Di DPR, aktivis ini ceritakan keganasan Sutiyoso saat Kudatuli
Merdeka.com - Seorang Aktivis bernama Hendrik Dikson Sirait yang mengaku sebagai korban penculikan dan penyiksaan yang didalangi oleh mantan Pangdam Jaya Letjen TNI (purn) Sutiyoso menyambangi DPR guna menyampaikan peristiwa yang menimpanya pasca penggempuran kantor DPP PDIP 27 Juli 1996.
Hendrik disambut oleh Wakil Ketua DPR Asril Hamzah Tanjung dan menceritakan bagaimana ia pernah diculik oleh tiga anggota Detasemen Inteldam Jaya selama lima hari.
"Bukti sudah kuat (penculikan) pasti atas intruksi Pangdam Jaya saat itu," kata Hendri di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (25/6).
-
Kenapa para jenderal diculik? Para Jenderal Angkatan Darat dituding sebagai Dewan Jenderal, mereka tidak loyal dan berniat mengkudeta Presiden Sukarno.
-
Apa yang terjadi pada perwira tersebut di dalam tahanan? Dalam video, tampak sekumpulan pria berpakaian serba oranye, bertuliskan 'Narapidana Militer'. Sementara tentara yang menjadi tahanan baru, mengenakan seragam loreng dan dipajang di tengah lapangan. Pangkat yang melekat di pundaknya tidak ada artinya. Perwira itu digojlok oleh para tahanan senior. Perwira itu diperintah untuk menyebutkan nama dan pangkatnya.
-
Kenapa pasukan penculik menculik jenderal? Hal ini dilakukan karena di rumah Nasution dan Yani terdapat pasukan pengawal. Sementara di rumah-rumah jenderal lain, tidak ada pengawal.
-
Kenapa IM diculik? (Motif) Uang tebusan. karena tidak saling kenal antara tersangka dan korban,“ kata Danpomdam Jaya Kolonel Cpm Irsyad Hamdue Bey Anwar saat dikonfirmasi, Senin (28/8).
-
Siapa yang disekap dan diperkosa? Penyidik Satreskrim Polres Lampung Utara, Lampung, segera merampungkan berkas enam tersangka penyekapan dan perkosaan siswi SMP inisial NA (15).
-
Kenapa kantor PT Hutama Karya digeledah? Penyidik mendapatkan sejumlah dokumen terkait pengadaan yang diduga berhubungan dengan korupsi PT HK.
Selama diculik, dia mengaku disiksa dengan dipukul, disetrum dan ditelanjangi oleh para eksekutor. Saat diculik, ia diminta mengaku sebagai dalang dari peristiwa penyerbuan Kantor DPP PDIP pada tanggal 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal dengan peristiwa Kudatuli.
Peristiwa penculikan tersebut, ia menyebut terjadi beberapa hari setelah peristiwa Kudatuli atau saat ia menghadiri sidang gugatan yang dilayangkan oleh Megawati Soekarnoputri di PN Jakarta Pusat.
"Setelah beberapa hari diculik saya akhirnya mengetahui saya dibawa ke kantor Detasemen Inteldam Jaya di Jalan Kramat VII Jakarta," katanya.
"Saya disiksa sehingga apa boleh buat saya terpaksa mengakui sebagai dalang kudatuli. Padahal saat peristiwa itu saya sedang dirumah sambil menonton televisi menyaksikan siaran peristiwa itu," ungkapnya.
Walaupun mengadu ke DPR atas peristiwa yang menimpanya itu, ia mengaku kedatangannya itu bukan untuk mendesak Komisi I DPR menolak pencalonan Sutiyoso sebagai Kepala BIN. Namun, ia hanya ingin sekedar mengingatkan, bahwa calon kepala BIN yang telah ditunjuk Jokowi ini punya dosa besar di masa lalu.
"Saya tidak punya kepentingan untuk menolak. Saya hanya ingin memgingatkan publik dan Presiden bahwa orang yang pernah menghilangkan orang, menyiksa dan orang yang menginstruksikan hal ini dicalonkan jadi Kepala BIN," katanya.
"Jokowi Presiden yang bebas dari masalah di masa lalu sebaiknya jangan melibatkan orang yang punya beban masa lalu atau pelanggar HAM sebagai pejabat Negara," harapnya.
Menanggapi hal, Wakil Ketua Komisi I DPR Asril Hamzah Tanjung mengaku akan menjadikan aduan ini sebagai bahan pertimbangan saat fit and proper test Sutiyoso sebagai calon Kepala BIN. Namun, ia menegaskan hal ini hanya akan menjadi pertimbangan, bukan untuk membatalkan langkah Sutiyoso sebagai Kepala BIN.
"Kita serap semua aspirasi. Kita akan jadikan pertimbangan Komisi I. Tapi tidak membatalkan, karena kita tidak bisa mendengarkan dari satu sumber saja," katanya.
Pertemuan tersebut dilakukan di ruang tunggu Komisi I DPR. Selain Asril, Anggota Komisi I Dimyati Natakusumah dan Syaiful Bahri Ansori turut hadir mendengarkan aduan itu. Dalam pertemuan tersebut, Hendri yang mengaku seorang aktivis dari LSM PIJAR ini didampingi oleh sejumlah perwakilan dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (PBHI) Jakarta dan Sumatera Barat.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Akibat peristiwa tersebut, akhirnya pelaksanaan pemungutan suara harus ditunda.
Baca SelengkapnyaKejadian itu terjadi saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Gunungkidul.
Baca SelengkapnyaMenurut Hasto, pengungkapan tragedi Kudatuli diharapkan mampu menghilangkan kekuasaan yang menindas.
Baca SelengkapnyaLaporan itu buntut penyitaan sejumlah barang termasuk handphone saat mendampingi Hasto ketika diperiksa KPK sebagai saksi kasus suap Harun Masiku.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto bercerita ditertawai Megawati karena dipanggil polisi.
Baca SelengkapnyaSupriansa menyebut kasus tewasnya Bayu Adhitiyawan sangat janggal.
Baca SelengkapnyaIndonesia tengah memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September oleh PKI.
Baca Selengkapnya1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.
Baca SelengkapnyaKeduanya diminta klarifikasi terkait kasus menonjol yang terjadi di wilayah hukum Sulteng dan NTT sehingga menyedot perhatian publik.
Baca SelengkapnyaKapolda Nusa Tenggara Timur (NTT) Irjen Daniel Tahi Mohang Silitonga rapat dengan Komisi III membahas kasus Ipda Rudy Soik buntut pembongkaran mafia BBM
Baca SelengkapnyaKetua Partai Komunis Indonesia (PKI) D.N. Aidit jadi buronan Angkatan Darat. Lantaran PKI dicap sebagai dalang aksi Gerakan 30 September 1965.
Baca SelengkapnyaDugaan penyiksaan para terpidana itu terjadi saat Iptu Rudiana yang saat itu menjabat Kanit Narkoba mengusut kasus pembunuhan Vina dan anaknya, Eky.
Baca Selengkapnya