Demo soal UU TNI di Bandung Berakhir Ricuh, Massa & Polisi Saling Kejar, Wartawan jadi Korban Pemukulan
Demo berlangsung sampai malam hari memaksa polisi memukul mundur massa.

Unjuk rasa penolakan Revisi Undang undang TNI di Kota Bandung berakhir ricuh. Massa aksi dipaksa membubarkan diri.
Suasana mulai memanas pada sore hari ditandai pembakaran ban. Kepulan asap bersahutan dengan suara petasan yang dilemparkan ke area depan Gedung DPRD Jawa Barat, Jumat (21/3).
Anggota polisi pun melakukan penjagaan ketat. Arus lalu lintas dialihkan karena massa memenuhi lokasi yang terpusat di Jalan Diponegoro, tepatnya di antara Gedung Sate dan Gedung DPRD Jabar.
"Kami minta DPR tarik kembali (UU TNI)," teriakan salah seorang pengunjuk rasa.
Pada malam harinya, suasana makin memanas. Sekitar pukul 21.30 WIB, massa aksi sempat terlibat kejar-kejaran dengan anggota Polisi.
Antara massa dan anggota kepolisian tidak bisa terlihat jelas. Massa berpakaian hitam-hitam itu pun berlarian membubarkan diri.
Dugaan pemukulan Terhadap Wartawan
Di tengan suasana panas, seoran Jurnalis Kompas.com, Faqih, mendapat serangan dari massa aksi berpakaian hitam-hitam.
Semula, Faqih mengambil dokumentasi di tengah kerumunan massa yang sedang membakar ban melemparkan bom molotov ke arah Gedung DPRD Jabar.
Kemudian, ia mendengar ada teriakan bernada tuduhan intel terhadap dirinya. Merasa tidak aman, ia pun menunjukkan kartu tanda pengenal jurnalis.
"Lagi ambil video di dekat masa tiba-tiba massa yang duduk itu bilang awas-awas itu yang gendut intel itu pakai baju putih. Udah ngeluarin id card, sempet ada yang ngamanin katanya ini dari media. Tapi tetap saja ada massa yang terus mukulin," ujar Faqih.
"Kepala dua kali, ditendang pantat dua kali atau tiga kali, beberapa kali ditarik-tarik tapi sempat diamankan sama masa aksi," katanya.
Sementara itu, jurnalis lain yang berada di sekitar lokasi langsung mengamankan Faqih ke tempat aman.