Gus Sholah Sindir Said Aqil: PBNU Harusnya Mengayomi Tak Memihak Satu Golongan
Merdeka.com - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Solahuddin Wahid (Gus Sholah) menyesalkan sikap inkonsistensi Said Aqil Siradj soal politik kebangsaan Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Gus Sholah, Ketua Umum PBNU itu sering menyeret-nyeret organisasi Islam terbesar di Tanah Air tersebut ke dalam politik praktis yang mestinya netral.
"Saya lihat Pak Said bicara di salah satu televisi swasta, dia mengatakan bahwa politik NU adalah politik kebangsaan. Bukan politik kekuasaan," kata Gus Sholah saat menjadi narasumber di Acara Oase Bangsa bertema: Muslim Peduli Pemilu di Surabaya, Rabu (20/2).
Gus Sholah menilai, ucapan Said Aqil ini bertolak belakang dengan sikap politiknya saat Pilgub Jawa Timur 2018 lalu. Dia mengatakan, saat itu Said Aqil menyerukan agar warga NU memilih Syaifullah Yusuf (Gus Ipul).
-
Bagaimana Nusron Wahid menanggapi pernyataan Agus Rahardjo? 'Yang namanya pengakuan sepihak itu butuh bukti, Pak Agus Raharjo yang kita hormati kita sangat hormat pada beliau, tapi yang namanya pengakuan itu kan enggak boleh sepihak,' kata Nusron kepada wartawan di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (1/12).
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda? Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Keduanya merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
-
Siapa pendiri NU? KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh penting dibalik organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia memprakarsai berdirinya NU pada 1926, mendapat julukan Hadratus Syekh (maha guru), sekaligus menjadi Rais Akbar NU pertama.
-
Bagaimana Zulhas mempersatukan NU dan Muhammadiyah? “Saya berusaha mendudukkan NU dan Muhammadiyah mulai dari Kabupaten Lampung, lalu ke tempat lain terus menerus. Dulu di Surabaya juga pernah dipimpin Muhammadiyah dalam satu forum duduk bareng (dengan NU),“
-
Bagaimana cara NU memperjuangkan umat Islam? Partai ini memperjuangkan kepentingan umat Islam terutama masyarakat Islam yang berada di kelas bawah.
-
Mengapa Zulhas berupaya keras mempersatukan NU dan Muhammadiyah? “Jadi begini, memang parpol itu fungsinya memajukan peradaban. Oleh karena itu PAN berusaha keras agar umat Islam memperkuat persatuan, bersatu walaupun berbeda,“
"Lah ini kan bertentangan dengan ucapan yang pertama tadi kan," tegas Gus Sholah membuka memori Pilgub Jawa Timur yang akhirnya dimenangkan oleh Khofifah Indar Parawansa.
"Jadi menurut saya, ada pemahaman yang tidak tepat atau pemahaman berbeda antara pemahaman saya dengan pemahaman PBNU dan PWNU Jatim, yang mengatakan bahwa Pak Ma'ruf Amin jadi Cawapres itu, itu bukan politik kekuasaan tapi politik kebangsaan, itu demi kemauan bangsa," sambung Gus Sholah menirukan ucapan Said Aqil.
Menurut adik kandung almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini, politik kebangsaan bukan soal dukung-mendukung calon yang akan berkontestasi seperti Pilgub maupun Pilpres. "Nah, ini kan beda banget pengertiannya. Menurut saya ini harus didudukkan," tegasnya.
Karena dengan mengatakan seperti itu, tegas cucu pendiri NU, Hasyim As'ari ini, sama halnya Said Aqil menyebar kabar bohong. "Itu (ucapan Kiai Said) hoaks menurut saya itu. Menurut saya hoaks padahal (NU) tidak. Itu yang bener yang mana? Ini kan bahaya!"
Yang jelas, masih kata Gus Sholah menegaskan, NU tidak boleh berpolitik praktis. "Kalau warga NU memilih Pak Ma'ruf Amin, itu wajar-wajar saya gitu loh, tidak perlu harus dikatakan warga NU harus memilih Pak Ma'ruf Amin oleh struktur NU, itu yang tidak benar. (Termasuk warga NU memilih Prabowo) ya silakan saja," tegasnya.
Lantas politik NU yang benar seperti apa, Gus Sholah memberi contoh. "Di Tebuireng, keluarga Tebuireng itu ada yang memilih Prabowo, ada yang milih Jokowi. Wajar-wajar saja."
"Yang tidak boleh (memilih) itu saya. Iya kan? Saya tidak boleh mendukung Jokowi dan juga tidak boleh mendukung Prabowo. Itu harusnya sikap PBNU, mengayomi siapa saja, tidak memihak satu golongan," tukasnya.
Kembali Gus Sholah menyesalkan sikap pro-kontra PBNU. Seperti ketika Said Aqil berpidato di Harlah Muslimat NU yang ditayangkan televisi. "Saya nontonnya di Youtube: NU harus menang! Loh menang iku pertandingan opo? Wong bertanding aja tidak, kok NU harus menang. Bagaimana ini," sesalnya sembari menegaskan bahwa NU harus mengayomi umat bukan untuk satu golongan atau satu partai politik.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gus Yahya menegaskan seluruh pengurus organisasinya tak boleh mengatasnamakan PBNU jika memberi dukungan politik.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengatakan setuju dengan PBNU tidak boleh terlibat politik praktis seperti yang disampaikan Ketum PBNU Gus Yahya.
Baca SelengkapnyaSekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan PBNU tidak mendukung capres siapapun
Baca SelengkapnyaGas Yahya meminta calon pemimpin akan berkontestasi tidak menjual embel-embel NU dan agama demi meraih suara.
Baca SelengkapnyaGus Yahya tidak melarang setiap pengurus NU mengutarakan pendapat pribadinya.
Baca SelengkapnyaCak Imin juga setuju dengan pernyataan Gus Yahya pengurus PBNU tidak boleh mengatasnamakan organisasi dipimpinnya secara politik.
Baca SelengkapnyaGus Yahya menegaskan akan memberikan sanksi kepada pengurus yang mengatasnamakan NU untuk kegiatan politik praktis.
Baca SelengkapnyaNorma NU sebagai organisasi dan lembaga pun tegas tidak mengizinkan sikap memberikan dukungan
Baca SelengkapnyaKetua umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya merespons pernyataan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul
Baca SelengkapnyaNahdlatul Ulama tidak ingin terlibat dalam politik praktis.
Baca SelengkapnyaGus Yahya menegaskan bahwa PBNU tidak terlibat dalam dukung-mendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024.
Baca Selengkapnya