Dedi Mulyadi Robohkan Rumah Janda di Purwakarta Sebelum Ngantor ke DPR
Merdeka.com - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi merobohkan sebuah rumah tidak layak huni milik keluarga Nani di Kampung Nagrog, Desa Kertamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta.
Kang Dedi Mulyadi memulai kegiatan dengan berangkat dari rumahnya di Lembur Pakuan pada pukul 06.00 WIB. Sebelum memimpin rapat di DPR RI, ia menyempatkan diri untuk menyusuri rumah warga di Purwakarta.
"Sebelum pergi memimpin rapat di DPR kita jalan-jalan menyusuri rumah warga," ujar Dedi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu.
-
Siapa kader PDIP yang digeledah rumahnya? Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah rumah seorang anggota DPRD Jawa Timur bernama Mahfud dari Fraksi PDIP.
-
Dimana rumah kader PDIP yang digeledah? Rumah yang digeledah itu diketahui berada jalan Halim perdana Kusuma Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
-
Dimana rumah dinas bupati itu berada? Di kawasan perbukitan yang masuk wilayah Kabupaten Minahasa Utara, tepatnya di kaki Gunung Kabat, terdapat sebuah rumah mewah bergaya Eropa.
-
Apa yang akan dilakukan Dedi Mulyadi? Dedi menyampaikan berterima kasih kepada jajaran pengurus Partai Golkar, terutama Ketum Airlangga Hartarto. 'Saya mengucapkan terima kasih ya buat Mas Singgih dan jajaran pengurus DPP Partai Golkar, khususnya buat Ketua Umum DPP Partai Golkar Pak Airlangga Hartarto bahwa utusannya sudah datang ke Jawa Barat untuk ajak ngomong serius masalah tunangan di Provinsi Jawa Barat,' kata dia.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi mencalonkan diri? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
-
Kenapa Dedi Mulyadi harus di Jawa Barat? 'Pak Airlangga berpesan ke saya, jangan terlalu jauh kalau main dari luar rumah, jangan melewati Jawa Barat, harus berada di wilayah Jawa Barat. Kemudian nanti cari pasangan di Golkar yang sesuai dengan kriteria sebagai calon istri (wakil) yang baik,' kata dia.
Saat menyusuri pemukiman warga, ia melihat satu rumah semi permanen yang kondisinya hampir roboh dan tidak layak huni. Rumah tersebut rupanya dihuni oleh Nani dan tiga orang anaknya. Sementara suaminya, Suhanta, telah meninggal dunia karena sakit.
Rupanya anak pertama Nani sudah dewasa dan berumur 20 tahun. Namun anak tersebut tidak bekerja dan hanya berdiam diri di rumah. Anak itu beralasan kini sulit mencari kerja di pabrik.
"Kerja itu bukan hanya di pabrik, bisa kuli tembok, bertani, kuli panggul, apa saja. Jangan ada kalimat enggak ada," ucap Kang Dedi menegur anak tersebut.
Kang Dedi juga menyayangkan anak tersebut hanya menggantungkan hidup pada ibunya yang sudah janda. Anak tersebut tak ada kemauan untuk sedikit banyak membantu memperbaiki rumah yang hampir roboh.
"Iya miskin, tapi tetap harus berusaha. Tuh lihat benerin atuh (penyangga atap), minimal tali pakai rafia atau apa, kreatif," ujar Dedi.
©2022 Merdeka.com/istimewa
"Dapur, toilet dan di dalam rumah bersih berarti ibunya rajin, tapi anaknya yang kedul (malas)," ujar Dedi melanjutkan.
Anak itu lantas diminta oleh Dedi untuk membantu mengangkat barang-barang di rumah untuk dikeluarkan. Sebab rumah tersebut akan dirobohkan dan dibangun agar layak huni.
Sejumlah anak-anak baru pulang sekolah yang menghampiri Kang Dedi langsung diminta untuk membantu mengosongkan rumah. Anak-anak pun dengan riang membantu mengeluarkan sejumlah perabot dari dalam rumah.
"Ini bagian dari pendidikan gotong royong," ujar Dedi.
©2022 Merdeka.com/istimewa
Setelah bagian dalam rumah kosong pembongkaran pun dimulai. Kang Dedi Mulyadi dengan cekatan langsung naik ke bagian atap untuk membongkar genting.
"Rumah janda hampir roboh sedangkan anak bujangnya males. Hari ini kita robohkan dan mulai bangun," katanya dari atas genting.
Bagi Kang Dedi apapun yang terjadi saat ini tak menjadi halangan untuk bermanfaat untuk orang lain. Ia akan terus bekerja dan berusaha membahagiakan masyarakat.
©2022 Merdeka.com/istimewa
Pembongkaran rumah tersebut menyisakan noda di pakaian dan celana Kang Dedi yang serba putih.
Namun ia tak peduli karena lebih baik datang dengan pakaian kotor bekas membantu memperbaiki rumah warga, dari pada berpakaian bersih tapi tidak berbuat apa-apa.
“Kita terus bekerja untuk masyarakat, saya tidak akan pernah peduli dengan apa yang saya hadapi terpenting hidup ini bermanfaat untuk orang lain,” pungkas Kang Dedi Mulyadi.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Politikus Partai Gerindra, Dedi Mulyadi, kesal mengetahui pembangunan jembatan di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta, diganggu preman.
Baca SelengkapnyaBertemu dengan para petugas berpakaian tradisional khas tentara kerajaan, Dedi mengaku kaget.
Baca SelengkapnyaAda peristiwa menarik saat iring-iringan Presiden Prabowo Subianto dalam perjalanan dari Gedung MPR/DPR ke Istana Negara
Baca SelengkapnyaAnak Dedi Mulyadi lolos dalam Pemilihan Legislatif dengan 400.478 suara di daerah pemilihan (Dapil) 10 meliputi Purwakarta dan Karawang.
Baca SelengkapnyaMantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi meminta maaf kepada protokoler Istana.
Baca SelengkapnyaDedi Mulyadi temui preman yang lakukan pemalakan pekerja proyek perbaikan jembatan.
Baca SelengkapnyaSejumlah pejabat dari Kemhan dan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran hadir dalam acara ini.
Baca SelengkapnyaDedi Mulyadi pernah menjabat sebagai Bupati Purwakarta selama dua periode berturut-turut dari 2008 sampai 2018.
Baca SelengkapnyaDia mengaku posisinya sebagai warga dan tokoh masyarakat yang diminta tolong oleh masyarakat.
Baca SelengkapnyaPolitisi Gerindra, Dedi Mulyadi blak-blakan, bahwa upayanya membongkar kasus Vina Cirebon bukan sebagai aksi politisasi untuk maju Pilkada Jabar.
Baca SelengkapnyaWali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menghadiri rapat paripurna di DPRD Kota Semarang pada Senin (22/7).
Baca SelengkapnyaHadiri Sidang Praperadilan Pegi Setiawan, Dedi Mulyadi: Saya Temani Ayahnya
Baca Selengkapnya