Diduga Diculik, Bocah SD di Riau Ternyata Dibawa Dosen Seharian
Merdeka.com - Seorang bocah berusia 12 tahun dibawa dosen laki-laki di salah satu universitas swasta di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, tanpa izin orang tua. Bahkan bocah itu dibawa selama lebih dari 24 jam.
Keluarga bocah tersebut sempat mengira anaknya diculik karena ramainya isu penculikan di media sosial. Namun akhirnya sang anak dipulangkan oleh dosen berinisial S itu.
Peristiwa itu berawal dari informasi anak hilang sejak 4 Januari kemarin sekitar pukul 20.00 WIB. Kedua orang tuanya kalut dan mencari tahu keberadaan putra mereka.
-
Bagaimana reaksi profesor terhadap bocah itu? Zhao Baisheng, seorang profesor dan pembimbing doktoral di Institut Sastra Dunia Fakultas Bahasa Asing Universitas Peking terkesima dengan konsentrasi bocah itu saat membaca dan apa yang dibacanya, Zhao pun memulai percakapan.
-
Bagaimana bocah tersebut bisa keluar? Pria dewasa yang membantu bocah ini menyuruhnya memiringkan kepalanya agar memudahkannya untuk keluar. Dengan memegang kepala dan memutar kepala secara pelan-pelan, alhasil kepala bocah tersebut berhasil keluar dengan kondisi bersih tanpa luka.
-
Apa yang terjadi pada bocah tersebut? Tampak kepala seorang bocah tersangkut di kolong roda bus. Diduga, bocah ini tengahh bermain di area parkiran bus.
-
Di mana seorang anak berdomisili? Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1 tahun 1974).
-
Apa yang terjadi pada bocah di Tasikmalaya? Ada-ada saja kejadian yang menimpa bocah 3 tahun asal Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia tak berhenti menangis usai kepalanya tersangkut di kaleng wafer.
-
Kenapa dosen muda ini menyamar jadi mahasiswa? Ia sengaja menyuruh mahasiswanya keluar agar tidak ketahuan.
Mereka sempat mendatangi Polsek Siak Hulu di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, namun masih diskusi terkait persyaratan laporan orang hilang, Minggu (5/2) pukul 21.45 WIB.
Bocah itu ternyata dibawa seorang dosen berinisial S menggunakan mobil melintasi kompleks tempat tinggal keluarga korban.
"Kemarin malam itu keponakan kami pergi, bapak dosen itu (S) yang membawanya pada Sabtu sekitar pukul 20.00 WIB malam. Satpam perumahan tahu ponakan kami ini dibawa (S) dosen," ucap Sulaiman, paman korban saat dikonfirmasi, Senin (6/2).
Sulaiman menyebutkan, keluarga dapat kabar bahwa bocah itu diduga dibawa pergi mancing oleh dosen S. Padahal kedua orang tua korban dan dosen itu tidak saling kenal.
"Handphone dan semua keluarga dosen ini sudah kita tanya. Tidak ada yang tahu sama sekali, anaknya kita hubungi juga enggak tahu. Tadi malam kami keluarga memutuskan untuk datang ke Polsek Siak Hulu," kata Sulaiman.
Di Polsek Siak Hulu, keluarga mulai berdiskusi dengan polisi soal kronologi hilangnya korban. Keluarga menceritakan S yang diduga membawa korban pergi tanpa izin.
Ketika diskusi itu tiba-tiba handphone keluarga berdering, keluarga dosen S justru memberi kabar bawah korban dan dosen itu berada di Pelalawan.
"Saat itu juga keluarga dosen itu meminta kepada kami agar tidak melapor dulu, karena sudah tahu keduanya ada di Pelalawan. Sudah ditemukanlah intinya, makanya kami tunda melapor," kata Sulaiman.
Sekitar 1 jam kemudian atau pukul 22.45 WIB, S tiba di rumah Z. Melihat itu, keluarga dan tetangga korban yang memang sedang di rumah itu terlihat emosi.
Sang ibu histeris dan menangis terisak-isak begitu anaknya pulang dalam kondisi selamat. Namun, korban tampak trauma dan menangis tanpa henti.
Sang dosen mendapat pertanyaan bertubi-tubi dari keluarga korban. Namun, S justru menjawab santai, bahwa dia membawa korban pergi memancing ikan. Tetapi kepergian mereka lebih dari 24 jam.
"Kami memang sangat bersyukur keponakan kami sudah pulang dengan selamat. Bapak itu (S) alasannya membawa mancing, tapi kami tetap mendalami karena memang sama sekali tidak ada izin sama keluarga. Orang tua ponakan kami ini juga tidak kenal sama dosen ini," jelasnya.
Keluarga korban masih menunggu penjelasan lengkap dari S yang membawa anak di bawah umur tanpa izin. Apalagi perbuatannya membuat keluarga gelisah karena sempat mengira diculik.
"Tadi malam kami tidak bisa minta keterangan lebih lengkap karena kondisi sudah malam juga. Keponakan kami itu menangis tadi malam dan tidak tahu karena apa. Sempat juga kami mengira keponakan kami ini diculik," ketus Sulaiman.
Sementara itu, Kapolsek Siak Hulu AKP Zainal Arifin mengaku keluarga korban sudah datang ke kantornya. Tapi kedatangan mereka baru diskusi awal dengan petugas di SPKT Polsek Siak Hulu.
"Kami belum sempat lapor, kalau mau dia dilaporkan apa yang dilaporkan. Orangnya jelas, tapi kalau orangnya enggak jelas iya baru dilapor. Minimal kami terbitkan yang namanya pemberitahuan (orang hilang) ke Polres lain ya," kata Zainal.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia mengimingi sejumlah uang untuk murid yang menjadi incarannya.
Baca SelengkapnyaKasus dugaan penculikan dan pencabulan itu kemudian ditangani unit PPA Polres Tangsel.
Baca SelengkapnyaSH sampai saat ini juga masih kerap kali diminta hadir memberikan keterangan dalam pemeriksaan di Kepolisian.
Baca SelengkapnyaApa yang terjadi jika seorang bayi ikut kuliah di kelas?
Baca SelengkapnyaDia dibawa oleh seorang pria berinisial A (18) yang dikenal melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaPria tak dikenal itu membawa mereka ke suatu tempat dan diancam agar tidak teriak.
Baca SelengkapnyaTak ada yang jaga di rumah, aksi mahasiswi bawa anak ke kampus ini viral.
Baca SelengkapnyaSatreskrim Polres Indragiri Hulu menangkap pemilik pondok pesantren di Indragiri Hulu (Inhu) Aris Ulinuha (41). Dia diduga mencabuli 8 santri.
Baca SelengkapnyaPelaku melihat korban bermain bersama temannya. Kemudian mendekat dengan modus bertanya alamat. Saat itu korban dibawa pergi.
Baca SelengkapnyaSelama disekap korban tidak diberi makan dan minum, hanya disuruh menenggak minuman keras
Baca SelengkapnyaKapolsek Pasar Minggu, Kompol Anggiat Sinambela membenarkan adanya kejadian penyanderaan bocah itu. Kepolisian menyebut pelaku merupakan ayah korban sendiri.
Baca SelengkapnyaModus tersangka melakukan tindak asusila dengan memberikan iming-iming uang Rp100 ribu. Uang tersebut untuk uang jajan korban.
Baca Selengkapnya