Hebat, 2 pemuda Yogya ini sudah berpikir jadi pengusaha meski kuliah
Merdeka.com - Mahasiswa dikenal sebagai anak manja yang lebih suka menunggu uang kiriman bulanan. Tapi beda dengan dua mahasiswa Yogyakarta ini, Abdul Kholik (23) dan Dien Ksatria (23). Menempuh studi di perguruan tinggi tak menyurutkan keinginannya mewujudkan passion mereka dalam wirausaha.
Abdul Kholik, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang mengambil konsentrasi Advertising di UIN Sunan Kalijaga ini mendirikan kedai kopi dengan nama Kulikopi. Sedekade belakangan, memang kedai kopi mulai menjamur di Yogya. Biasanya, kedai kopi jadi tempat nongkrong dan diskusi para mahasiswa di malam hari.
Berangkat dari kegemarannya mengonsumsi minuman dengan kandungan kafein ini, Abdul Kholik mencoba membangun usahanya yang awalnya bernama RSJ (Rumah Saya Jogja). Bersaing dengan kedai kopi yang sudah mapan seperti Blandongan dan Kebun Laras awalnya tak banyak tamu yang singgah.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Dimana Abdul berjualan? Ia membuka lapak sederhananya di pinggir jalan, kawasan Kebon Kacang Raya, Thamrin City, Kota Jakarta Pusat.
-
Bagaimana Warung Kopi Ake berkembang? Warung Kopi Ake berperan penting sebagai penjaga tradisi sekaligus pionir dalam sektor perkopian di Belitung. Bukanlah hal mudah, dulunya mereka membeli biji kopi dari Jawa dan Lampung, karena Belitung bukanlah daerah penghasil biji kopi.
-
Bagaimana Slamet memulai usaha kopinya? Keterbatasan modal tak menjadi penghalang bagi Slamet untuk memulai usaha. Awalnya, dia memulai dengan modal Rp0 dan hanya memproduksi empat bungkus kopi tanpa merek. Kopi tersebut kemudian dipromosikan melalui WhatsApp, rupanya respons dari teman-teman dan orang-orang di sekitar sangat positif.
-
Apa yang Abdul jual? Ia diketahui mampu meraup cuan hingga ratusan juta rupiah sebulan hanya dari berjualan rujak ulek.
-
Bagaimana Anjani memulai bisnis? Awal Berbisnis Pada 2018 saat awal-awal merintis bisnis, Anjani hanya menjual jilbab.
Mahasiswa asal Pati ini kemudian merebranding kedainya dengan nama Kulikopi. Sebuah nama yang lebih mudah diucapkan dan diingat yang menggambarkan profesinya sebagai penjual minuman berbahan kopi.
Dengan modal awal Rp 25 juta kini dia usahanya sudah beromzet Rp 500-800 ribu per bulan. "Memiliki kedai kopi bagaikan memiliki rumah sendiri. Kesenangan datang saat, rumahnya kedatangan banyak tamu," kata mahasiswa yang juga aktif di organisasi tersebut saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (10/5).
"Kopi itu memiliki filosofi 'mampir ngombe'. Hidup itu cuma sementara karena itu kita harus selalu ingat dengan sang pencipta," tambahnya.
Kedai kopi sejak berdiri mendiami sebuah bangunan yang terbuat dari kayu dan bamboo di dekat STIMIK AKAKOM sebelah barat JEC(Jogja Expo center) dan hanya sepuluh menit dari Ambarukmo Plaza.
Berbeda dengan Abdul Kholik, Dien Ksatria atau akrab dipanggil Satria memilih bisnis online yang dia namakan Istana jersey. Mahasiswa jurusan Geografi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) ini kebanyakan menjual kaos, sepatu dan jaket yang berhubungan dengan sepakbola.
Walau menurut pengakuannya keuntungannya tak tentu tapi dia tetap menjalankan usahanya dengan semangat. Dia mengaku sepakbola adalah passion-nya karena itu dia menekuni usaha ini dengan keyakinan yang kuat. Dia punya harapan bisa jadi pengusaha sukses dan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain suatu saat.
Satria mengaku membeli jersey tersebut langsung dari China yang dia pesan dari internet. Dia memasarkan produknya lewat media social seperti Twitter dan BBM. Untuk akun Twitter dia memiliki akun dengan nama @Istanajerseygo.
"Sebenarnya orangtua agak setengah hati mendukung usaha saya karena takut mengganggu kuliah tapi keinginan jadi pengusaha membuat saya bertahan" ucap mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsinya tersebut.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Muhammad Shofiyullah memulai bisnisnya dengan jualan celana jeans kepada teman-teman kuliahnya di Malang. Kini ia jadi crazy rich daerah.
Baca SelengkapnyaPasutri asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, nekat meninggalkan pekerjaan dan memulai merintis bisnis kecil-kecilan
Baca SelengkapnyaSetelah perjuangan dan proses yang panjang, mereka berhasil memiliki Minimarket sendiri.
Baca SelengkapnyaBerbekal kesungguhan dan keyakinan, nyatanya ternak yang dijalaninya membuahkan hasil tak terduga. Ia sukses menjadi seorang peternak entok muda.
Baca SelengkapnyaAlfa memiliki perjalanan hidup yang menarik dibanding dengan anak seusianya.
Baca SelengkapnyaMemulai usaha tak harus menunggu lulus kuliah. Pemuda asal Tulungagung, Jawa Timur ini bertekad memiliki penghasilan sendiri sedini mungkin.
Baca SelengkapnyaBukan hal mudah bagi Aha memulai bisnis, mengingat kedua orang tuanya bukan seorang pebisnis.
Baca SelengkapnyaKeduanya mengalami masa-masa tak punya uang untuk makan.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca SelengkapnyaPerjalanan hidup Slamet yang penuh rintangan menjadikannya sebagai salah satu sosok inspiratif, terutama bagi masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi.
Baca SelengkapnyaAdit merasa, dari pada bekerja untuk orang lain, lebih baik dia mengembangkan usaha keluarganya agar lebih sukses.
Baca SelengkapnyaDijalani penuh kesabaran dan ketekunan, bisnis yang dijalani membuat pasangan ini tumbuh menjadi pengusaha sukses.
Baca Selengkapnya