Kementan bantu petani gula semut dengan dirikan Koperasi UKM

Merdeka.com - Masyarakat mungkin lebih banyak mengenal gula tebu daripada gula semut. Padahal gula semut merupakan produksi terbaik yang diekspor ke luar negeri seperti Amerika dan negara Eropa lainnya. 

Staf Bidang Penanaman Modal, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Kulon Progo DIY, Dorojatun, mengatakan, Kementan harus terus mendorong para pengusaha petani khususnya gula semut ini agar usaha produk dalam negeri tidak mati. Di antaranya dengan mendirikan koperasi usaha kecil menengah (UKM).

"Alhamdulillah, pemerintah sudah memberikan pelatihan, bantuan usaha dengan memudahkan pinjaman dari bank," kata Dorojatun saat ditemui dalam acara AITIS 2014 APKASI, International Trade and Investement Summit, di JIExpo, Jakarta, Kamis (17/4).

Menurut Dorojatun, produksi gula semut masih terbatas. Tapi sudah diekspor ke luar negeri. Keistimewaan gula semut ini bahannya 100 persen dari buah kelapa tanpa bahan pengawet dan memiliki banyak rasa. Sehingga gula asal Yogyakarta ini bisa dinikmati sesuai selera konsumen.

"Gula ini ada berbagai varian, ada yang alami organik, ada rasa vanila, rasa jahe, rasa temulawak," ujarnya.

Dia mengatakan, di dalam negeri gula semut masih sedikit diminati, justru peminatnya orang asing. "Kadang kami dapat pesanan ke hotel-hotel, tapi masyarakat kita sendiri kurang antusias," tutur Dorojatun.

Mengapa masyarakat kurang berminat? Menurut Dorojatun, karena masyarakat kita belum terbiasa dengan produk dalam negeri. Masih lebih suka produk luar, padahal kualitas dan rasanya tidak kalah bagusnya.

Fungsi koperasi UKM yang dibantu pemerintah di atas inilah diharapkan bisa menjalankan usaha pengolahan produk gula semut. Karena petani tradisional masih ada yang nakal dengan mencampur gula semut dengan gula putih. Dengan adanya koperasi, semua itu bisa di minimalisir.

"Kehidupan ekonomi bisa lebih sejahtera jika petani dan pemerintah bersama-sama membangun usaha kecil menengah ini," harapnya.

Dorojatun menambahkan pasaran gula semut petani menjual ke tengkulak dengan harga minim yakni Rp 15 ribu per kilo. Sementara para tengkulak menjual ke pasar Rp 21 ribu per kilo.

"Kita apresiasi kepada pemerintah yang sudah mulai memberikan kemudahan berupa pelatihan, kemudahan modal. Semoga produk gula semut ini menjadi primadona, laris di pasaran dalam negeri dan luar negeri," tutupnya. (mdk/cza)