Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Harga Barang Naik, KSP Ajak Saatnya Kurangi Konsumsi Produk Impor

Harga Barang Naik, KSP Ajak Saatnya Kurangi Konsumsi Produk Impor Agen Gas LPG. ©2021 Liputan6.com/Johan Tallo

Merdeka.com - Presiden Joko Widodo mengingatkan harga barang-barang terindikasi alami kenaikan karena ketidakpastian ekonomi global. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono menyebut, peringatan itu harus dijadikan momentum untuk mulai menguatkan produksi dalam negeri dan mengurangi konsumsi barang-barang impor.

"Apa yang disampaikan bapak Presiden mengandung satu pesan kunci, yakni kita harus berani berubah dan berani mengubah," tegas Edy Priyono, di Jakarta, Minggu (6/3).

Menurut Edy, ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan ditambah munculnya konflik Rusia-Ukraina, berimplikasi pada produksi dan konsumsi.

Orang lain juga bertanya?

Di sisi konsumsi, ungkap Edy, masih ada ketergantungan terhadap barang-barang impor, seperti LPG, kedelai, dan gandum, yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga. Dalam jangka pendek, pemerintah tidak punya banyak pilihan yakni tetap mempertahankan harga agar tidak naik dan stabil dengan memberikan subsidi.

Ia mencontohkan LPG subsidi 3 kilogram yang porsi konsumsinya mencapai 93 persen. Meskipun tren harga kontrak Aramco (CPA) mengalami kenaikan sebesar 21 persen dari rata-rata CPA akibat konflik Rusia-Ukraina, namun pemerintah tidak menaikkan harga LPG subsidi dan tetap mengacu pada Harga Eceran Tertinggi (HET).

"Pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 11 ribu per kilogram sehingga masyarakat dapat membeli LPG subsidi 3 kilogram dengan harga yang terjangkau," terang Edy.

"Kalau kondisi ini berlangsung lama tentu akan memberatkan keuangan negara. Karena itu, solusi jangka panjangnya kita harus mendorong produksi dalam negeri agar ketergantungan pada barang impor bisa dikurangi. Salah satunya dengan mendorong penggunaan DME yang bahan bakunya batubara," jelasnya.

Edy juga menghimbau agar masyarakat ikut andil dalam pengurangan konsumsi barang-barang kebutuhan impor. Seperti gandum yang mernjadi bahan baku roti dan mie. Ia menilai, sudah saatnya masyarakat bergeser ke produk karbohidrat lain, yang merupakan produk dalam negeri.

"Singkong, ubi, porang, itukan penghasil karbohidrat yang bisa kita hasilkan sendiri. Tentu tidak mudah mengubah pola konsumsi. Tapi kita mesti mengarah ke sana," ajak Edy.

Seperti diketahui, beberapa pekan terakhir sejumlah harga bahan pokok meningkat. Kenaikan dipicu oleh beberapa faktor seperti antisipasi tingginya permintaan, dan konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga komoditas global meningkat. Beberapa kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga diantaranya, LPG non Subsidi, BBM non subsidi, kedelai, dan daging sapi.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar lebih hati-hati dalam mencermati situasi saat ini. Terlebih dengan adanya perang antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan tren harga minyak dunia mengalami kenaikan.

"Dulu sebelum perang harganya naik karena kelangkaan, ditambah perang harganya naik lagi," kata Jokowi saat memberikan sambutan pembukaan Rapat Pimpinan TNI-Polri yang digelar hybrid, Selasa (1/3).

Jokowi membeberkan, saat ini harga minyak dunia sudah di atas USD 100 per barel. Sebelumnya hanya USD 50-60 per barel. Terlebih harga BBM hingga LPG.

"Semua negara yang namanya harga BBM naik semua, LPG naik semuanya, hati-hati dengan ini, hati-hati dengan ini, kenaikan kenaikan kenaikan, karena semuanya naik, yang terjadi yang kelima," ungkapnya.

Dengan adanya kenaikan itu, Jokowi minta agar seluruh pihak berhati-hati. Sebab akan berdampak pada seluruh sektor, salah satunya harga produsen pabrik yang bisa naik karena harga bakunya akan melonjak pesat.

"Kenaikan harga produsen, pabrik mau produksi sesuatu dia beli bahan baku harganya naik, dia mau beli bahan baku harga naik, beli bbm harganya naik, artinya apa? ongkos produksi naik, terus harga di pabriknya menjadi jauh lebih tinggi, terus dikirim ke pasar berarti harga konsumennya juga nanti akan naik, ini efek berantainya seperti ini," ungkapnya.

Bekerja Mikro dan Makro

Jokowi mengungkapkan ketidakpastian itu perlu diketahui publik. Sebab, tantangan tersebut tidak mudah dilalui. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun mendorong saat ini tidak bisa bekerja makro, tetapi harus bekerja sama bekerja mikro dan makro.

"Makronya tahu, mikronya juga harus dikerjakan di lapangan. Oleh sebab itu kita sekarang pada posisi seperti ini harus mentransformasi ekonomi kita, jangan sampai tumpuan kita pertumbuhan kita 56-58 persen bertumpu pada konsumsi, hati-hati," bebernya.

"56-58 persen bertumpu pada yang namanya konsumsi. Kita akan mengubah dari konsumsi menjadi produksi. Yang tumpuannya konsumsi menjadi produksi, artinya lagi apa? Kita harus melakukan hilirisasi industri, kita harus melakukan yang namanya industrialisasi," tambahnya.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI
Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

Perekonomian global secara umum mengalami pelemahan dengan inflasi yang terjaga moderat.

Baca Selengkapnya
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global

Tensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.

Baca Selengkapnya
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri

Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024
Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024

penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali
Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali

Perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh 5,11 persen di tengah pelemahan ekonomi global.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja
Ekonomi Kuartal III-2023 Turun, Masyarakat Lebih Banyak Bayar Cicilan Dibanding Belanja

Indef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.

Baca Selengkapnya
Sektor Kendaraan Listrik Menghadapi Masalah Kepercayaan
Sektor Kendaraan Listrik Menghadapi Masalah Kepercayaan

Industri EV menghadapi krisis kepercayaan akibat kebakaran dan penurunan harga yang tajam. Bagaimana produsen menghadapi tantangan ini?

Baca Selengkapnya
Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kondisi Ekonomi AS yang Mengecewakan
Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kondisi Ekonomi AS yang Mengecewakan

Data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
Ekonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen

Dua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.

Baca Selengkapnya