Aroma Mumi Ternyata Sangat Wangi, Ini Buktinya
Hal itu seperti yang diungkap dalam sebuah penelitian.
Hal itu seperti yang diungkap dalam sebuah penelitian.
Aroma Mumi Ternyata Sangat Wangi, Ini Buktinya
Jika membicarakan mumi, mungkin yang terbayang adalah bau apek dan tubuh yang telah membusuk.
Tapi siapa sangka, mumi Mesir Kuno ternyata memiliki aroma yang sangat harum. Bahkan pada Bulan September lalu, para ilmuwan berusaha menciptakan kembali aroma cairan pembalseman mumi.
-
Mengapa mumifikasi alami terjadi di Mesir kuno? Mumifikasi alami 'adalah proses yang tidak disengaja yang disebabkan oleh kondisi penguburan yang menguntungkan,' seperti dikubur di pasir yang panas dan kering, kata Buckley.
-
Dimana ditemukannya bukti awal mumifikasi Mesir kuno? Bukti-bukti ini termasuk pembungkus mumi berusia 6.300 tahun yang ditemukan di pemakaman Mesir kuno di situs Mostagedda, sekitar 320 kilometer di sebelah selatan Kairo.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di makam Mesir Kuno? Mereka berhasil menemukan makam seorang pejabat Mesir kuno dari pertengahan milenium pertama SM, yang dihiasi dengan kemewahan yang sangat mengesankan.
-
Siapa yang membuat parfum kuno Mesopotamia? Parfum itu dibuat berdasarkan formula yang ditinggalkan pada papan tanah liat kuno oleh pembuat parfum wanita terkenal saat itu bernama Tapputi.
-
Bagaimana aroma balsam mumi direkonstruksi? Bekerja sama dengan spesialis pembuat parfum dan ahli museologi sensorik, tim ini berhasil menuangkan aroma balsam ke dalam botol dan diberi julukan 'Aroma keabadian'.
-
Bagaimana proses mumifikasi buatan di Mesir kuno? Pengujian menunjukkan resin ini dibuat dari berbagai bahan seperti minyak nabati, lemak hewani, lilin dan getah tanaman. Resin serupa juga digunakan pada periode waktu berikutnya oleh orang Mesir kuno untuk mumifikasi, kata para ilmuwan.
Dilansir dari CBC dan Live Science, Minggu (22/10), cairan ini digunakan untuk mengawetkan seorang perempuan bangsawan yang berasal dari 3.500 tahun yang lalu dan aromanya dikatakan sangat harum.
Barbara Huber, seorang peneliti doktoral dari Max Planck Institute of Geoantropologi Jerman sekaligus penulis utama studi ini menyatakan bahwa aroma dominan dalam balsem ini adalah kayu.
"Aroma yang dominan jelas merupakan aroma kayu seperti pinus. Tapi juga mengandung sedikit bitumen, sedikit lilin lebah, sesuatu yang manis, dan bahkan ada aroma pistachio yang segar, juga jeruk,"
Barbara Huber, peneliti dari Max Planck Institute of Geoantropologi Jerman.
Jadi, kata Barbara, bau balsem itu sangat menyenangkan untuk dicium.
Penciptaan kembali balsem ini dinamakan “Scent of Eternity” dan akan menjadi bagian dari “pengalaman multisensori mendalam” di Museum Moesgaard di Denmark bulan ini.
Tidak sendiri, para peneliti juga bekerja sama dengan pembuat parfum Perancis Crole Calvez dan ahli sensorik Sofia Collette Ehrich untuk menciptakannya kembali.
Wangi-Wangian dan Mesir Kuno
Orang Mesir tidak suka bau yang tidak enak. Itu adalah fakta yang bisa diambil dari berbagai penemuan yang berhasil diteliti. Sudah banyak teks yang berasal dari Mesir Kuno menyatakan bahwa aroma adalah hal yang sangat menggugah bagi mereka.
Perempuan bangsawan Mesir Kuno terkenal sering memakai kerucut beraroma.
Parfum juga merupakan elemen kunci di dalam banyak ritual dan tradisi Mesir Kuno. Salah satu Firaun perempuan bernama Hatshepsut dikenal sebagai sosok yang sangat menyukai dupa dan wangi-wangian.
Dikatakan, dia pernah meluncurkan karavan angkatan laut ke daerah yang sekarang dikenal sebagai Tanduk Afrika dan membawa pulang mur, kemenyan, dan banyak tanaman dupa yang kemudian ditanam di dekat kuil tempatnya dimakamkan.Ya, bahkan di alam kematian sekalipun, orang Mesir Kuno dikenal tidak menyukai bau tidak sedap. Mereka menggunakan aroma sebagai penghormatan terhadap orang mati.
Tujuan utama dari mumifikasi adalah mengawetkan jenazah untuk alam akhirat. Tapi bukan hanya utuh, memiliki aroma yang harum juga adalah aspek yang penting bagi kehidupan akhirat orang Mesir Kuno.
“Mereka menggunakannya dengan cara yang berbeda di kuil dan makam untuk membangkitkan elemen spiritual yang berbeda,” jelas Huber.
Diharapkan, aroma penciptaan kembali balsem ini dapat menghidupkan kembali sejarah dengan cara yang sangat mendalam.
Namun Huber mengaku belum memikirkan apakah balsem dengan aroma harum ini akan dijadikan parfum atau diffuser.