa wanita tersebut tingginya hanya sekitar 1,5 meter, meninggal sekitar usia 48 tahun, dan menderita radang sendi.
Hebatnya, otak, diafragma, jantung, paru-paru, hati, limpa, ginjal, dan ususnya semuanya utuh, suatu hal yang jarang terjadi dalam praktik mumifikasi Mesir kuno. Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa tubuhnya diberi bahan juniper dan kemenyan, yang masing-masing diimpor dari Afrika dan Arab.
Rambut aslinya diwarnai dengan juniper dan henna, dan wignya diberi kristal kuarsa, magnetit, dan albite untuk mengeraskan serat dan mewarnainya menjadi hitam. Temuan ini menunjukkan bahwa mulut Wanita yang Menjerit itu tidak terbuka karena kelalaiannya.
Sebaliknya, para peneliti berpendapat bahwa dia mengalami kejang kadaver, suatu kondisi langka di mana otot-otot terkunci pada saat kematian, sering kali disebabkan oleh rasa sakit atau tekanan yang luar biasa.
“Ekspresi wajah mumi yang berteriak dalam penelitian ini dapat dibaca sebagai kejang kadaver, yang menyiratkan bahwa wanita tersebut meninggal sambil berteriak karena kesakitan,” tulis para peneliti.
Meskipun penyebab pasti kematiannya masih belum diketahui, penelitian ini memberikan gambaran sekilas tentang adat istiadat kuno dan kemungkinan keadaan di sekitar kematiannya.