Kapolri sebut paham radikal masuk Indonesia seperti lewat jalan tol
Merdeka.com - Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian menyebut demokrasi seperti dua sisi mata uang. Menurut jenderal bintang empat ini, demokrasi bisa bernilai positif, juga bisa negatif yang menimbulkan dampak mengerikan, dan bisa memecah kesatuan NKRI.
Hal ini disampaikan Tito saat menjadi pembicara di Forum Sinergitas Nasional bertema 'Membangun Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia dalam Bingkai Kebhinekaan' di Gedung DPRD Jawa Timur, Jalan Indrapura, Surabaya, Sabtu (19/11).
Acara dihadiri, Ketua DPRD Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar, Gubernur Soekarwo, Pangdam V Brawijaya, serta tokoh-tokoh politik dan beberapa Ormas Islam di Jawa Timur.
-
Siapa yang mengungkapkan kekhawatiran soal demokrasi di Indonesia? Sama halnya dengan Omi, Koordinator Pertemuan Alif Iman Nurlambang mengaku dengan situasi terkini yang menyebut demokrasi Indonesia sedang diontang-anting. Ia mengatakan bahwa sesuai temuan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) diduga ada intervensi dari lembaga eksekutif ke lembaga yudikatif.
-
Kenapa Tindak Pidana Pemilu bisa mengancam demokrasi? Pemilu adalah fondasi bagi negara demokratis, dan tindakan kriminal yang terkait dengan proses ini dapat mengancam kesejahteraan masyarakat dan stabilitas politik.
-
Apa pesan yang diberikan Kapolri? Kapolri memberi arahan agar Theodore bisa mempersiapkan segalanya sebelum berdinas seusai dilantik sebagai perwira. 'Kemarin saya bisa diberikan kesempatan berbincang-bincang sama Bapak Kapolri. Di situ Bapak Kapolri menitipkan pesan ke saya terutama untuk bagaimana kelanjutan pada saat dinas dan bekal apa saja yang perlu saya persiapkan,' kata Theodore.
-
Siapa yang berperan penting dalam demokrasi Indonesia? Dalam sistem demokrasi parlementer, partai politik berperan penting. Partai politik merupakan wadah bagi rakyat untuk mengungkapkan aspirasi dan mempengaruhi kebijakan pemerintah.
-
Bagaimana dinasti politik berdampak pada kualitas demokrasi di Indonesia? Didominasi Orang-Orang Politik Arga melihat, sejauh ini partai besar sekalipun didominasi oleh orang-orang dari lingkup politik, bukan dari masyarakat luas. Bahkan jabatan strategis dengan mudah diperoleh dari hubungan keluarga dan kerabat. Dampaknya semakin sulit bagi individu dari kalangan masyarakat biasa untuk ikut andil dalam politik.
-
Bagaimana cara kader Golkar menghadapi perompak demokrasi? “Saya mengajak semua kader dan elit Partai Golkar selalu kompak untuk menghadapi perompak demokrasi yang bisa merusak tatanan dan keluhuran demokrasi yang telah kita bangun,“ tuntasnya.
"Kita kan bicara tentang demokrasi dan kebhinekaan. Di antaranya kita menyampaikan, bahwa demokrasi yang ada sekarang ini mengandung nilai-nilai positif," kata Tito usai acara.
Mengapa positif, "Karena (demokrasi di Indonesia) penuh keterbukaan. Ada sistem cek and balance, antara pemerintah dengan pengawas-pengawas," lanjutnya.
Namun di sisi lain, masih kata dia, juga membawa dampak negatif, yaitu kebebasan yang terlalu bebas. "Itu (demokrasi negatif) juga menimbulkan kerawanan, karena menimbulkan primodialisme. Kembali kepada masalah kesukuan, keagamaan, lain-lain," ucapnya.
Paham-paham demokrasi negatif tersebut masuk ke Indonesia itu tanpa kendali. "Masuknya seperti jalan tol, paham-pahan radikal yang bukan asli Indonesia itu juga berbahaya. Radikal apalagi penuh kekerasan, terorisme."
"Dan kemudian berkembangnya itu tadi (radikalisme), kepentingan-kepentingan kelompok yang bisa mengemuka dengan alasan kebebasan berpendapat dan mengeluarkan ekspresi."
"Untuk itu perlu ada mekanisme kontrol, melalui rule of law, aturan-aturan hukum, baik aturan hukum di tingkat nasional, maupun di sini DPRD tingkat provinsi," ungkapnya.
Tito juga mengingatkan soal aksi bela Islam di Jakarta, yang dipicu oleh ucapan Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait Surah Al Maidah 51. Aksi sebagai wujud demokrasi, bisa bernilai negatif jika ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politis.
Bahkan Tito menyebut, rencana aksi bela Islam jilid III pada 2 Desember nanti menyimpan agenda tersembunyi, bukan lagi soal tuntutan proses hukum Ahok. "Kalau proses hukum Ahok sudah jelas, polisi sedang memproses dan akan secepatnya dilimpahkan ke kejaksaan," tegasnya.
Sehingga, masih menurut Tito, jika dalam aksi 2 Desember nanti masih ada tindakan anarkis seperti aksi 411 (4 November), dia tidak segan untuk menindak tegas. "Apalagi jika sampai mengarah kepada tindakan makar, kami akan tindak tegas," tandasnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut JK, jika pilar-pilar tersebut rusak, sistem pemerintahan tidak akan berjalan maksimal.
Baca SelengkapnyaJenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.
Baca SelengkapnyaDengan pilkada langsung, Demokrat menilai masyarakat bisa memilih pemimpin yang dekat dengan rakyat
Baca SelengkapnyaKetika Megawati Tak Lagi Singgung Nama Jokowi di Hadapan Kader PDIP
Baca SelengkapnyaSetiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.
Baca SelengkapnyaHasto menegaskan, Pemilu 2024 belum selesai. Saat ini, proses rekapitulasi suara masih dilakukan secara berjenjang.
Baca SelengkapnyaKapolri berpesan kepada seluruh jajarannya agar tetap solid
Baca SelengkapnyaPeneliti sekaligus Koordinator Klaster Riset Konflik Pertahanan dan Keamanan BRIN Muhamad Haripin menyebut Jokowi terindikasi menyalahgunakan kekuasaan.
Baca Selengkapnya"Jangan mengambil rIsiko terlalu tinggi," kata Mendagri Tito.
Baca SelengkapnyaDengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.
Baca SelengkapnyaDinamika di elite politik masih aman selama masih dalam koridor demokrasi
Baca SelengkapnyaDeklarasi Pemilu Damai bukti komitmen Polri mengamankan dan menjaga seluruh tahapan
Baca Selengkapnya