Jauh-Jauh ke Bali, WNA Malah Tipu-Tipu Warga di India Janjikan Visa dan Tiket Masuk Kanada, Kerugian Rp5 M
Tiga WNA India ini melakukan penipuan dengan modus scamming.

Tiga pria Warga Negara Asing (WNA) asal India ditangkap petugas Kantor Imigrasi Kelas I TPI Denpasar, Bali. Mereka ketahuan melakukan kejahatan scamming atau penipuan lewat internet yang membuat korban rugi Rp5 Miliar.
Ketiga WNA itu berinisial P dan DK yang memiliki visa on arrival (VoA) dan SK yang memiliki visa Kartu Izin Tinggal Sementara atau Kitas investor. Ketiganya ditangkap pada Kamis (23/1) pukul 12.00 WITA di sebuah rumah di Jalan Tukad Balian, Gang IV, Sidakarya, Denpasar, Bali. Dari Bali, para pelaku menipu sembilan warga di negara asal mereka.
"Menurut keterangan dari tiga pelaku, korban ada sebanyak sembilan orang WN India dengan total kerugian kurang lebih Rp5 miliar," kata Kepala Kantor Imigrasi Denpasar Ridha Sah Putra saat konferensi pers di Kantor Imigrasi Denpasar, Bali, Selasa (4/2).
Tiga WNA India ini melakukan penipuan dengan modus scamming. Mereka seakan-akan bisa membuat visa, tiket dan dokumen-dokumen lainnya untuk masuk ke negara Kanada. Mereka kemudian secara acak menghubungi korbannya dan menjanjikan bisa membuat dokumen-dokumen itu. Syaratnya, harus men-transfer sejumlah uang.
"Para pelaku melakukan videocall. Jadi modusnya itu pelaku menghubungi sembilan korban melalui videocall. Lalu menunjukkan bukti-bukti mereka bisa mengirimkan warga Negara India ke Kanada dengan lancar dan aman dengan menunjukkan boarding pass visa juga cap keimigrasian dari negara Kanada yang patut diduga palsu," ungkapnya.
Para pelaku datang ke Pulau Dewata di pertengahan Januari 2025. Di lokasi penangkapan, petugas menemukan beberapa print visa Kanada dan cap pendaratan dari Negara Kanada yang diduga kuat palsu.
Mereka memilih Pulau Bali untuk melakukan kejahatan agar tidak terlacak oleh kepolisian di India. Ketiganya langsung dideportasi setelah dilakukan pendalaman.
"Jadi yang ditipu itu adalah warga Negara India yang ada di India. Kenapa mereka memilih Bali salah satu motifnya adalah mengkamuflasekan bahwasanya Bali ini adalah destinasi wisata dan mereka mencoba mengelabui supaya tidak terlacak apabila dilakukan di Bali," ujarnya.