Gubernur pastikan tak ada kelangkaan garam di Ibu Kota
Merdeka.com - Beberapa hari terakhir seluruh wilayah di Indonesia mengalami kelangkaan garam konsumsi. Akibatnya, harga garam meroket tajam bahkan harganya mencapai dua kali lipat dari biasanya.
Namun berbeda dengan Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat memastikan jumlah garam konsumsi untuk warga Jakarta masih aman. "Nasional itu, tapi kalau Jakarta belum (ada kelangkaan). Jakarta enggak ada loh ya. Belum ada laporan (kelangkaan garam)," kata Djarot di Balai Kota, Jumat (28/7).
Djarot menjelaskan, Jakarta memang bukan produsen garam. Tetapi paling banyak mengonsumsi garam. Dia menduga kelangkaan garam ini disebabkan karena ada permainan dari spekulan garam menimbun garam.
-
Dimana kelebihan garam ditemukan? Kadar garam yang terlalu tinggi ini bisa terjadi karena konsumsi sejumlah kudapan atau makanan kemasan. Beberapa makanan ini memiliki kandungan garam yang sangat tinggi dan bisa berdampak pada tubuh.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Kapan produksi garam meningkat? “Biasanya hanya 2,5 ton garam dalam sepekan. Tapi sekarang sampai 5 ton sepekan,“ ujar Kasipin.
-
Apa dampak konsumsi garam berlebihan? Konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan hipertensi. Sodium dalam garam menyebabkan peningkatan volume darah, memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dan meningkatkan tekanan darah.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
"Yang saya sebetulnya khawatirkan, kelangkaan garam ini juga dipicu oleh para spekulan dengan, dugaan saya aja yah, dengan harapan kita mengimpor garam," jelasnya
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia harusnya kelangkaan garam ini tidak perlu terjadi. Menurut Djarot, Indonesia tidak perlu mengimpor garam dari negara lain jika bisa memanfaatkan sumber alam yang ada.
"Kita harapkan ada solusi yang terbaik supaya pergaraman di Indonesia kembali bangkit. Ini momentum bahwa kita sebagai Negara kepulauan harusnya mampu menghasilkan garam terbaik. Dalam jumlah yang lebih dari cukup. Kalau perlu ekspor garam, bukan impor," terangnya. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mahalnya harga minyak goreng dikarenakan masalah pasokan.
Baca SelengkapnyaMeski harga mengalami kenaikan, Pj Wali Kota memastikan pasokan beras dan sembako masih aman.
Baca SelengkapnyaKenaikan HET beras ini berlaku mulai 10- 23 Maret 2024 di 8 wilayah Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga beras.
Baca SelengkapnyaMengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional harga beras di Papua Tengah pernah mencapai Rp36.130 per kg di 10 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaPeningkatan target tersebut sejalan dengan banyaknya industri dalam negeri yang bisa menghasilkan garam sesuai dengan spesifikasi.
Baca SelengkapnyaJokowi menyampaikan sulitnya pemerintah menjaga keseimbangan harga beras. Sebab, masyarakat akan mengeluh apabila harga beras naik, sementara petani senang.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga gula ini sudah terjadi sekitar satu hingga dua minggu terakhir.
Baca SelengkapnyaAda beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaSepanjang melakukan rangkaian peninjauan harga di sejumlah pasar berada di kondisi stabil.
Baca SelengkapnyaTak hanya di Indonesia, Erick klaim kenaikan harga beras juga terjadi di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaCalon Presiden (Capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo melanjutkan kampanye di Jawa Tengah. Hari ini, Jumat (29/12), dia blusukan ke Pasar Kota Wonogiri.
Baca Selengkapnya