Kepala BKKBN: Di Amerika Tak Ada Posyandu Tapi Sukses Atasi Stunting, Kenapa?
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menekankan, pentingnya perbaikan sanitasi.
Stunting dapat diatasi salah satunya dengan memperbaiki sanitasi
Kepala BKKBN: Di Amerika Tak Ada Posyandu Tapi Sukses Atasi Stunting, Kenapa?
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menekankan, pentingnya perbaikan sanitasi. Hal ini berdampak pada penurunan prevalensi stunting di Provinsi Kalimantan Timur.
"Stunting dapat diatasi salah satunya dengan memperbaiki sanitasi. Jadi, kalau menurut saya, itu sebetulnya stunting ini sangat bisa diatasi, asalkan ada goodwillnya,” ujar Hasto, Rabu (22/11).
Hasto mengakui, berat mengatasi stunting di Kalimantan Timur karena masalah sanitasi.
“Memang sanitasi di sana itu, waduh, masih berat, meskipun sudah diberikan solusi bikin sanitasi, mereka masih nyaman buang air besar di sungai," kata Hasto.
Hal itu diungkap Hasto saat menjadi narasumber pada Kegiatan Sharing Session Grand Design Pembangunan Kependudukan Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten/Kota se-Kalimantan Timur Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Dinas Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Kalimantan Timur.
"Makanya saya pesan, bagaimana revolusi untuk sanitasi. Jadi, pertama revolusi kebijakan yang dikonvergensikan untuk nutrisi, gizi, pada SDM, sama dikonvergensikan untuk biaya sekolah," ujar Hasto.
Hasto menyampaikan, Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) itu di dalamnya kuantitas penduduk.
Hasto mengatakan, ada lima pilar GDPK. Di antaranya, pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran dan pengarahan, mobilitas penduduk, pembangunan keluarga berkualitas.
Selanjutnya, penataan data dan informasi kependudukan, serta administrasi kependudukan.
“Sehingga tidak hanya kuantitas saja, tapi kualitas," ujar Hasto.
Jadi model pengentasan stunting di Indonesia, kata Hasto, dengan mengejar anak stunting.
Hasto mengatakan, di Amerika dan Singapura tidak ada Posyandu.
“Kita ini harus ada Posyandu, kenapa? kalau tidak ditimbangkan, diukurin, wah bahaya, kita tidak tahu ini, karena ternyata banyak sekali stuntingnya, banyak sekali yang tidak naik berat badannya," ujar Hasto.
Hasto kemudian memuji TFR Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 2,18. Walaupun belum rata di semua kabupaten/kota.
"TFR-nya tinggi nggak apa-apa, tetapi jaraknya, jarak kelahiran harus diatur,” terang Hasto.
Hasto menambahkan, kunci Kalimantan Timur meningkatkan kualitas SDM, harus fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Karena otak manusia diciptakan di 1000 HPK.
“Jadi kalau saya jadi gubernur di Kalimantan Timur itu, saya akan nekat sumber daya anggaran yang ada itu. Semua ibu hamil itu atau balita kalau uangnya cukup, paling tidak ibu hamil akan saya kasih paket, tidak usah pandang bulu kaya atau miskin,” ujar Hasto.
“Kalau tidak mau menerima karena kaya ya, boleh dikasihkan saja yang miskin. Karena kalau dipilah-pilah susah milah-milah itu, antara kaya miskin saja susah, itu kadang-kadang bikin ribet juga," ujar Hasto.