Aroma Balsem Pengawet Mumi Mesir Kuno Berusia 3500 Tahun Terungkap, Begini Wanginya
Aroma balsam mumifikasi Mesir kuno ini berhasil dituangkan di dalam botol dan akan dipamerkan.
Aroma Balsam Pengawet Mumi Mesir Kuno Berusia 3500 Tahun Terungkap, Begini Wanginya
Analisis terbaru terhadap bahan-bahan kuno oleh para ilmuwan berhasil mengungkap “aroma keabadian” mumi Mesir kuno.
Mesir Kuno selalu menyimpan misteri yang menarik bagi dunia. Baru-baru ini, illmuwan telah mengungkap rahasia aroma balsam yang digunakan dalam mumifikasi seorang wanita bangsawan Mesir lebih dari 3.500 tahun yang lalu.
Sumber: IFL Science
Mumi Wanita Bangsawan
Wanita bangsawan yang menjadi pusat dari penelitian ini bernama Senetnay. Jenazahnya digali pada tahun 1900 oleh Howard Carter, orang yang dikenal sebagai “pencuri ketenaran Tutankhamun”. Penelitian sebelumnya telah mengungkap bagaimana Senetnay bertindak sebagai pengasuh bayi yang kemudian dinobatkan sebagai Firaun Amenhotep II dan dianugerahi gelar keberuntungan “Hiasan Raja”.
-
Mengapa orang Mesir Kuno menggunakan wangi-wangian? Orang Mesir tidak suka bau yang tidak enak. Itu adalah fakta yang bisa diambil dari berbagai penemuan yang berhasil diteliti. Sudah banyak teks yang berasal dari Mesir Kuno menyatakan bahwa aroma adalah hal yang sangat menggugah bagi mereka.
-
Bagaimana cara mengawetkan mumi Mesir Kuno? Para ilmuwan telah mengungkap rincian praktik pembalseman yang telah lama dicari-cari yang digunakan orang Mesir kuno untuk mengawetkan mayat.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di makam Mesir Kuno? Mereka berhasil menemukan makam seorang pejabat Mesir kuno dari pertengahan milenium pertama SM, yang dihiasi dengan kemewahan yang sangat mengesankan.
-
Dimana ditemukannya bukti awal mumifikasi Mesir kuno? Bukti-bukti ini termasuk pembungkus mumi berusia 6.300 tahun yang ditemukan di pemakaman Mesir kuno di situs Mostagedda, sekitar 320 kilometer di sebelah selatan Kairo.
-
Bagaimana proses mumifikasi buatan di Mesir kuno? Pengujian menunjukkan resin ini dibuat dari berbagai bahan seperti minyak nabati, lemak hewani, lilin dan getah tanaman. Resin serupa juga digunakan pada periode waktu berikutnya oleh orang Mesir kuno untuk mumifikasi, kata para ilmuwan.
-
Kapan mumi Mesir Kuno dibuat? Semua artefak berasal dari dinasti ke-26 Mesir yang berkuasa antara tahun 664 SM dan 525 SM.
Sebagaimana layaknya orang berpangkat tinggi di masyarakat Mesir, mumi organ tubuh Senetnay dimasukkan toples kanopi di makam kerajaan di Lembah Para Raja. Kini, tim peneliti yang dipimpin Barbara Huber dari Institut Geoantropologi Max Planck menggunakan analisis canggih untuk mengungkap bahan yang digunakan dalam balsam pengawet mayat tersebut.
Teknik Analisis
Para peneliti menemukan enam sampel balsam dari dua toples berbeda, yang masing-masing berisi paru-paru dan hati Senetnay, dan saat ini disimpan di Museum August Kestner di Jerman. Teknik analisis yang dilakukan meliputi kromatografi gas-spektrometri massa, kromatografi gas suhu tinggi-spektrometri massa, dan kromatografi cair-spektrometri massa tandem.
Bahan Pembuatan Balsam Pengawet
Aroma balsam tersebut ternyata terbuat dari lilin lebah, lemak hewani, minyak nabati, bitumen, dan resin dari pohon seperti pinus dan larch. Yang membuatnya lebih menarik, peneliti menemukan senyawa-senyawa unik seperti coumarin, yang memberikan aroma seperti vanilla, dan asam benzoat, yang termasuk Nostradamus di antara penemu aslinya.
Namun, yang paling mengejutkan adalah dua senyawa yang ditemukan dalam toples yang menyimpan paru-paru Senetnay. Salah satunya adalah larixol, yang berasal dari resin larch, dan yang lainnya adalah damar wangi, zat yang diperoleh dari pohon yang tersebar luas di India dan Asia Tenggara atau damar dari pohon dalam genus Pistacia, keluarga jambu mete.
Bahan Impor
Temuan ini mengungkapkan hubungan perdagangan yang luas di dunia kuno, menunjukkan bahwa orang Mesir kuno telah mengimpor bahan-bahan ini dari luar wilayah mereka.
“Bahan-bahan dalam balsem ini memperjelas bahwa orang Mesir kuno mendapatkan bahan-bahan tersebut dari luar wilayah mereka sejak awal,” kata peneliti senior Profesor Nicole Boivin dalam sebuah pernyataan.
“Jumlah bahan impor dalam balsamnya juga menyoroti pentingnya Senetnay sebagai anggota kunci lingkaran dalam firaun.”
“Metode kami juga mampu memberikan wawasan penting mengenai bahan-bahan balsem yang informasinya terbatas dalam sumber tekstual Mesir kuno kontemporer.”
Barbara Huber dari Institut Geoantropologi Max Planck.
Sumber: IFL Science
Potensi keberadaan damar menjadi perhatian khusus. Jika benar, hal ini akan menguatkan temuan balsam yang berasal dari milenium pertama SM, dan menunjukkan bahwa orang Mesir kuno telah membangun jalur perdagangan dengan Asia Tenggara hampir 1.000 tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Sumber: IFL Science
Bekerja sama dengan spesialis pembuat parfum dan ahli museologi sensorik, tim ini berhasil menuangkan aroma balsam ke dalam botol dan diberi julukan “Aroma keabadian”. Botol ini kan segera dipajang di Museum Moesgaard di Denmark, sehingga pengunjung dapat berkesempatan merasakan sendiri aroma zaman kuno.
Sumber: IFL Science
'Aroma Keabadian'
“'Aroma keabadian' mewakili lebih dari sekedar aroma proses mumifikasi,” kata Huber.
“Ini mewujudkan kekayaan budaya, sejarah, dan spiritual dari praktik pemakaman Mesir Kuno.”